Dinas Kesehatan Manggarai Barat Uji Laboratorium Air Kali Wae Mese, Begini Hasil Sementara

Dinas Kesehatan Manggarai Barat Uji Laboratorium Air Kali Wae Mese, Begini Hasil Sementara

Penulis: Gecio Viana | Editor: Ferry Ndoen
pk/gecio viana
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar saat melakukan pengambilan sampel air kali Wae Mese di Kampung Lobohusu Dusun Marombok, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, Kabupaten Mabar, Rabu (19/5/2021). 

Warga satu kampung itu tinggal di Kampung Lobohusu Dusun Marombok, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo Kabupaten Mabar.

Sehari-hari, sebanyak 55 kepala keluarga (KK), menimba air sejauh 1 kilometer di kali Wae Mese.

Aktivitas warga ini dilakukan setiap pagi dan sore hari, karena di kampung itu tidak terdapat sumber air maupun layanan air bersih dari pemerintah.

Warga biasanya menggunakan jeriken berbagai ukuran untuk menimba air kali yang terlihat keruh, bahkan terlihat berlumut.

Mereka menyusuri perumahan warga, areal persawahan, kebun milik warga hingga sampai di bibir kali.

Kali Wae Mese merupakan kali besar, yang juga mengairi sejumlah lahan sawah milik warga desa sepanjang aliran sungai.

Sementara itu, Kampung Lobohusu terletak di arah selatan Labuan Bajo, berjarak kurang dari 5 kilometer dari ibukota Kabupaten Mabar.

Ketua RT 008 RW 004 Kampung Lobohusu, Aco Jafar mengatakan, kebiasaan warga mengonsumsi air kali sejak 1969 lalu.

sebelumnya, warga Kampung Lobohusu tinggal di Lengkong Pou, namun karena banjir bandang dan banyak korban jiwa, mereka direlokasi di Kampung Lobohusu.

Aco menuturkan, air kali tidak hanya digunakan untuk konsumsi warga, namun untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya seperti mandi, mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga hingga pembangunan.

Walaupun air terlihat keruh dan tak layak konsumsi, warga yang berjumlah lebih dari 200 jiwa tidak punya pilihan lain.

Kondisi semakin parah saat memasuki musim hujan, air semakin keruh dan kotor karena bercampur lumpur.

Masyarakat terbantu pada 2018 lalu, karena adanya sumur bor dari Dinas PUPR Provinsi NTT.

Namun demikian, air dari sumur bor sedalam 34 meter itu menghasilkan air payau, yang tidak layak konsumsi.

Sumur bor bantuan itu juga rusak pada Agustus 2020 lalu, karena mesin pemompa air yang rusak, akibatnya warga pun kembali mengonsumsi air kali.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved