Berita Lembata

Dosen di Jakarta Pulang Kampung Jadi Petani, Sukses Kembangkan Perkebunan Mangga Modern di Lembata

Dosen di Jakarta Pulang Kampung Jadi Petani, Kini Sukses Kembangkan Perkebunan Mangga Modern di Kabupaten Lembata

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Ricko Wawo
Joakim Deke Kokomaking, kelahiran desa Muruona, Kecamatan Ile Ape, sudah merantau di ibu kota sejak tahun 1986. Dia memilih pulang kampung dan total menjadi petani. Lahan yang kering dan gersang itu dia sulap jadi perkebunan mangga yang subur dan menjanjikan secara ekonomi. Kini kawasan yang kini dikenal dengan nama Nugu Terpadu (NT) di desa Muruona, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata itu sudah menjadi kawasan pertanian yang terintegrasi dengan peternakan dan perikanan. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA- Hamparan tanah seluas 2 hektar itu dulunya gersang, penuh rumput ilalang dan tampak tidak terawat. Pada tahun 2017, Joakim Deke Kokomaking, seorang dosen di Jakarta, memilih pulang kampung dan total menjadi petani. Lahan yang kering dan gersang itu dia sulap jadi perkebunan mangga yang subur dan menjanjikan secara ekonomi.

Kini kawasan yang kini dikenal dengan nama Nugu Terpadu (NT) di desa Muruona, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata itu sudah menjadi kawasan pertanian yang terintegrasi dengan peternakan dan perikanan.

"Ini seperti memecahkan mitos kalau selama ini orang menganggap tanah ini kering dan gersang," ujar Joakim saat berbincang dengan Pos Kupang di kebun NT, Selasa, 9 November 2021.

Apa yang disebut Joakim memang terbukti benar. Orang memang tak pernah membayangkan di atas tanah itu akan dikembangkan perkebunan subur yang dikembangkan dengan konsep yang modern.

Baca juga: Yance Maring, Petani Sukses di Sikka Terapkan Teknologi Dikunjungi Gubernur NTT

Joakim menanam sekitar tiga ratusan pohon mangga dari sembilan varian mangga berbeda yang berasal dari Australia, AS, Thailand, dan Taiwan. Selain memiliki rasa yang berbeda, sembilan varian mangga ini berbuah sepanjang musim atau tak kenal musim panen. Jadi, sepanjang tahun perkebunan mangga miliknya selalu memiliki panenan berlimpah.

Sampai saat ini, perkebunan NT masih memenuhi pasaran mangga di Kabupaten Lembata. Namun seperti cerita Joakim, pasaran di Lembata tak sanggup menampung produksi mangga dari perkebunan NT saat panen besar-besaran.

"Selama ini saya masih andalkan pasar di Lembata, tahun depan sudah harus keluar Lembata karena kalau puncak produksi, Lembata tidak bisa serap semuanya," tandasnya.

Di atas lahan warisan kakeknya itu, Joakim mengintegrasikan perkebunan/pertanian, peternakan dan budidaya perikanan. Ketiga wilayah ini diintegrasi untuk sistem supplay change atau suplai rantai makanan dengan konsep zero waste.

Artinya tak ada limbah dari perkebunan, peternakan dan perikanan yang terbuang percuma tanpa dimanfaatkan secara baik di wilayah tersebut. Kotoran hewan untuk pupuk tanaman, air limbah ikan untuk menyiram perkebunan dan seterusnya.

Selain ratusan pohon mangga, siapa saja yang datang bisa melihat ratusan ayam kampung yang berkeliaran bebas, 12 ekor sapi, beberapa ekor kambing dan seekor rusa berada di sana.

Hanya satu jawaban yang keluar dari mulut Joakim jika orang bertanya apa alasan dia memilih pensiun dini dari pekerjaannya sebagai dosen di Jakarta dan menjadi petani di kampungnya.

"Ini jawaban dari sekian banyak kegelisahan selama ini," ucapnya penuh antusias.

Sejak lama Joakim sudah memendam `kegelisahan-kegelisahan' itu. Dia ingin hidup sehat di masa tuanya dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, melakukan sesuatu yang dia sukai, sebagai investasi supaya dia tidak punya masalah finansial di masa mendatang. Kegelisahan berikut yaitu tekadnya untuk mendorong perekonomian masyarakat di kampung halamannya sendiri.

"Dari 1986 saya abdikan diri untuk anak anak Jakarta dan sekitarnya, dan saya berpikir untuk pulang kampung, terketuk hati saya untuk bantu orang kampung bahwa bertani dan beternak bukan pekerjaan yang hina, tapi bisa menjamin secara ekonomi. Ini mau saya tunjukan kepada orang kampung. Harus kasi contoh bahwa ini lahan kering, gersang, dan tinggal kita kelola lahan ini supaya lebih produktif," ujar dia.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved