Timor Leste
Figur Ini Dibenci Timor Leste & PBB Tetapi Disanjung Publik Indonesia, Begini Kata Prabowo Subianto
Sosok pejuang ini tak setenar Xanana Gusmao tapi di mata warga pro Indonesia Eurico Gutteres merupakan sosok yang punya andil besar membela Indonesia.
POS-KUPANG.COM – Sampai kapan pun kisah tentang Timor Leste menjadi negara merdeka sulit dilupakan Indonesia.
Pasalnya selama puluhan tahun lamanya negara itu merupakan bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bahkan negara yang dulunya disebut sebagai Timor Timur itu memiliki kesamaan budaya dengan Indonesia, khususnya di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kisah itu kini tinggal cerita tentang Timor Leste di masa lalu. Sebab saat ini Timor Leste telah berubah menjadi sebuah negara merdeka di dunia.
Namun terlepas dari fakta sejarah itu, ada satu hal yang sampai sekarang sulit dilupakan.
Hal itu, adalah momen dimana tak sedikit orang Timor Timur tetap menyatakan berpihak pada Indonesia sementara dunia mendukung Timor Leste pisah dari NKRI.
Dan, sosok orang Timor Leste yang sangat berani melawan PBB demi satupadunya Indonesia, adalah Eurico Gutteres.
Sosok ini sangat terkenal dan dikenal oleh semua elemen masyarakat karena keberaniannya melawan PBB.
Baca juga: Belasan Tahun Merdeka, Ratusan Anak Muda Timor Leste Ini Justru Nekat Masuk ke Indonesia, Mengapa?
Bahkan Eurico Gutteres tak segan-segan membakar dan membunuh sejumlah utusan PBB yang ada di wilayah Indonesia.
Dalam sikapnya itu Eurico Guterres pun dielu-elukan oleh warga Timor Timur yang pro Indonesia.
Eurico Gutteres merupakan milisi pejuang yang sangat menentang kemerdekaan Timor Leste.
Kendati sosoknya tak setenar Xanana Gusmao, tapi di mata warga pro Indonesia, Eurico Gutteres merupakan sosok yang punya andil besar membela Indonesia.
Walau demikian, pandangan berbeda justru dari PBB. PBB menyebutkan bahwa Eurico Gutteres merupakan sosok yang berbahaya.
Dilansir Irish Times yang dikutip dari Intisari Online, Eurico Guterres menentang pemungutan suara kemerdekaan di Timor Leste pada tahun 1999.
Kemudian dia juga membunuh tiga pekerja bantuan dalam serangan massa di kantor komisaris tinggi PBB untuk pengungsian (UNHCR) di kota Atambua, perbatasan Timor Barat.