Timor Leste

Xanana Gusmao Kaget Ladang Minyak Baru di Timor Leste Segera Dibor, Indonesia Gigit Jari? Simak Ini

Setelah bertahun-tahun lamanya rakyat Timor Leste berkubang dalam kemiskinan, kini kabar terbaru datang menyapa Bumi Lorosae.

Editor: Frans Krowin
timoroman.com
Ladang minyak Timor Leste Greater Sunrise 

POS-KUPANG.COM – Setelah bertahun-tahun lamanya rakyat Timor Leste berkubang dalam kemiskinan, kini kabar terbaru datang menyapa Bumi Lorosae.

Kabar terbaru itu, adalah ditemukannya ladang minyak baru di wilayah perairan yang merupakan bagian dari kedaulatan negara tersebut.

Meski negara baru tersebut memiliki ladang minyak dan gas bumi yang berlimpah, namun hingga kini kekayaan itu belum memberikan dampak langsung pada kehidupan masyarakat.

Untuk diketahui, selama ini Timor Leste merupakan salah satu negara termiskin di dunia.

Kemiskinan itu terungkap, setelah Timor Leste pisah dari Indonesia tahun 1998 dan secara resmi menjadi sebuah Negara pada tahun 2002 silam.

Selama ini, Timor Leste selalu mengandalkan minyak sebagai penghasilan utama negara tersebut.

Baca juga: Timor Leste di Ujung Tanduk, PM nya Positif Covid-19,Pemerintah Angkat Tangan Kendalikan Pandemi

Terdapat beberapa lokasi yang menjadi titik pengeboran untuk eksplorasi minyak di Negara tersebut

Namun, sebuah kabar mengatakan, bahwa salah satu ladang minyak, yakni Bayu-Undan terancam akan mongering dalam waktu dekat ini.

Oleh karenanya Timor Leste harus segera mencari penggantinya sebagai sumber uang baru bagi Negara itu.

Dan, berdasarkan laporan Energy Voice, ladang uang baru di Timor Leste saat ini sudah ditemukan.

Bahkan pada ladang baru itu sudah ditentukan pula titik untuk dilakukan pengeboran.

Bila tak ada halangan maka pengeboran minyak di lepas pantai itu akan dilakukan dalam waktu dekat ini. Paling lambat pada Oktober 2021 mendatang.

Kabar pengeboran minyak lepas pantai yang akan segera dilakukan di Timor Leste, seakan memberikan kabar gembira bagi Xanana Gusmao dan masyarakat setempat.

Mantan Presiden Timor Leste itu menyambut gembira rencana itu.

Baca juga: Perdana Menteri Timor Leste Taur Matan Ruak Positif Covid-19 di Tengah Lonjakan Varian Delta

Ia bahkan menyambut gembira karena Timor Leste yang selama ini berkubang dalam kemiskinan, sekarang mendapatkan secercah harapan untuk berubah hidup menjadi lebih baik.

Dia menyebutkan bila ladang minyak dibor, maka rakyat juga akan merasakan faedahnya sebab pemanfaatannya akan digunakan untuk memajukan negara itu.

Namun ia berharap agar keuntungan yang didapat dari pengeboran tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Caranya, menghentikan upaya penyalahgunaan keuangan sehingga kekayaan negara itu bisa digunakan secara langsung untuk kepentingan masyarakat.

Berdasarkan laporan, Timor Leste bisa menghasilkan lebih dari 600 juta dollar AS (Rp 8,6 triliun) dari ladang minyak baru itu.

Sumber uang baru tersebut adalah eksplorasi Buffalo-10, lading minyak yang akan dibor tersebut.

Operator, Carnarvon Petroleum Australia, serta mitra Inggris Advance Energy, mengatakan bahwa mereka telah mengamankan rig pengeboran jack-up untuk penyelidikan di ladang minyak Buffalo di lepas pantai Timor Timur.

Baca juga: Timor Leste Terima Pinjaman dari China Rp 246 Triliun Hanya Jadi Ampas, Impian Buyar Gegara Covid-19

Carnarvon and Advance mengatakan mereka telah memilih rig pengeboran jack-up untuk sumur eksplorasi Buffalo-10 dan kontak formal yang sekarang sedang diselesaikan.

Semua baik-baik saja, pengeboran akan dimulai akhir Oktober dan hasil penyelidikan akan tersedia pada awal Desember.

Carnarvon Petroleum yang terdaftar di Australia dan Advance Energy yang terdaftar di Inggris, berharap untuk mengembangkan lebih dari 30 juta barel minyak.

Tampaknya telah ditinggalkan oleh operator pengebor sebelumnya, termasuk BHP dan Nexen Petroleum, di lepas pantai Timor Leste.

Ladang minyak Buffalo awalnya ditemukan pada tahun 1996 oleh BHP dan menghasilkan 20,5 juta barel minyak ringan antara tahun 1999 dan 2004.

BHP mengoperasikan lapangan tersebut selama dua tahun sebelum dijual ke Nexen.

Kedua operator gagal membuka kunci minyak yang ada di puncak geologis ladang tersebut.

Sumur eksplorasi Buffalo-10 akan menguji keberadaan akumulasi minyak yang berpotensi signifikan.

Meskipun beberapa pengamat industri skeptis bahwa operator sebelumnya bisa melewatkan volume minyak yang begitu besar.

Baca juga: Mengapa Timor Leste Melarang Olahraga Tradisional Indonesia Ini? Ratusan Pesilat Masuk ke Wilayah RI

Kepala eksekutif Advance, Leslie Peterkin, menjelaskan kepada Energy Voice alasannya di balik taruhan bullish pada Buffalo.

Jika pengeboran terbukti berhasil dan mereka menemukan sekitar 30 juta barel minyak, maka Timor Leste dapat mengantongi sekitar 450 juta dollar selama masa proyek lima tahun.

Menurut Peter Strachan, seorang analis energi independen yang berbasis di Perth.

Ini didasarkan pada harga minyak 75 dollar AS (Rp1 juta) per barel dengan biaya pengembangan dipatok 450 juta dollar AS (Rp6,5 triliun) dan biaya operasi 1.050 juta dollar AS ( Rp 6 triliun).

Jika biaya pembangunan kurang dari 450 juta dollar AS (Rp 6,5 triliun) maka pemerintah Timor Leste akan menerima lebih banyak.

"Keuntungan bagi pemerintah bisa melihatnya mengantongi 610 juta dollar AS (Rp 8,6 triliun) selama masa proyek lima tahun," kata Strachan kepada Energy Voice.

Baca juga: Figur Ini Dibenci Timor Leste & PBB Tetapi Disanjung Publik Indonesia, Begini Kata Prabowo Subianto

Kepala eksekutif Carnarvon Adrian Cook mengatakan bahwa "ladang Buffalo memberikan peluang bagus untuk dengan cepat memberikan pengembangan minyak berbiaya rendah yang siap memanfaatkan pasar minyak yang menguat dan memperkirakan kekurangan pasokan."

Terhadap besarnya potensi minyak bumi yang ada di Timor Leste itu, sejumlah warga Timor mengungkapkan hal yang mengejutkan.

Disebutkan bahwa andaikata Timor Timur masih menjadi bagian dari NKRI, maka pengeboran minyak itu akan memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia.

Akan tetapi, mengingat Timor Leste sudah merdeka, maka hasil pengeboran minyak bumi itu akan diterima oleh negara itu. 

Xanana Gusmao Tuntut Australia

Pemerintah Timor Leste dan Australia maju ke meja perundingan terkait sengketa batas wilayah laut antara kedua negara, di celah Timor. Perundingan digelar di Den Haag, Belanda, Senin (29/8).

Mantan Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao, mendapat kesempatan pertama berbicara di hadapan panel yang terdiri dari lima orang ahli. "Kami datang ke Den Haag tidak untuk meminta bantuan ataupun perlakuan khusus," tegas Xanana.

"Kami datang untuk menuntut hak kami berdasarkan hukum internasional," imbuh Xanana seperti diberitakan Associated Press.

Selama beberapa tahun terakhir, Timor Leste dan Australia bersengketa mengenai celah Timor yang memiliki kandungan sumber daya minyak dan gas. Pergulatan panjang terkait sengketa celah Timor telah mendatangkan kekhawatiran akan rusaknya hubungan kedua negara di sebelah timur Indonesia.
Setelah Xanana menyampaikan argumentasinya, pihak Australia kemudian memberikan presentasi.

Pemeritah Australia menyebut panel di Den Haag tak memiliki yurisdiksi untuk menetapkan batas wilayah kedua negara. Australia tetap berpegang untuk menegakkan perjanjian antara kedua negara.

Sebelumnya, ketika menjadi pembicara di Universitas Islam Raden Rahmat (Unira) Malang, Jawa Timur, 19 Agustus lalu, Xanana Gusmao mengatakan, proses perundingan batas laut dengan Australia di Mahkamah Internasional PBB di Den Haag masih berlangsung.

Xanana mengibaratkan, sengketa batas laut itu sebagai perselisihan antara negara kecil dan negara besar. Menurutnya, negara besar seperti Australia hanya ingin mengganggu negara kecil yang baru berdiri seperti Timor Leste.

"Saya kasih contoh bagaimana di tempat-tempat lain, negara- negara berkuasa itu bikin-bikinin (berulah) terhadap negara kecil atau lemah. Tetapi ini bukan berarti tidak punya hubungan yang saling menghormati. Kalau mesra tetap mesra. Kami harus berunding," katanya.

Pada 20 Mei 2002, Timor Leste dan Australia membuat perjanjian tentang pembagian sumber alam di Timor Leste. Meski demikian, kedua negara itu belum memiliki batas maritim. Timor Leste lantas mengirim surat perundingan ke PBB untuk menentukan batas laut.

Timor Leste meyakini, putusan Konvensi PBB mengenai Yurisdiksi Batas Maritim dan Hukum Laut (UNCLOS) akan membuat sebagian besar cadangan minyak di Laut Timor berada di dalam wilayahnya. Namun, Australia telah menarik diri dari Konvensi PBB mengenai Yurisdiksi Batas Maritim dan Hukum Laut (UNCLOS) itu. (tribun jateng)

Berita Lain Terkait Timor Leste

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Ladang Minyak Baru Ditemukan, Timor Leste Diprediksi Bakal Untung Besar

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved