Dokter Anak Dorong Vaksin Covid, Dinkes NTT Sasar 582.844 Remaja
Ketua Ikatan Dokter Anak Provinsi NTT, dr Frans Taolin SpA mengungkapkan alasan mengapa anak-anak berusia 12-17 tahun harus disuntik vaksin
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Ketua Ikatan Dokter Anak Provinsi NTT, dr Frans Taolin SpA mengungkapkan alasan mengapa anak-anak berusia 12-17 tahun harus disuntik vaksin. Sedangkan anak di bawah usia 12 tahun belum dapat direkomendasikan untuk divaksin.
"Anak 12-17 tahun diutamakan karena, anak-anak usia seperti ini selain hasil uji klinisnya telah ada, aktivitasnya sangat tinggi maka harus divaksin terlebih dahulu. Anak-anak usia seperti ini juga mudah menularkan virus kepada orang lain. Maka harus diutamakan untuk melindungi mereka maupun orang disekitarnya," terang dokter Frans dalam acara Ngobrol Asyik Bersama Pos Kupang secara virtual, Jumat (23/7/2021).
Selain dokter Frans, narasumber lainnya adalah dr Rachmat Wily Sitompul, M.Kes (Helth Specialist Wahana Visi Indonesia), Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi dan Kepala Bidang Penyegahan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kependudukan dan Catatan Sipil NTT Ir Erlina Rosita Salmun, M.KEs.
Kegiatan dengan tema Vaksinasi Bagi Anak: Melihat dari Isu Pendidikan dan Kesehatan itu dipandu jurnalis Pos Kupang Novemy Leo.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Untuk Ibu Hamil dan Menyusui, 3 Persiapan Sebelum Divaksin
Dokter Frans mengatakan, Ikatan Dokter Anak Indonesia terlebih dahulu mengikuti rekomendasi anak 12-17 tahun divaksin. Hasil penelitian telah ada dan digunakan pada anak-anak adalah vaksin Sinovac.
Menurutnya, vaksin Sinovac telah melewati penelitian fase kedua dengan hasil penelitian dari Cina, bagi anak usia 12-17 tahun, 11 bulan 12 hari untuk divaksinasi berdasarkan penelitian fase pertama dan kedua imonogenitasnya paling bagus mencapai 100 persen.
Untuk proses vaksinasi anak usia 12-17, lanjut dokter Frans, sama dosis dan jaraknya. Ia menyebut dosisnya 3 mikro gram, serta efeknya sama dengan orang dewasa.
Menurut dokter Frans, dampak pandemi Covid-19 bagi kesehatan fisik dan mental anak seperti terjadi kekerasan fisik dan psikis, namun semuanya tergantung pada oarang tua masing-masing. Apabila orang tua dapat mengerti dan mengendali situasi, pasti tidak terjadi masalah. Selain itu, apabila latar belakang pendidikan orang tua rendah dan mengatasi persoalan anak-anak di rumah di masa pandemi Covid dengan tidak benar, maka akan terjadi tindakan fisik maupun mental yang tidak disadari oleh orang tua.
Baca juga: Perbedaan Gejala Covid-19 Bagi yang Sudah Vaksin Lengkap, Vaksin Dosis Pertama dan Tidak Divaksin
Dampak lainnya, lanjut dokter Frans, anak-anak habiskan waktu di rumah dengan mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan terjadi obesitas. Kemudian akan bermain game online dan lupa makan. Hal-hal itu akan mengganggu kesehatan anak.
Dokter Frans menyarankan agar, orang tua di masa pandemi Covid ini tidak boleh merasa bosan atau stres dengan mengurus anak-anak. Namun apabila susah dalam mengurus anak-anak di masa pandemi Covid ini, dapat menerima saran dari orang lain, maupun guru di sekolah.
Kepada anak-anak, dokter Frans mengimbau menggunakan waktu sebaik mungkin untuk belajar, makan dan berolahraga. "Apabila ingin bermain bisa disesuaikan dengan waktu di rumah," imbuhnya.
Ia menegaskan, anak di bawah usia 12 tahun belum dapat direkomendasikan untuk divaksin karena belum ada hasil penelitiannya. "Kami masih menunggu penelitian sampai selesai dan hasil aman dengan pembentukan anti bodi yang bagus, pasti akan dilakukan vaksin bagi anak usia 12 tahun ke bawah," ujarnya.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi NTT, Ir Erlina Rosita Salmun, M.Kes menjelaskan, pelaksanaan vaksinasi anak sesuai petunjuk Menteri Kesehatan mulai berlaku 2 Juli 2021. Dinkes NTT memastikan ketersediaan sekaligus pendropingan vaksin khusus untuk anak ke semua wilayah kabupaten/kota.
Menurut Erlina, vaksinasi anak dilaksanakan pada fasilitas kesehatan, sedangkan sekolah hanya sebagai tempat kumpul. Selain itu, menyiapkan tenaga kesehatan yang baik demi menjaga anak peserta vaksinasi dari kejadian ikutan pasca vaksin sebab perlakuannya berbeda dari usia 18 tahun ke atas.
Mengenai data anak sasaran vaksinasi, Erlina mengatakan, berdasarkan hasil koordinasi antara Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah menetapkan kuota anak sasaran vaksinasi sehingga Pemprov NTT hanya menerima jumlah sasaran vaksinasi per kabupaten/kota dengan target mencapai kekebalan kelompok anak remaja (herd imunity). "Dan semua tergantung pada jumlah vaksin yang tersedia," katanya.