Timor Leste
Banyak Negara Diprediksi Akan Rugi Gegara Program Australia Ini, Timor Leste Wajib Waspada
Menurut Curtain, akan muncul sebuah pandangan bahwa Australia telah memperlakukan para pekerja dengan visa baru tersebut secara buruk.
Kondisi Timor Leste Kini
Bayangkan Anda berasal dari sebuah negara termiskin di dunia lalu tiba-tiba bisa mendapat bayaran Rp2 juta 'hanya' untuk bekerja selama delapan jam saja.
Baca juga: Timor Leste di Ujung Tanduk, PM nya Positif Covid-19,Pemerintah Angkat Tangan Kendalikan Pandemi
Itulah yang dialami oleh para warga Timor Leste yang lolos dalam seleksi untuk mengikuti program pekerja musiman di Australia.
Tak ayal, banyak dari mereka yang menganggap keberhasilan menembus seleksi tersebut bak memenangkan lotre.
Hal inilah yang disampaikan oleh Jonathan Moss kepada ABC, Minggu 15 Agustus 2021, terkait 17 pekerja asal Timor Leste yang bekerja di pertaniannya.
Program Pekerja Musiman sendiri adalah lowongan pekerjaan dari pemerintah Australia untuk pekerja berketerampilan rendah dari Timor Leste atau sembilan negara Pasifik lain.
Baca juga: Timor Leste Terima Pinjaman dari China Rp 246 Triliun Hanya Jadi Ampas, Impian Buyar Gegara Covid-19
Mereka akan bekerja di bidang pertanian, tepat saat Australia memang sedang membutuhkan jasa mereka.
"Mereka memiliki kemampuan untuk menjalankan perusahaan ini secara virtual tanpa memerlukan pengawasan yang mantap dari saya sendiri.
"Program Pekerja Musiman adalah program yang brilian dan saya berharap program ini terus meningkat selamanya," kata Moss.
Kini, Australia tengah bersiap untuk menerbitkan sebuah visa untuk yang diterbitkan khusus untuk program pertanian mereka.
Baca juga: Mengapa Timor Leste Melarang Olahraga Tradisional Indonesia Ini? Ratusan Pesilat Masuk ke Wilayah RI
Pembahasan yang cukup alot terjadi di parlemen Australia terkait dengan rencana penerbitan visa baru tersebut.
Penerbitan visa baru tersebut sempat mendapatkan penolakan keras dari Partai Liberal, sebelum akhrinya ikut menyetujui.
Namun, Richard Curtain melalui artikelnya di Devpolicy.org (10/9/2021), tetap menilai penerbitan visa tersebut tidak tepat bahkan dinilainya sebagai sebuah kecacatan.
Curtain menyatakan setidaknya ada empat kekurangan dalam penerbitan visa tersebut yang membuatnya menjadi sebuah kebijakan publik yang buruk.
Mulai dari ide penerbitan visa, persyaratan visa yang dikembangkan secara tergesa-gesa, terbatasnya waktu pembahasan, hingga munculnya kebingungan mendasar mengenai syarat dan ketentuan dari penerbitan visa tersebut.