Hama Belalang Masih Bertahan di Sumba, Pengamat Sebut Lebih Baik Dipanen
Kalau memang kita tidak bisa mengusir, sebenarnya kita panen saja belalangnya dan dimanfaatkan
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
Hama Belalang Masih Bertahan di Sumba, Pengamat Sebut Lebih Baik Dipanen
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Hama belalang yang menyerang hampir seluruh wilayah Sumba masih bertahan hingga saat ini.
Terkait hal tersebut, pengamat pertanian, Prof. Ir. Herianus J. D. Lalel, Ph.D mengatakan, lebih baik belalangnya dipanen dan dimanfaatkan untuk mendatangkan keuntungan bagi masyarakat setempat.
"Sebenarnya ada banyak pendapat untuk pemerintah. Kalau memang kita tidak bisa mengusir, sebenarnya kita panen saja belalangnya dan dimanfaatkan," katanya di Laboratorium Biosains, Undana, Rabu 05 Mei /2021.
"Yang penting orang yang panen kita bayar sedikit, jangan gratis sehingga mereka berebut karena ada insentif misalnya 1 kg harganya sekian," lanjut guru besar Fakultas Pertanian Undana ini.
Menurut Prof. Heri, belalang memang merupakan sumber protein, bahkan di beberapa tempat, belalang menjadi makanan.
Baca juga: Peneliti Hama Sebut Belalang Kembara Bisa Diatasi Kalau Diantisipasi Sejak Awal
"Serangga - serangga ini sekarang menjadi isu yang mulai hangat dibicarakan di dunia berkaitan dengan makanan dari yang tidak biasa tapi bisa dikonsumsi, dari serangga, macam - macam. Di China, itu sudah biasa, di India orang - orang Asia itu segala macam sampai kalajengking dimakan," jelas Kepala Laboratorium Biosains Undana ini.

"Itu kan sumber protein. Memang kalau makan, orang masih rasa aneh. Pilihannya bisa bikin produk, sesuatu yang campuran misalnya bakso supaya bercampur dengan daging sapi atau apa untuk memperkaya, tidak murni belalang sendiri, barangkali orang ngeri juga makan belalang," tambahnya.
Padahal, lanjut dia, bahkan didalam Alkitab, makanan Yohanes Pembabtis adalah belalang dan madu hutan.
"Dari dulu orang makan belakang dan tidak mati. Hanya perasaan - perasaan saja," tandasnya.
Jika belalang terus muncul, anggap saja jadi sumber sesuatu pendapatan daripada harus memikirkan berbagai cara untuk mengatasi hama belalalang dalam jumlah yang sangat banyak ini.
"Daripada kita pusing lagi bagaimana cara mengatasinya lebih baik kita panen raya," ungkapnya.
Baca juga: Di Kabupaten Sumba Timur, Belalang Serang Tanaman di Lewa Tidahu dan Lewa, Begini Kondisinya
Selain untuk pangan, belalang juga bisa dijadikan pakan.
"Kita terlalu banyak impor untuk pakan ternak juga," ujarnya.
Belalang tersebut, kata Prof Heri, tinggal dikeringkan kemudian diolah dengan biji - bijian maka sudah bisa untuk pakan ayam dan segala macam.
"Itu punya harga jual juga. Daripada kita 'berkelahi dengan dia (belalalng)' dan bikin stres lebih baik kita ambil untungnya saja. Happy kan, ini panen ada uang," ujarnya.
Jika belalang memakan semua tanaman tinggal dikonversi seperti sapi yang makan rumput dan kemudian dipanen sapinya.
"Daripada kita rugi terus tidak dapat apa - apa," jelasnya.
Serangan hama ini, kata Prof Heri, bisa diprediksi karena sudah banyak tulisan ilmuwan yang mengangkat hal tersebut.

Belalang akan meletakkan telur di tanah dan telur ini menunggu menetas pada saat kondisi tanah basah atau lembab. Selagi masih kering, telur tersebut tidak akan menetas.
"Jadi kalau musim hujan telat, itu telurnya tambah banyak. Nanti sudah lembab, basah baru dia menetas satu kali. Nah itu sudah diprediksi kalau hujannya tertunda, akan ada ledakan," katanya.
"Terus ladang - ladang dibuka sana - sini, sumber makanannya banyak, untuk migrasi ke sana kemari itu sudah diprediksi. Dari tahun ke tahun kan muncul. Kalau kita mau cegah, bisa dari awal supaya mengurangi resiko," jelasnya.
Baca juga: Belalang Kembara Serang Jagung di Kambatatana Sumba Timur, Begini Kondisi Terkini, Info
Pada fase sebelum membentuk sayap, belakang hanya akan berputar di tempat yang sama. Setelah bersayap, belalang akan mulai terbang dan berkumpul sehingga membentuk kumpulan yang besar.
"Nah itu kita panen sebelum terbang. Jadi misalnya kita kasih kriteria ke masyarakat, harga yang sudah bersayap kita turunkan dan yang belum bersayap lebih tinggi harganya. Sehingga mereka bisa berpikir lebih baik saya tangkap yang belum bersayap disamping harganya lebih baik, untuk menangkap juga tidak susah," ujarnya.
Hal ini juga menjadi salah satu strategi agar semua masyarakat mengambil bagian dalam mengatasi hama ini sehingga bisa membantu petugas - petugas pertanian yang berusaha membasmi karena disamping kurang personil, dana anggaran juga kurang sehingga menurut Prof. Heri, lebih baik semua masyarakat dilibatkan.

Hama belalang masih akan bertahan karena sumber makanannya masih tercukupi di area tersebut dan tidak ada ancaman bagi kumpulan hama ini.
Baca juga: Kendalikan Belalang -- Dinas Pertanian dan Pangan Sumba Timur Terapkan Sistem Shift
"Karena masih ada makanan dia jadi nyaman di situ untuk bertahan, belum bisa pindah. Makanannya itu macam - macam. Dia lebih suka tanaman gramine seperti padi jagung sorgum, itu kelompok tanaman yang paling disukai," kata Prof. Heri.
"Padi kan masih banyak di sana. Selagi belum habis, dia mau pindah ke mana? Pindah juga butuh energi mau cari tempat yang baru dan mereka melihat seputaran itu masih cukup (makanannya) ya mereka bertahan di situ," lanjutnya.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi)