Diduga Sering Konsumsi Air Kali, 7 Warga di Labuan Bajo Manggarai Barat Sakit Ginjal
Bahkan, dari 7 warga tersebut, seorang warga telah meninggal dunia 2 tahun lalu akibat terkena penyakit ginjal.
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
Akibatnya, masyarakat tidak mendapatkan air hujan dan terpaksa mengonsumsi air kali yang keruh dan bercampur lumpur akibat banjir.
"Biasanya kami tadah air hujan, baru kami rebus, itu pun kadang tidak menentu, kadang turun kadang tidak. Kadang hujan turun hanya di hulu saja (dan tidak di area kampung), sehingga datang hanya banjir saja, stok air tidak ada, sehingga timba air ini (air kali) untuk minum," tutur Aco.
Hal senada disampaikan warga Kampung Lobohusu, Abdul Sehadu (47), menurutnya sudah terdapat 7 warga kampung itu yang terkena sakit ginjal akibat mengonsumsi air kali.
"Beberapa tahun terakhir sudah ada 7 yang kena batu ginjal resmi dari dokter. Belum tahu yang belum diperiksa, tapi yang sudah positif ada 7 orang," ujarnya.
Baca juga: Update Covid-19 Manggarai Barat: 863 Pasien Sembuh
Menurutnya, kebiasaan warga menggunakan air kali untuk kebutuhan konsumsi dan kebutuhan rumah tangga lainnya telah dilakukan sejak dulu, hingga saat ini.
"Sudah dilakukan sejak nenek moyang," ucapnya.
Pihaknya berharap, pemerintah melalui Perumda Wae Mbeliling agar dapat melayani kebutuhan air bersih bagi masyarakat.
Hal tersebut dilakukan demi mencegah warga yang terkena penyakit akibat mengonsumsi air kali.
Diketahui, sehari-hari, sebanyak 55 kepala keluarga (KK) di Kampung Lobohusu, menimba air sejauh 1 kilometer di kali Wae Mese.

Aktivitas warga ini dilakukan setiap pagi dan sore hari, karena di kampung itu tidak terdapat sumber air maupun layanan air bersih dari pemerintah.
Kali Wae Mese merupakan kali berukuran besar, yang juga mengairi sejumlah lahan sawah milik warga desa sepanjang aliran sungai.
Pantauan POS-KUPANG.COM, air kali Wae Mese terlihat keruh, bahkan berwarna kehijauan.
Meskipun demikian, sejumlah warga tetap menimba air tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Bahkan, warga juga menggunakan air sisa dari areal persawahan yang terlihat keruh untuk mandi dan mencuci pakaian.
Sementara itu, Kampung Lobohusu terletak di arah selatan Labuan Bajo, berjarak kurang dari 5 kilometer dari ibukota Kabupaten Mabar.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana)