Undana Kupang Lepas 869 Wisudawan, Rektor Fred Benu Singgung Tantangan Perubahan Iklim

Undana Kupang Lepas 869 Wisudawan, Rektor Paparkan Tantangan Perubahan Iklim

Editor: Gordy Donofan
POS-KUPANG.COM/ISTIMEWA
Rektor Undana Kupang, Prof. Fred Benu saat memindahkan tali kucir wisudawan di Auditorium Undana, Senin 28 Juni 2021. Wisuda kali ini ada 869 wisudawan. 

“Meskipun sebagai negara, sudah menandatangani Protokol Kyoto, tetapi sebagai bangsa, golongan, atau keluarga harus berjuang mencari celah untuk meningkatkan kesejahteraan masing-masing.Atas nama meningkatkan kesejahteraan maka kita selalu mencari keuntungan finansial yang lebih besar. Untuk memperoleh keuntungan lebih itulah maka kita terus saja menambang minyak bumi, gas alam, dan batubara, padahal kita sudah mampu menciptakan teknologi alternatifnya,” papar Prof. Fred menambahkan.

Baca juga: Tingkatkan Keterampilan Usaha Digital, Kemenkominfo, FEB Undana & Unsoed Gelar Pelatihan TA DTS 2021

Indonesia Miliki Kapasitas Hayati

Sebagai Negara berkeanekaragaman hayati tinggi (megabiodiversity country), sebut Prof. Fred,  Indonesia mempunyai kapasitas hayati yang besar. Namun karena jumlah penduduk yang besar,  maka kapasitas hayati setiap orang Indonesia menjadi kecil.

“Jejak kaki ekologis kita memang tidak sebesar jejak kaki ekologis orang-orang di negara-negara maju. Sebagai sekedar contoh, orang Luxemburg pada peringkat tertinggi, Australia pada peringkat 4, Amerika pada peringkat 5, dan Singapura pada peringkat 8 mempunyai jejak kaki masing-masing 15,82; 9,31; 8,22; dan 7,97 global hektar per orang (gha/orang), sedangkan jejak kaki ekologis kita berada pada peringkat ke135 sebesar 1,58 gha/orang. Angka-angka ini menunjukkan betapa besar ketimpangan yang terjadi,” beber Guru Besar Ekonomi Pertanian ini.

Dari hasil Sensus Penduduk 2020 adalah sebesar 270,20 juta jiwa, menurut Prof. Fred, Indonesia tidak mungkin terus meningkatkan jejak kaki ekologis yang saat ini berada pada angka 1,26 gha/orang.

Pada angka ini, lanjut Rektor Undana, sumber daya Indonesia mencukupi untuk mendukung penghidupan berkelanjutan, hanya untuk jumlah penduduk sebanyak 196,86 juta, sedangkan jumlah penduduk Indonesia saat ini bertambah 32,26 juta dari sensus penduduk 10 tahun sebelumnya.

Baca juga: Akhiri Masa Jabatan 2022, Rektor Undana Minta Fungsikan Kawasan Besipae

“Memasuki dasawarsa yang oleh OECD, dalam publikasinya Education 2030: The Future We Want, dinamakan “dasawarsa perubahan iklim dan penipisan sumber daya alam,” ungkapnya.

“Hal ini sesungguhnya merupakan konsekuensi logis dari pola hidup yang kita jalani, sebagai manusia sejak selama puluhan bahkan ratusan abad lampau,” tambah Prof. Fred.

Oleh karena itu, ungkap Rektor Undana, ketika bencana tiba, sebagaimana Badai Seroja melanda NTT pada 4-5 April lalu, itu bukanlah “hukuman” yang bisa diterima begitu saja.

Sebagaimana lirik lagu, Untuk Kita Renungkan yang dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade, “ini bukan hukuman, hanya satu isyarat, bahwa kita mesti banyak berbenah”.

“Bahwa bencana yang kita alami sesungguhnya adalah akibat dari perlakuan semena-mena kita terhadap lingkungan hidup kita. Bukan hanya terhadap lingkungan fisik seperti halnya bumi, langit, dan segala isinya, melainkan juga terhadap lingkungan sosial yang tidak kasat mata sebagaimana misalnya kesenjangan penghidupan, perbedaan cara pandang, dan kontestasi kepentingan,” beber Prof. Fred.

Menurut Prof. Fred, dampak terhadap lingkungan social ini diprediksi akan mengalami eskalasi,  dalam memasuki dasawarsa perubahan iklim dan penipisan sumberdaya alam ini.

Baca juga: Rektor Buka Rakor Perencanaan Program - Anggaran Undana di Besipae TTS

 Sehingga kesenjangan akan semakin meruncing, perbedaan akan semakin kontras, dan kontestasi akan semakin sengit.

Dampak Revolusi 4.0

“Para wisudawan yang berbahagia, Sebagai wisudawan pada dasawarsa awal millennium ketiga ini, kita juga akan berhadapan langsung dengan dunia nyata Revolusi Industri ke-4 (the Fourth Industrial Revolution). Sebagaimana revolusi-revolusi industri sebelumnya yang memberi kita anugerah dan bencana, Revolusi Industri ke-4 ini juga tidak ada bedanya,” papar Prof. Fred.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved