Hasil Rapid Antigen Berbeda di Maumere, Fima Inabuy: Sensitivitas Rendah

Fima Inabuy menduga hasil Rapid Antigen berbeda dari tiga klinik di Maumere karena ada perbedaan akurasi kit antigen yang dipakai

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM//Irfan Hoi
Ketua tim Lab Biokesmas Provinsi NTT, Dr. Fima Inabuy 

POS-KUPANG.COM - KEPALA Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat NTT ( Lab Biokesmas NTT), Fima Inabuy menduga hasil Rapid Antigen berbeda dari tiga klinik di Maumere karena ada perbedaan akurasi kit antigen yang dipakai.

Menurutnya, Antigen memiliki akurasi yang berbeda-beda tergantung merek yang digunakan. "Bagaimana pun Antigen punya kelemahan di situ. Maka kami mendorong berbagai pihak lakukan pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction), sensitivitas sangat tinggi," kata fima di Kupang, Kamis (3/6/2021).

Permasalahan Antigen, kata Fima, terletak pada sensitivitas yang rendah. Butuh jumlah titer virus yang tinggi di dalam saluran pernapasan seseorang, barulah dapat terdeteksi positif. Orang yang terdeteksi Antigen biasanya sudah terinfeksi virus dalam jangka waktu 3-9 hari. Ketika pemeriksaan dilakukan pemeriksaan satu hari setelah terinfeksi, atau setelah 10 hari setelah terinfeksi, maka kemungkinan tidak akan terdeteksi dengan tes Antigen.

Baca juga: Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa Kunjungi Bendung Kambaniru

Baca juga: Nasabah Lambaikan Tangan ke Adun Tersangka Inventasi Bodong Tiba di Ende

"Kalau orang itu bergejala, sensitivitas Antigen sekitar 80 persen. Artinya, dari 10 orang yang diagnosis pakai Antigen, 8 diantaranya betul, tapi 2 kemungkinan salah diagnosis," jelasnya.

Fima mengatakan, jika orang tersebut tidak bergejala, maka sensitivitas Antigen malah lebih rendah, mencapai 40 persen saja. "Untuk yang masalah di Maumere itu saran saya harus tes PCR di hari yang sama; untuk membandingkan."

Faktor pembacaan Antigen yang kurang akurat, lanjut Fima, karena masyarakat melakukan pemeriksaan ketika virus baru masuk atau hampir sembuh. Dua kondisi ini menunjukkan titer virus dalam tubuh rendah sehingga tidak akan terbaca oleh antigen, tapi terbaca oleh PCR.

Hasil rapid Aantigen yang berbeda dari tiga klinik di Maumere tersebut dinilai Fima menjadi bukti bagi pemerintah bahwa ada kekurangan dari pemakaian Rapid Antigen.

Baca juga: Jemaah Haji Batal Berangkat

Baca juga: Janda di Labuan Bajo Meninggal di Bali, Keluarga Tak Punya Biaya Pulangkan Jenazah

"Pemerintah harus mengadakan laboratorium PCR. Kalau mau penanganan Covid-19 dengan maksimal dan diagnosis akurat, maka mau tidak mau harus investasi untuk beli alat PCR. Antigen hanya pendamping untuk lakukan skrining cepat bagi pelaku perjalanan atau lainnya," tandasnya. (cr1)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved