Romas Horta Ungkap Banyak Pihak Inginkan Indonesia Dihukum atas Pelanggaran HAM di Timor Leste

ndonesia dan Timor Leste punya sejarah kelam dalam hubungan kedua negara Indonesia diketahui menginvasi Timor Leste tahun 1975 dan dianggap banyak me

Editor: Alfred Dama
Kolase/aus.edu
Presiden Ramos Horta berkunjung ke Israel 

POS KUPANG.COM -- Indonesia dan Timor Leste punya sejarah kelam dalam hubungan kedua negara

Indonesia diketahui menginvasi Timor Leste tahun 1975 dan dianggap banyak melakuan pelanggaran HAM di wilayah itu

Dan, saat awal lepasnya Timor Leste , banyak pihak inginkan harusa ada pihak di Indonesia yang bertanggung jawab

Namun, Romas Horta punya pandangan yang berbeda. Ia memilih untuk memilih jalur rekonsiliasi antara dua negara demi masa depan bersama

Pada 1996, nama Jose Ramos-Horta, bersama rekan senegaranya Uskup Carlos Belo, pernah begitu harum di dunia internasional.

Baca juga: José Ramos-Horta Ungkap Rahasia Akhiri Konflik Timor Leste - Indonesia di Masa Lalu

Hal ini terjadi usai dirinya dan Belo mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian yang sangat prestisius.

Padahal, sebenarnya dia bukanlah sosok yang berjibaku langsung dengan militer Indonesia saat ingin memerdekakan Indonesia.

Ramos-Horta lebih memilih untuk berkeliling dunia, demi mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk PBB.

Salah satu yang menarik dari Presiden Timor Leste kedua ini adalah bagaimana dirinya memilih untuk tidak menyeret Indonesia ke pengadilan internasional.

Baca juga: Pejuang Timor Leste Puji Sosok yangDibenci Banyak WargaIndonesia,Ramos Horta UngkapKebaikan Soeharto

Padahal, saat itu, posisi Indonesia sangatlah lemah di mata dunia internasional.

Tindak-tanduk Indonesia di wilayah yang pernah menjadi provinsi ke-27 bahkan sempat membuat Amerika Serikat menerapkan embargo senjata.

Selama 10 tahun, dari 1995 hingga 2005, AS menyetop pasokan senjata untuk Indonesia, termasuk suku cadang, karena menilai Indonesia bertanggung jawab atas penembakan demonstran di Dili, Timor Timur, pada 12 November 1991.

Banyak yang penasaran bagaimana Ramos-Horta pada akhirnya memilih untuk tidak menuntut keadilan atas segala tindakan Indonesia di Timor Timur.

Baca juga: Fakta-fakta Pengungsi Timor Leste, Asal Usul Ramos Horta hingga Sepak Terjang Suster Sesilia Ketut

Baru saat dirinya berbicara tentang konflik masa lalu dalam pagelaran Expo 2020 Dubai, pria kelahiran 26 Desember 1949 ini angkat bicara.

Beda dengan Indonesia , Hut Kemerdekaan Timor Leste Pesta Koktail dan Kemeriahan Hingga Sore Hari
Beda dengan Indonesia , Hut Kemerdekaan Timor Leste Pesta Koktail dan Kemeriahan Hingga Sore Hari (UN Multimedia)

Dalam pidato bertajuk 'Timor Timur dan Indonesia – Contoh Kepemimpinan dalam Rekonsiliasi dan Persaudaraan di Asia', Ramos-Horta menguak bagaimana kedua negara akhirnya mencapai solusi Damai.

Baca Juga: Pernah Gunakan Rupiah Indonesia, Kini Timor Leste Resmi Gunakan Mata Uang Ini dan Koin Milik Sendiri, Bagaimana dengan Kartu Kredit?

Seperti diketahui, Timor Timur, yang kemudian berganti nama menjadi Timor Leste, secara resmi lepas dari Indonesia dan dinyatakan merdeka pada 2001.

Keputusan tersebut dicapai setelah sebagian besar rakyat Timor Leste memilih untuk lepas dari Indonesia, saat referendum 1999.

Baca juga: Pengakuan Ramos Horta : Timor Leste Setelah Merdeka Impor 70% Barang dari Indonesia

Ramos-Horta dengan bangga menyebut penyelesaian konflik Indonesia dan Timor Leste patut untuk menjadi contoh dalam berbagai penyelesaian konflik di belahan dunia lain.

“Penyelesaian konflik Timor Timur-Indonesia adalah contoh yang bagus tentang bagaimana solusi damai dapat ditemukan untuk masalah yang paling sulit,” tutur Ramos-Horta, seperti dilansir khaleejtimes.com, Selasa (12/10/2021).

Ramos kemudian mengakui bahwa saat itu dirinya mendapatkan desakan kuat untuk menyeret Indonesia ke pengadilan internasional.

Namun, Ramos-Horta kemudian menyebut bahwa dirinya, yang mewakili rakyat Timor Leste, lebih memilih jalur rekonsiliasi.

“Kami dengan tegas menolak saran tersebut dan memilih jalur rekonsiliasi, yang diilhami oleh Nelson Mandela. Sejarah menunjukkan bahwa kami benar.”

Perdana Menteri Timor Leste kedua ini juga mengakui dirinya terus dicecar dengan pepatah "tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian".

Hanya saja, bagi Ramos Horta, memaksa untuk tetap menuruti pepatah tersebut adalah sebuah cara memecahkan masalah yang menjengkelkan.

“Ya, kita harus menghormati mereka yang telah meninggal selama konflik, tetapi yang lebih penting adalah memikirkan masa depan mereka yang masih hidup,” tambahnya.

“Kita harus mengambil pelajaran dari kekejaman yang terjadi, sehingga kita dapat mencegah terulangnya kembali.” (*/Pos Kupang.com)

Artiel lain Timor Leste

Sebagian artiel ini sudah tayang di Intisari.Grid.ID dengan judul: Padahal Bak Hanya Tinggal 'Jentikkan Jari' untuk Seret Indonesia ke Pengadilan Internasional atas 'Dosanya' di Timor Leste, Pria Ini Justru Pilih Damai, Terungkap Alasannya!

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved