Upaya Pengendalian Lepra di Tengah Pandemi Covid-19

Satu capaian kami adalah dikeluarkannya resolusi untuk menghapus diskriminasi terhadap pengidap lepra dan anggota keluarganya, yang kemudian diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 2010.

Namun, harap diingat, ukuran kesuksesan yang sebenarnya adalah ketika prinsip dan pedoman yang diatur dalam resolusi tersebut dilaksanakan sepenuhnya oleh seluruh lapisan masyarakat.

Menurut WHO, terdapat sekitar 200.000 kasus baru penyakit lepra yang tercatat setiap tahunnya, dengan 3-4 juta manusia yang hidup dengan disabilitas atau kecacatan akibat penyakit ini. Indonesia mencatat setidaknya 17.000 kasus baru setiap tahunnya, terbesar ketiga setelah India dan Brazil.

Selama lebih dari 3 dekade, sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia, berhasil memberantas lepra sebagai permasalahan utama kesehatan masyarakat dalam parameter yang telah ditentukan oleh WHO.

Sayangnya, hal ini tidak berarti bahwa lepra telah berhasil diberantas sepenuhnya. Masih ada berbagai daerah dimana lepra telah menjadi penyakit yang endemik di berbagai negara. Terlebih, stigma dan diskriminasi terhadap mereka yang terdampak lepra terus terjadi.

Sepanjang lebih dari setengah abad, pengabdian banyak pihak telah membawa kita selangkah lebih dekat menuju dunia yang bebas dari penyakit lepra. Kini, di tengah pandemi Covid-19, adalah suatu hal yang penting bahwa kita tidak melupakan lepra dan dampaknya bagi masyarakat dan terus berupaya keras menanggulanginya.

Dengan melihat kembali bagaimana dunia bersatu padu untuk menanggulangi penyakit ini30 tahun yang lalu, kita harus menuntaskan upaya pemberantasan penyakit yang telah menjadi musuh bersama kemanusiaan sejak lebih dari 1.000 tahun yang lalu. (*)

Kumpulan Opini Pos Kupang