Berita Sumba Timur

Warga Kiritana Sumba Timur Menangis Saat Jembatan Gantung Ambruk

ketika itu mereka ada di atas gunung dan menonton banjir yang ada sampai detik terakhir jembatan itu hanyut.

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/OBY LEWANMERU
Tiang besi penopang Jembatan Gantung yang ambruk  di Dusun III, Desa Kiritana, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur. Gambar diambil, Sabtu 24 Juli 2021. 

"Warga tiga RT ini ada di wilayah RW 5 dan saya sebagai ketua. Memang benar, saat jembatan ini rusak kami semua ada mengungsi di atas gunung sebelah timur dari pemukiman," kata Telurama.

Menurut Telurama, warga yang ada di RW 5 itu hampir 100 kepala keluarga.

"Kami semua memang lihat waktu jembatan ini putus dan kami semua menangis pak. Siang ini sumpah demi Tuhan, karena memang jembatan ini kami juga ikut swadaya untuk bangun," ujar Telurama dengan mata berkaca-kaca.

Dikatakan, ketika itu mereka ada di atas gunung dan menonton banjir yang ada sampai detik terakhir jembatan itu hanyut.

"Kami mulai nonton banjir itu dari jam 6 pagi dan sekitar jam 9 pagi itu jembatan ini mulai putus. Saat putus itulah, kami semua menangis karena memang kami semua baik orang tua dan anak-anak ikut kerja waktu bangun jembatan tersebut," ujarnya.

Baca juga: Ketua DPRD Sumba Timur Apresiasi  Kodim dan Polres Gencar Lakukan Vaksinasi Covid-19

Dikatakan, setelah jembatan itu putus dan banjir surut, akses mereka terhambat. Biasanya mereka melintas dengan mudah di atas jembatan untuk ke wilayah sebelah saat ini sudah sulit.

"Sekarang ini, hanya orang dewasa saja yang bisa sebrangi sungai. Kalau anak-anak harus kita pegang karena arus masih kencang. Susahnya kami kalau mau bawa hasil ke pasar harus pikul lewat sungai," katanya.

Telurama juga mengatakan, ketika waktu sekolah, anak-anak tidak bisa ke seberang, karena itu ada guru yang datang antar tugas kemudian orang tua menyebrang untuk menjemput tugas anak, sekaligus menyerahkan hasil kerja anak kepada guru.

"Memang saat ini belajar masih dari rumah karena Corona sehingga guru yang datang di seberang sungai untuk antar tugas maupun ambil hasil kerja anak. Kami orang tua yang menyebrang datang ambil," ujarnya.

Dikatakan, di wilayah itu ada fasilitas umum seperti posyandu dan gereja. Khusus Posyandu, saat ini tidak ada petugas yang datang karena jembatan yang sudah putus.

"Untuk ada kader Posyandu sehingga anak balita ditimbang oleh kader posyandu kemudian hasilnya dikirim ke petugas. Memang saat ini kami susah karena rusaknya jembatan ini," ujarnya.

Baca juga: 71 Kasus Positif Covid-19 di Kabupaten Sumba Timur Bertambah Pada 20 Juli 

Frans Gaba Wangulangu warga lainnya, mengatakan rusaknya jembatan gantung itu saat banjir bandang yang terjadi pada 4-5 April 2021 lalu. 

Menurut Wangulangu,  jembatan itu sangat berguna bagi warga di Dusun III Kiritana, karena untuk ke fasilitas umum baik ke sekolah, Pustu, Kantor Desa maupun ke Waingapu harus menyeberang sungai.

"Tapi karena jembatan sudah rusak maka, saat ini kita sudah sulit ke Kantor Desa atau ke Waingapu, kecuali ada penting sekali," katanya.

Dia juga mengharapkan pemerintah bisa membangun kembali jembatan itu, apalagi semua materi jembatan saat ini masih utuh.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved