Hama Belalang Masih Bertahan di Sumba, Pengamat Sebut Lebih Baik Dipanen

Kalau memang kita tidak bisa mengusir, sebenarnya kita panen saja belalangnya dan dimanfaatkan

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/MICHAELLA UZURASI
Pengamat Pertanian sekaligus Kepala Laboratorium Biosains Undana, Prof. Herianus J. D. Lalel, Ph.D 

"Itu punya harga jual juga. Daripada kita 'berkelahi dengan dia (belalalng)' dan bikin stres lebih baik kita ambil untungnya saja. Happy kan, ini panen ada uang," ujarnya.

Jika belalang memakan semua tanaman tinggal dikonversi seperti sapi yang makan rumput dan kemudian dipanen sapinya. 

"Daripada kita rugi terus tidak dapat apa - apa," jelasnya.

Serangan hama ini, kata Prof Heri, bisa diprediksi karena sudah banyak tulisan ilmuwan yang mengangkat hal tersebut.

Tim Brigade Pengendalian OPT Dinas Pertanian dan Pangan Sumba Timur mengendalikan belalang di sekitar landasan pacu Bandara Umbu Mehang Kunda Waingapu, Jumat 26 Februari 2021
Tim Brigade Pengendalian OPT Dinas Pertanian dan Pangan Sumba Timur mengendalikan belalang di sekitar landasan pacu Bandara Umbu Mehang Kunda Waingapu, Jumat 26 Februari 2021 (Dokumentasi Brigade Pengendalian OPT)

 
Belalang akan meletakkan telur di tanah dan telur ini menunggu menetas pada saat kondisi tanah basah atau lembab. Selagi masih kering, telur tersebut tidak akan menetas

"Jadi kalau musim hujan telat, itu telurnya tambah banyak. Nanti sudah lembab, basah baru dia menetas satu kali. Nah itu sudah diprediksi kalau hujannya tertunda, akan ada ledakan," katanya.

"Terus ladang - ladang dibuka sana - sini, sumber makanannya banyak, untuk migrasi ke sana kemari itu sudah diprediksi. Dari tahun ke tahun kan muncul. Kalau kita mau cegah, bisa dari awal supaya mengurangi resiko," jelasnya.

Baca juga: Belalang Kembara Serang Jagung di Kambatatana Sumba Timur, Begini Kondisi Terkini, Info

Pada fase sebelum membentuk sayap, belakang hanya akan berputar di tempat yang sama. Setelah bersayap, belalang akan mulai terbang dan berkumpul sehingga membentuk kumpulan yang besar.

"Nah itu kita panen sebelum terbang. Jadi misalnya kita kasih kriteria ke masyarakat, harga yang sudah bersayap kita turunkan dan yang belum bersayap lebih tinggi harganya. Sehingga mereka bisa berpikir lebih baik saya tangkap yang belum bersayap disamping harganya lebih baik, untuk menangkap juga tidak susah," ujarnya.

Hal ini juga menjadi salah satu strategi agar semua masyarakat mengambil bagian dalam mengatasi hama ini sehingga bisa membantu petugas - petugas pertanian yang berusaha membasmi karena disamping kurang personil, dana anggaran juga kurang sehingga menurut Prof. Heri, lebih baik semua masyarakat dilibatkan. 

Tim Brigade Pengendalian OPT Dinas Pertanian dan Pangan Sumba Timur sedang mengendalikan belalang di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Sumba Timur, Selasa (9/2/2021).
 
Tim Brigade Pengendalian OPT Dinas Pertanian dan Pangan Sumba Timur sedang mengendalikan belalang di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Sumba Timur, Selasa 9 Februari 2021.   (Dokumentasi Tim Brigade Pengendalian OPT)

Hama belalang masih akan bertahan karena sumber makanannya masih tercukupi di area tersebut dan tidak ada ancaman bagi kumpulan hama ini.

Baca juga: Kendalikan Belalang -- Dinas Pertanian dan Pangan Sumba Timur Terapkan Sistem Shift

"Karena masih ada makanan dia jadi nyaman di situ untuk bertahan, belum bisa pindah. Makanannya itu macam - macam. Dia lebih suka tanaman gramine seperti padi jagung sorgum, itu kelompok tanaman yang paling disukai," kata Prof. Heri.

"Padi kan masih banyak di sana. Selagi belum habis, dia mau pindah ke mana? Pindah juga butuh energi mau cari tempat yang baru dan mereka melihat seputaran itu masih cukup (makanannya) ya mereka bertahan di situ," lanjutnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved