Berita Lembata

Dosen di Jakarta Pulang Kampung Jadi Petani, Sukses Kembangkan Perkebunan Mangga Modern di Lembata

Dosen di Jakarta Pulang Kampung Jadi Petani, Kini Sukses Kembangkan Perkebunan Mangga Modern di Kabupaten Lembata

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Ricko Wawo
Joakim Deke Kokomaking, kelahiran desa Muruona, Kecamatan Ile Ape, sudah merantau di ibu kota sejak tahun 1986. Dia memilih pulang kampung dan total menjadi petani. Lahan yang kering dan gersang itu dia sulap jadi perkebunan mangga yang subur dan menjanjikan secara ekonomi. Kini kawasan yang kini dikenal dengan nama Nugu Terpadu (NT) di desa Muruona, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata itu sudah menjadi kawasan pertanian yang terintegrasi dengan peternakan dan perikanan. 

Joakim Deke Kokomaking, kelahiran desa Muruona, Kecamatan Ile Ape, sudah merantau di ibu kota sejak tahun 1986. Di sana dia mengabdi sebagai dosen Bahasa Inggris di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Jakarta selama 16 tahun dan kemudian melanjutkan kariernya di Presiden University.

Tekadnya untuk pulang kampung dan menjadi petani sudah bergelora sejak tahun 2015. Setelah berdiskusi dengan istrinya Felicia dan anak semata wayangnya Ignasius, Joakim lalu memutuskan pensiun dini dari profesinya sebagai dosen pada tahun 2017 dan pulang ke kampung halamannya.

Di Muruona, awalnya, dia membuka kebun di atas tanah warisan kakeknya sebelum memperluas lahan di sekitar. Tempat itu dia namakan Nugu Terpadu dengan alasan yang sangat filosofis. Nugu, dalam Bahasa Lamaholot, secara harafiah berarti memanggil orang untuk berkumpul, atau titik kumpul untuk memadukan kekuatan.

"Semacam markas besar," ungkapnya. Dia punya impian kalau tempat itu menjadi pusat pemberdayaan masyarakat di kampungnya dalam hal berkebun dan beternak.

Tidak mudah memang membuka perkebunan dengan konsep pengembangan yang modern, katanya. butuh investasi, kerja keras dan kesabaran tentunya.

Terkendala SDM di Kampung

Perkebunan Nugu Terpadu, dalam konsepnya, jadi lokomotif pemberdayaan masyarakat di desa Muruona. Perkebunan dengan konsep yang terintegrasi seperti yang dia terapkan diharapkan bisa juga menginspirasi warga. Setidaknya mereka bisa mengubah lahan tidur yang kering dan gersang menjadi satu kawasan perkebunan yang subur. Namun, semakin jauh, dia sadar sumber daya manusia (SDM) memang kendala.

"Berkebun dan beternak dengan konsep ini tentu lebih teknis dibandingkan dengan yang gaya tradisional. Nah, skill orang kampung ini yang tidak ada," ujarnya.

"Orang melihat apa yang saya kerjakan tidak punya prospek sama sekali. Mental wirausaha tidak ada, tapi mental mau kerja hari ini dapat uang hari ini. NT ini lokomotif sebenarnya," tambah Joakim.

Saat ini dia menyediakan sebidang lahan untuk pemberdayaan ekonomi para penyintas bencana banjir dan longsor dari desa Lamawolo. Lahan ini akan dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan para penyintas dan juga kebutuhan ekonomi mereka.

Siapa saja yang tertarik belajar berkebun secara modern dan sekadar membeli mangga dengan kualitas terbaik bisa langsung ke perkebunan Nugu Terpadu di desa Muruona, Kecamatan Ile Ape. (*)

Baca Berita Lembata Lainnya

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved