Berita Sikka

Re-imagine Bikon Blewut, Wajah Flores dalam Koleksi dan Arsip Museum Bikon Blewut

Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Katolik ( STFK) Ledalero menyelenggarakan pameran seni rupa bertajuk Re-Imagine Bikon Blewut

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
Foto Dokumen Kahe
Komunitas KAHE bekerja sama dengan Museum Bikon Blewut dan Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat (STFK) Ledalero menyelenggarakan pameran seni rupa bertajuk Re-Imagine Bikon Blewut (R-IBB). Kegiatan ini dirancang sebagai bagian dari rangkaian Docking Program Biennale Jogja XVI Equator #6, sebuah pameran seni rupa yang telah dikenal luas baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM, LEDALERO- Komunitas KAHE bekerja sama dengan Museum Bikon Blewut dan Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Katolik ( STFK) Ledalero menyelenggarakan pameran seni rupa bertajuk Re-Imagine Bikon Blewut ( R-IBB).

Kegiatan ini dirancang sebagai bagian dari rangkaian Docking Program Biennale Jogja XVI Equator #6, sebuah pameran seni rupa yang telah dikenal luas baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Re-Imagine Bikon Blewut (R-IBB) menampilkan koleksi dan arsip Museum Bikon Blewut yang didialogkan dengan arsip sejarah Gereja di Flores.

R-IBB membawa visi refleksi dan diseminasi pengetahuan tentang Museum Bikon Blewut beserta segala produksi pengetahuan yang berlangsung di dalamnya.

Baca juga: Belajar Kebijaksanaan Hidup, Frater STFK Ledalero Kunjungi Panti  Alma  Maumere

Pada saat yang sama, R-IBB dimaksudkan untuk membuka cakrawala pembacaan dan pemaknaan atas sejarah kolonialisme dan modernisme di Flores.

R-IBB dimulai dengan sejumlah riset intensif yang dilakukan oleh tim riset Komunitas Kahe. Riset ini dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami persilangan kebudayaan Flores dan modernisme yang turut hadir bersamaan dengan kolonialisme dan evangelisasi yang dipelopori oleh para misionaris Gereja Katolik.

Dalam pelaksanaannya, R-IBB menyelenggarakan tur dan literasi, seminar, pemutaran dan diskusi film, bincang proses kreatif, dan beragam pertunjukan seni.

Rangkaian kegiatan ini berlangsung selama seminggu yang dibuka dengan seminar bertema ‘Gereja, Kolonialisme, dan Modernisme’ pada Sabtu (18/9/2021), dan diakhiri atau ditutup dengan acara pentas seni pada Jumat (24/9/2021). Pameran seni rupa R-IBB ini akan terpusat di Museum Bikon Blewut yang terletak di kampus Sekolah Ting-gi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero.

Baca juga: Museum Blikon Blewut Seminari Tinggi Ledalero Pemajuan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupeten Sikka.

Museum Bikon Blewut merupakan milik Societas Verbi Divini (SVD), sebuah kongregasi religius-misioner yang hadir setelah kedatangan Ordo Dominikan serta Serikat Jesuit dan dalam banyak aspek menjadi peletak dasar pendidikan, pembangunan, dan kemajuan kebudayaan di Flores dan sekitarnya.

Menurut Ketua Komunitas KAHE, Eka Putra Nggalu, membayangkan kembali (re-imagine) Bikon Blewut sekurang-kurangnya membawa tiga tahapan penting.

Pertama, mengusahakan diseminasi pengetahuan seputar Museum Bikon Blewut dan rangkaian konteks (agama, budaya, dan tradisi) yang turut hadir di dalam dan di balik berdirinya museum tersebut dalam dialektikanya dengan isu-isu sekarang ini.

Kedua, membaca kembali Museum Bikon Blewut sebagai situs wisata budaya.

Untuk menunjang tujuan ini, dilakukan penataan manajemen pameran, strategi publikasi, dan dokumentasi agar lebih relevan dengan dinamika dan perkembangan aktual dalam dunia seni rupa.

Ketiga, dalam kerangka estetika yang kontekstual dengan seni rupa, R-IBB menjadi semacam ‘dekonstruksi’ konsep galeri yang mapan tetapi sekaligus semu dan stagnan.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved