Pilpres Timor Leste
Profil Ramos Horta, Calon Presiden Timor Leste, Nyaris Tewas Dalam Peristiwa Penembakan 2008
Ramos Horta dicalonkan Kongres Nasional Rekonstruksi Timor Lete (CRNT), partai politik yang dipimpin Xanana Gusmao.
Ketika diangkat menjadi menteri, Ramos Horta baru berusia 25 tahun. Ia meninggalkan Timor Leste tiga hari sebelum pasukan-pasukan Indonesia menyerang, untuk memohon pembelaan bagi kasus Timor di depan PBB.
Ramos Horta tiba di New York untuk berpidato di depan Dewan Keamanan PBB dan mendesak mereka untuk mengambil tindakan terhadap militer Indonesia yang melakukan pembantaian atas lebih dari 200.000 orang Timor Timur selama 1976 dan 1981.
Ramos Horta adalah Wakil Tetap Fretilin untuk PBB selama 10 tahun.
Baca juga: Bagaimana Angkatan Laut AS Dapat Mencegah Fait Accompli Antara China dan Taiwan
Peraih Nobel
Pada Desember 1996, Ramos Horta meraih Penghargaan Perdamaian Nobel.
Rekan senegaranya, Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo juga meraih Nobel.
Komite Nobel memilih kedua penerima ini untuk 'usaha giat untuk mencegah penindasan terhadap sekelompok kecil rakyat', dengan harapan bahwa 'penghargaan ini akan mendorong usaha-usaha penyelesaian konflik di Timor Leste secara diplomatik berdasarkan hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri.
Baca juga: Piala Afrika Makan Korban: Sedikitnya Delapan Tewas dalam Kecelakaan di Stadion Kamerun
Komite ini menganggap Ramos Horta sebagai juru bicara internasional terkemuka bagi perjuangan Timor Leste sejak 1975.
Apakah langkah politik Ramos Horta kali ini membawanya kembali memimpin Timor Leste? (*)