Karolina Yunita Liwulangi : Bekerja Bukan Tentang Apa yang Dikerjakan Tapi Bagaimana Mengerjakannya

ketat didalam keluarganya yakni jika sedang berada di mobil bersama - sama, semua handphone dimatikan baik suami, anak - anak

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG.COM/ISTIMEWA
Karolina Yunita Yalla-Liwulangi 

Karolina Yunita Liwulangi : Bekerja Bukan Tentang Apa yang Dikerjakan Tapi Bagaimana Mengerjakannya

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi

POS KUPANG.COM--Karolina Yunita Liwulangi, salah satu pengusaha perempuan Kota Kupang ini tengah sibuk mengembangkan usahanya yang diberi nama Ensikei.

Ensikei pertama kali berdiri ditahun 2018 dan menjual aneka aksesori yang diproduksi sendiri.

Ibu tiga anak ini sebelumnya adalah seorang dosen tetap di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Kupang. Namun dia lebih memilih untuk berhenti agar bisa lebih banyak waktu untuk keluarganya.

Meski demikian, keputusan itu tidak selalu berjalan mulus.

"Jadi, saya ambil keputusan berhenti dibulan Oktober 2017, waktu itu saya masih fokus mengajar di ELTA di Undana masih aman. Begitu program selesai dibulan Desember saya mulai merasa, aduh sibuknya hanya sore. Pagi hanya di rumah urus anak urus rumah. Bingung. Akhirnya mulai duduk - duduk kurang kerja bikin anting" ceritanya pada Selasa 5 Januari 2021.

Baca juga: Jangan Puasa di Hari Tasyrik, Apalagi Pada Hari Istimewa Idul Adha, Ini Tanggal Yang Tak Dianjurkan

Diambilnya kawat dan dikepang - kepang, bagian ujungnya dibuat pengait untuk bisa dipasang di telinga. Setelah itu dipostingnya hasil kerja hari itu.

Ternyata ada yang menyukai dan meminta dibuatkan anting. Setelah itu mulai ada yang meminta anting dengan model tertentu dan Nita berusaha untuk mencarinya.

Founder SMART LEARNING CENTER KUPANG ini akhirnya bisa mengisi waktu pagi hari dengan kegiatan membuat anting - anting sambil tetap mengawasi anak - anaknya.

"Memang baik kita di rumah lihat anak, tapi lebih baik sambil lihat, tangan juga bergerak bekerja," ujarnya.

Setelah mengerjakan anting selama beberapa waktu, akhirnya anting tersebut sudah bertumpuk dan Nita memilih untuk mengepaknya lalu menjualnya ke kantor - kantor dan sekolah - sekolah.

Baca juga: Aurel Hermansyah Panik Tak Ketolongan, Pria Lain Masuk Rumah Panggil Istri Atta Halilintar Sayang

Sebagai lulusan S2 Australia, Nita kerap mendapat cibiran karena berjualan anting, tetapi satu hal yang membuatnya tetap teguh menjalankan pekerjaannya adalah prinsip bahwa bekerja bukan tentang apa yang dilakukan tetapi tentang bagaimana mengerjakannya.

"Orang meskipun cuma jualan gorengan, ketika dia melakukannya dengan sungguh - sungguh, dia bisa beli rumah dengan hasil jualan gorengan itu," ujar alumnus FKIP Bahasa Inggris Undana ini.

Dia mengakui, tidak semua orang bisa menerima seorang tamatan S2 yang dulunya dosen akhirnya menjual anting.

"Dengar - dengar dulu kakak ambil S2, dengar - dengar su jadi dosen" begitulah yang kerap didengarnya.

Masa itu merupakan masa dimana dia dipaksa untuk mengerti diri sendiri dan harus mencintai diri sendiri supaya tidak terganggu dengan apapun kata orang.

Baca juga: Kompetisi Pra-musim, Manchester United Kalahkan Derby County 2-1 di Pride Park

"Sulit memang, tapi hal tersebutlah yang membuat kita naik level dalam kehidupan," ujarnya.

"Seperti orang bermain game, hanya orang yang sudah lolos tantanganlah yang bisa naik level," lanjutnya.

Baginya, bukan tentang apa yang orang pikirkan tentang diri kita tetapi bagaimana kita memandang diri sendiri dalam melakukan pekerjaan kita.

Dianggap remeh bukan sesuatu yang menyakitkan baginya karena tujuannya bekerja adalah mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan, bukan untuk mencari simpati orang - orang.

Meski demikian, Nita tak memungkiri dirinya pernah sampai depresi saat awal memulai usahanya ini.

Baca juga: Airlangga : Saya Berharap ITI-PII Membantu Pemerintah Buat Centra Vaksin di Kampus 

"Tapi ketika saya perkenalkan diri ke orang, 'halo saya Nita, anak pertama dari delapan bersaudara, orangtua cuma jualan sayur, puji Tuhan saya sudah sampai dititik ini. Itu cara untuk membuat saya untuk rendah hati dan tidak marah. Kekuatannya disitu," ujar Nita.

"Kita marah ketika orang menganggap remeh, ketika kita merasa diatas dan orang membanting kita. Tapi kalau kita sudah dari dasar siapa yang bisa membanting?" sambungnya.

Namun, pepatah 'hasil tidak pernah mengkhianati usaha' benar adanya. Ditahun 2019 Nita berkesempatan mewakili NTT ke Korea Selatan dengan jualannya bersama PLN Indonesia.

Saat itu, anting yang diproduksinya sudah berbahan kain tenun NTT. Selama lima hari berada di Kota Seoul, Nita juga sempat melihat - lihat dan membeli anting - anting untuk kemudian dijual di Kota Kupang.

SMART LEARNING CENTER KUPANG yang dibangunnya pada tahun 2015 silam juga kini telah berkembang. Tempatnya bersebelahan dengan Ensikei yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan III, No. 39 A, Walikota, Kupang, sehingga memudahkan Nita untuk bekerja.

Baca juga: Ruas Jalan Waingapu-Melolo Sumba Timur Sedang Ditambal 

Pagi hari di Ensikei dan sore hari di SMART LEARNING CENTER KUPANG.

Setelah dua tahun Smart Learning Center berjalan (2017), Nita semakin sibuk dan waktunya sangat berkurang bahkan tidak cukup untuk dibagi dengan ketiga buah hatinya.

"Saat itu berat untuk memilih. Anak - anak jadi sering sakit. Mau lepas pekerjaan tetap, ini siapa yang tidak mau jadi dosen tetap mengingat dari titik awal saya memulai. Mungkin bagi sebagian orang pekerjaan sebagai dosen itu 'ah cuma dosen' tapi bagi saya itu luar biasa. Tapi disisi lain apakah saya harus melepas SMART Learning Center yang notabene adalah "anak" saya, saya yang bangun," ungkapnya.

Dibalik setiap keputusannya, Nita mengakui ada keluarga yang selalu mendukungnya, terutama sang suami, Yesaya Yalla.

"Saya beruntung suami saya itu bersedia membantu saya dan selalu mendukung," ungkapnya.

Baca juga: Airlangga : Saya Berharap ITI-PII Membantu Pemerintah Buat Centra Vaksin di Kampus 

Dimasa pandemi, saat semua kegiatan dilakukan dari rumah, Nita akhirnya bisa menghabiskan waktu lebih banyak lagi karena ketiga anaknya bisa diajak ke tempatnya bekerja.

Meski demikian ada satu aturan yang ditetapkan dengan ketat didalam keluarganya yakni jika sedang berada di mobil bersama - sama, semua handphone dimatikan baik suami, anak - anak maupun dirinya sendiri.

"Karena di mobil, saat jalan itu waktu yang tepat untuk kita membicarakan banyak hal karena kalau di rumah anak - anak pasti lebih memilih main game," ujarnya.

Bangga dengan Ibunya

Terlahir sebagai anak pertama dari pasangan Lusia Nawiah dan Donatus Liwulangi (Alm) yang harus kehilangan sang ayah sejak umur 5 tahun, Nita terbiasa melakukan apa saja untuk bisa membantu ibunya membiayai adik - adiknya.

"Dari dulu saya sudah tahu bahwa nanti saya yang akan urus mereka (adik - adik)," katanya. Ibunya menikah lagi pada saat Nita masih di bangku Sekolah Dasar dengan Jerri Dominggus Soares yang menjadi ayah sambung bagi Nita dan adik - adiknya.

Baca juga: PHBI Kota Kupang Akan Salurkan Daging Kurban ke Masyarakat Langsung di Rumah

"Puji Tuhan, mama menikah dengan orang yang baik dan sabar seperti bapa Yeri. Dari bapa saya belajar untuk baca Alkitab dan perkatakan firman Tuhan," ujarnya.

Bahkan diusia yang masih belia, Nita sudah akrab dengan kerasnya hidup hingga ada pada titik dimana dalam sehari hanya bisa makan satu kali dan terkadang makannya cuma nasi.

Dalam keadaan seperti itu, sang ibu masih sempat menyisihkan uang untuk membayar les Bahasa Inggris yang diikuti Nita.

"Dizaman itu belum ada yang terpikirkan untuk mengikuti les tapi mama sudah memikirkan itu. Dia membayar les dan saya rasa itu adalah investasi terbesar dalam hidup saya," kenangnya.

Keinginan Nita untuk bisa menguasai bahasa Inggris adalah karena ingin seperti sang ayah.

Baca juga: Karya Bhakti Pembersihan Gereja GMIT Purna Lattis Oleh Satgas Pamtas RI - RDTL Yonif 743/PSY

"Mama cerita kalau papa itu jago Bahasa Inggris jadi saya ingin seperti papa. Karena saya anaknya pasti saya bisa," ungkapnya.

Selain itu, salah satu hal yang membuat Nita bangga adalah ibunya adalah pekerja keras. Dari beliau, Nita belajar banyak tentang etos kerja , kerendahan hati dan bertahan di situasi sulit sekalipun.(*)

BIODATA
Nama Lengkap : Karolina Yunita Yalla-Liwulangi
Tempat Tanggal Lahir : Geluran, 3 Juni 1984
Pendidikan
SD : SD GMIT Manumuti Tarus (1990-1996)
SMP: SLTPK Adisucipto Penfui (1996-1999)
SMA: SMAN 1 KUPANG (1999-2002)
S1: FKIP UNDANA (2002-2007)
S2: LA TROBE UNIVERSITY, MELBOURNE, AUSTRALIA (2012-2013)

Ket. Foto :
1. Nita bersama orangtua dan adik-adik
2. Nita bersama suami dan anak - anak
3. Nita di Seoul dengan mengenakan Pakaian Adat dari Kabupaten Alor.

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved