Berita Lembata

Mekeng Dukung Pengembangan Jagung Hibrida di Lembata

mereka sangat akrab dengan kacang dan jagung dan itu menjadi salah satu sumber penghasilan

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG.COM/RICADUS WAWO
Pengurus Kopdit Ankara Yongki Warat (baju hitam) dan Anggota DPR RI Melchias Markus Mekeng (depan kanan) saat berada di desa Petuntawa, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Jumat, 12 November 2021.  

Entahlah, apakah bahan baku jagung yang mereka ‘titi’ datang dari kebun sendiri atau dibeli dari pasar, tetapi pendek kata, mereka sangat akrab dengan kacang dan jagung dan itu menjadi salah satu sumber penghasilan mereka.

Para petani di Lembata, khususnya Ile Ape sangat antusias dengan program penanaman jagung hibrida yang merupakan terobosan dari Kopdit Ankara. Ini menjadi program agro terbesar pertama kali di Lembata, dan didorong oleh sektor swasta dengan dukungan dari institusi perbankan nasional.

“Kita ini ada di kebun yang dikerjasamakan antara BNI dan Koperasi Ankara. Ini satu terobosan yang sangat baik, untuk memberdayakan masyarakat yang terdampak Covid-19. Saya mengucapkan apresiasi dan terimakasih untuk Dirut BNI yang mau bekerjasama dengan koperasi, untuk memberdayakan masyarakat di Kabupaten Lembata,” ungkap Mekeng di hadapan Bupati Lembata Thomas Ola Langoday yang bersama dengan perwakilan dari BNI, berdiri mengapitnya.

Mekeng adalah anggota DPR RI, putera asal Sikka yang datang dari daerah pemilihan NTT – 1 yang mencakup wilayah Kabupaten Lembata.

Baca juga: Hujan Guyur Ile Ape Lembata, Jalan Penghubung Putus Akibat Banjir

Di Senayan, ia menjadi langganan Komisi XI, komisi yang membidangi sektor keuangan dan perbankan. Ia bahkan pernah memimpin komisi itu di periode sebelumnya.

“Ini bukan kali pertama Pak Mekeng mengajak pihak perbankan nasional untuk turun membantu masyarakat Lembata. Beberapa bulan lalu dalam tahun ini pun, BNI telah turun ke Lembata untuk membantu korban bencana dan ini berkat campur tangan beliau,” ungkap Yongki Warat lagi.

Warat mengucapkan apresiasi terhadap kunjungan itu. Ia juga menegaskan bahwa program penanaman jagung hibrida yang dicanangkan oleh Kopdit Ankara ini sungguh sejalan dengan apa yang digariskan dari pemerintah pusat untuk mengaktifkan perekonomian masyarakat yang mati suri akibat pandemi Covid-19.

“Sektor riil harus digerakkan dan hari ini BNI bersama dengan Kopdit Ankara berkolaborasi menggerakkan ekonomi rakyat melalui gerakan penanaman jagung ini. Dan Ankara bersama BNI akan menyiapkan bibit, menyiapkan pupuk dan operasional awal. Nanti hasil panennya akan ditimbang oleh Ankara dengan harga standar pasar,” ungkapnya.

Jagung adalah tanaman yang sudah menjadi bagian kehidupan warga Lembata, bahkan Nusa Tenggara Timur umumnya. Jenis tanaman ini mudah tumbuh di wilayah ini, bahkan menjadi makanan pokok masyarakat di wilayah ini.

Sayangnya, pengembangan tanaman jagung berskala besar tidak pernah dilakukan sebelum-sebelumnya.

Baca juga: Dosen di Jakarta Pulang Kampung Jadi Petani, Sukses Kembangkan Perkebunan Mangga Modern di Lembata

Padahal, jika menilik pada dinamika harga jagung di pasar, tahun-tahun kemarin hingga hari ini menjadi ‘panen’ bagi petani jagung karena harga yang sangat bagus. Harga per kg jagung pipil, akhir tahun 2020 hingga pertengahan 2021 sempat tembus melampaui angka Rp5.500 per kg, padahal angka acuan pemerintah adalah Rp3.150 per kg.

Ketua Dewan Jagung Nasional, Tony J.Kristianto 25 Juli 2021 menyatakan kenaikan harga yang tinggi ini disebabkan oleh produksi jagung dari para petani yang tidak maksimal. Penyebabnya adalah curah hujan yang tinggi dan durasi musim hujan yang panjang sehingga panen jagung kurang berhasil.

"Itu sebabnya terjadi kekurangan produksi dan tampaknya ini sudah diprediksi oleh pabrik-pabrik pakan ternak besar sehingga selama ini mereka terus memborong jagung," kata Tony.

Aksi memborong jagung itu bertujuan untuk mengamankan kebutuhan jagung mereka hingga musim panen raya kedua pada Oktober. Sementara, bagi perusahaan perunggasan terintegrasi kebanyakan sudah memiliki kontrak tersendiri demi menjaga keberlanjutan ketersediaan bahan baku pakan.

Situasi saat ini berdampak negatif pada peternak-peternak unggas mandiri. Mereka juga membutuhkan jagung untuk kebutuhan pakan tapi tidak memiliki daya tawar untuk bisa mengamankan pasokan jagung.

Baca juga: KPU Lembata Ajukan Anggaran Rp 35 Miliar Lebih Untuk Pilkada 2024

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved