Dosen dan Mahasiswa FST Undana Kupang Produksi Alat Pengering Daun Kelor, Ini Keunggulannya
Dosen dan Mahasiswa FST Undana Kupang Produksi Alat Pengering Daun Kelor, Ini Keunggulannya
Menurut Dr. Erick, dengan adanya mesin pengering daun kelor itu, maka pemanfaatan daun kelor oleh masyarakat sebagai konsumsi rumah tangga, bisa dioptimalkan untuk pemanfaatan lainnya.
“Dengan adanya alat ini, kami mencoba mengoptimalkan tanaman daun kelor agar diolah lebih lanjut. Terobosan yang kami lakukan merupakan teknologi pascapanen, di mana kami memanfaatkan teknologi pengeringan untuk mengeringkan daun kelor. Sehingga diproduksi lebih lanjut agar bisa meningkatkan manfaat daun kelor,” paparnya.
“Dan, dalam pembuatan alat pengering ini, kami libatkan mahasiswa dalam tim yang dipimpin Dr. Jefri, serta beberapa mahasiswa yang kami libatkan dalam riset dari tugas akhir skripsi mereka,” jelas Dr. Erick menambahkan.
Ia menyebut, mesin pengering itu sudah dimanfaatkan masyarakat sejak tahun 2020 yang lalu, sehingga perlu dilakukan monitoring, evaluasi dan pendampingan.
“Pemanfaatan dari alat ini bisa digunakan secara maksimal oleh masyarakat guna peningkatan kesejahteraan, khususnya di masa pandemi ini,” harapnya.
Baca juga: Tenaga Kontrak dan Pegawai RSU Undana Kupang Diminta Melayani dengan Kasih
Keunggulan
perbedaan alat pengering buatan Prodi Teknik Mesin-FST Undana dengan alat pengering daun kelor lainnya dapat dilihat dari beberapa hal, yakni, pertama, selain mengontrol temperature, alat tersebut juga bisa melihat kelembapan.
“Kenapa kelembaban perlu diperhatikan? Karena proses pengeringan setiap segmen dalam lemari mesin akan menunjukkan kelembaban yang berbeda. Oleh karenanya, dengan pengontrolan seperti ini, kita tau bagaimana tingkat kekeringan dari setiap bagian dari lemari ini,” papar anggota tim dosen Teknik Mesin FST Ben V. Tarigan, S.T., M.M.
Kedua, mengurangi kelembaban. “Hal yang berikutnya adalah dalam proses mengurangi kelembaban, kita menggunakan alat the humid. Nah, the humid pada umumnya seharga Rp 2 juta, dan mungkin tidak bisa masuk dalam lemari ini,” ujarnya.
“Oleh karenanya, inovasi yang kita buat adalah mempelajari proses the humid, lalu kita membuat sebuah alat yang jauh lebih kecil, lebih protek bahkan lebih murah. Hanya dengan biaya rp 100 ribu, kita bisa gunakan alat the humid yang efisien,” jelas Ben menambahkan.
Baca juga: Alumni Faperta Senang Prof. Heri Lalel Jadi Rektor Undana
Ketiga, sudah terbitkan jurnal terakreditasi nasional.
“Dari hasil penelitian ini sendiri, kami sudah terbitkan di sebuah jurnal dengan terakderitasi nasional dan alat-alat ini sendiri sudah diidstribusikan ke mitra di dua kabupaten, yakni Kabupaten Kupang dan Kabupaten Malaka dan sampai sekarang masih digunakan,” papar Ben sembari berharap, alat pengering itu terus dikembangkan dan dibuat lebih kecil lagi agar bisa didistribusikan ke tempat-tempat yang belum memiliki daya listrik yang besar.
Mahasiswa Prodi Teknik Mesin FST, Hendra Manafe menjelaskan, alat tersebut diserahkan kepada mitra di Noelbaki, Kupang Tengah tanggal 20 Desember 2020. “Hingga kini alat ini masih digunakan dan kami juga mendampingi masyarakat dalam hal perawatan mesin,” ujarnya.
Hendra menjelaskan, mesin tersebut memiliki beberapa komponen, yakni tiga buah sensor kelembaban dan temperatur, yang terletak di bagian bawah, tengah dan atas. Keunggulan lainnya, kata Hendra, adalah kualitas kontrol menggunakan kamera thermal dan thermometer infared.
Memiliki beberapa komponen, untuk indikator, suhu maupun kelembaban atas tiga, yaitu di bagian bawah tengah dan atas.