Berita NTT
Bantu Penanganan Stunting di NTT IPB Buat Biskuit dari Tepung Lele
Institut Pertanian Bogor (IPB) akan mengembangkan tepung Lele dan Marungga sebagai makanan untuk mencegah stunting di NTT
POS-KUPANG.COM-Kasus stunting di NTT yang masih tinggi membutuhkan peran dari semua pihak. Institut Pertanian Bogor (IPB) mengaku akan mengembangkan tepung Lele dan Marungga sebagai makanan untuk mencegah stunting di NTT.
Melalui tim penelitinya, IPB bertemu Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, Senin 4 Oktober 2021 untuk menyampaikan niat kerja sama tersebut.
Didampingi Ketua Yayasan Kasih Roslin Mandiri Kupang, Budi Soehardi, tim Peneliti dari IPB membawa mandat dan tugas dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk membantu penanganan stunting dari aspek pangan.
"Tujuan akhir dari penelitian dan kerja tim ini adalah untuk menghasilkan biskuit tepung lele dan tepung marungga yang bergizi untuk membantu NTT tangani stunting. Misi kami adalah bantu NTT atasi kemiskinan," kata Ketua Tim Peneliti Prof. Dr. Alimmudin, S. Pi, M. Sc.
Baca juga: Kerja Keras Gubernur dan Wagub VBL-JNS Sukses Turunkan Stunting di NTT
Dia menjelaskan, pihaknya melakukan pendekatan dan memberikan edukasi dan praktik untuk asupan gizi yang baik. Tim akan bangun kerja sama dengan Undana serta perguruan tinggi lainnya dan PKK NTT.
Selain itu, kerja sama lain yang akan dilaksanakan yakni pengembangan perikanan, pakan ternak, pengembangan kelor dan peternakan.
Diketahui, para peneliti dari IPB tersebut terdiri dari enam orang guru besar, masing-masing dua orang dari tiap fakultas yakni Fakultas Gizi dan Pangan, Fakultas Perikanan dan Kelautan serta Fakultas Peternakan.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengharapkan agar kolaborasi antara IPB dengan berbagai pemangku kepentingan di NTT dapat berdampak bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Baca juga: Peduli Stunting di NTT, Wakapolda NTT Buka Kegiatan Diskusi Panel Polwan Polda NTT
"Pendekatan stunting di NTT bukan hanya soal pangan saja tapi juga berkaitan dengan pranata sosial budaya dan pendidikan. Kemiskinan di NTT bukan karena alamnya tapi karena kemampuan untuk mengolahnya yang belum optimal," ujar Gubernur Viktor.
"Kami butuh orang-orang seperti bapak dan ibu yang bisa menjadi trigger atau pemicu. Saya tahu IPB salah satu perguruan tinggi yang sangat hebat, yang mampu melakukan ini," tambahnya.
Kerja sama ini lanjut Gubernur Viktor, tidak hanya transfer ilmu. Namun, perlu ada kerja nyata yang produktif yang kolaboratif. Ia menyebut banyak tempat pembenihan di NTT masih kurang produktif. Terdapat juga potensi peternakan dan kelautan yang unggul.
Viktor meminta para ahli untuk bisa adaptif dan mau terlibat di lapangan. Ia meyakini, persoalan kemiskinan di NTT bisa teratasi.
"Kalau kita mau serius seperti ini, kita bisa keluar dari kemiskinan. Semangat seperti ini kita harapkan dapat ditularkan oleh ahli dari IPB," kata Viktor lagi.
Mantan ketua Fraksi NasDem DPR RI itu, meminta tim peneliti IPB untuk mengintegrasikan penelitiannya dengan program pemerintah Provinsi. Gubernur berharap kehadiran tim IPB dapat mengubah mindset dan kulturset birokrasi yang lebih berorientasi pada pelaksanaan program dan pemenuhan aspek administrasi semata.
Komitmen Pemprov NTT untuk meniadakan atau zero stunting di NTT, bukan sekadar menurunkannya.
"Sejak kami memimpin NTT September 2018, angka stunting turun dari 35,20 persen jadi 22 persen. Tapi ini bukan masalah penurunan jumlah prosentasi, namun ini adalah masalah kemanusian. Kerja seorang pemimpin bukan turunkan prosentase saja tapi menyelesaikannya supaya orang tidak boleh hidup dalam kondisi seperti ini," kata Viktor menjelaskan. (irfan hoi)