Kelompok Usaha Syalom, Desa Kuakalo, Taebenu Benahi Sistim Marketing Ternak Ayam
Kelompok Usaha Syalom, Desa Kuakalo, Taebenu benahi sistim marketing ternak ayam
Penulis: Paul Burin | Editor: Kanis Jehola
Kelompok Usaha Syalom, Desa Kuakalo, Taebenu benahi sistim marketing ternak ayam
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Simson Yunedi Tanu, Ketua Kelompok Usaha Syalom, Desa Kuakalo, Kecamatan Taebenu mengatakan, pada usaha peternakan ayam kampung tahap pertama belum cukup memberi keuntungan. Namun, dengan pengalaman itu mereka akan membenahi lagi pada putaran kedua.
Awalnya, kelompok ini membeli sekitar 175 ekor ayam kampung. Proses pemeliharaan berjalan lancar saja.
Hanya banyak yang mati karena saling mematok. "Ayam itu ada yang besar dan kecil. Ayam kecil menjadi korban patokan ayam yang besar sehingga banyak yang mati," kata Bona ketika ditemui di desa itu, Senin, 19 April 2021.
Baca juga: Atas Dampingan LPMM, Orangtua PAUD Pilanuku Amarasi Sukses Kembangkan Sapi Potong
Baca juga: LPMM Dorong Wirausaha Sosial untuk PAUD dengan Mendesain Proposal Mendapatkan Dana Hibah
Selain itu ketika hendak dijual musim penyakit ayam tiba sehingga banyak yang mati. Yang terjual hanya sebagian kecil saja sehingga dalam kalkulasi usaha kelompok ini belum untung.
Harga jual ayam juga masih cukup rendah. Anggota kelompok ini kata Bona, baru mengikuti pelatihan pemasaran.
Dari pelatihan itu Bona mengatakan, aspek marketing harus dibenahi lagi. Juga anak ayam diharapkan punya usia yang sama sehingga tumbuh kembang lebih cepat dan terutama tidak saling mematok.
Kalau pun ada, ia akan memisahkan sesuai dengan usia anak ayam itu. Sesuai dengan kesepakatan, hasil penjualan dari kelompok akan diberikan kepada pengelola PAUD sebanyak 10 persen.
Baca juga: ISIS Beraksi di Maladewa, Mantan Presiden Terkena Ledakan Bom
Baca juga: Kronologi Bupati Mabar Laporkan Oknum Mahasiswa yang Diduga Lakukan Penghinaan Via Medsos
Sisanya untuk kesejahteraan anggota kelompok. "Kami berharap pada putaran kedua ini ada hasilnya sehingga dapat memacu anggota kelompok untuk lebih giat memelihara," katanya.
Tentang biaya pembelian ayam tahap pertama kata dia dibeli dari masyarakat dengan harga yang bervariasi, yakni Rp 30 sampai Rp 35 ribu per ekor. Tentang rencana pemasaran, Bona mengatakan, sudah ada pedagang yang melakukan kontak langsung dengan anggota kelompok.
Selain dengan beberapa rumah makan di Kota Kupang serta dapat dipasarkan pula di desa itu.
Pada periode pertama, ayam dijual per ekor Rp 65 ribu. Untuk tahap kedua pihaknya bersama anggota akan menghitung harga pakan dan tenaga.
Dengan demikian dapat diketahui harga jual ayam per ekor.
Esi Ide Riwu, bendahara kelompok ternak ayam itu mengharapkan agar pada putaran kedua usaha ini dapat berhasil. Ketekatan itu muncul karena mereka telah memiliki pengalaman tahap pertama dan kini akan memasuki tahap kedua.
Hal yang sama dikatakan Lili Lelhasa. "Kami akan terus belajar untuk memperbaiki kekurangan pada periode pertama itu," kata anggota kelompok ini.