KRI Nanggala Tenggelam

Pengabdian Tiada Akhir, KRI Nanggala-402 Berpatroli Selamanya , Ada Dua Cara Selamatkan ABK

Empati publik pun tampaknya didorong oleh keyakinan bahwa ketika kapal selam tenggelam, hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk awak

Editor: Alfred Dama
Tribunnews.com | Kompas.com/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
Komandan KRI Nanggala 402, Letkol Laut (P) Heri Oktavian. 

POS KUPANG.COM -- Pemerintah melalui satuan yang mencari kapal selam milik TNI AL KRI Nanggala-402 yang dinyatakan hilang Rabu 21 April 2021 masih terus berusaha menemukan kapal selam yang dijuluki monster laut itu

Kapal Selam yang sudah mengabdi lebih daro 40 tahun itu , kini pun dianggap berpatroli selamanya di perairan Indonesia

Dan Setelah dilaporkan hilang kontak pada Rabu (21/4/2021) di perairan Bali, kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam.

Hal itu berdasarkan penemuan beberapa bukti otentik bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 sudah masuk isyarat Subsunk setelah 72 jam pencarian.

Tenggelamnya KRI Nanggala-402 langsung menarik perhatian seluruh warga Indonesia dan negara tetangga tentang keselamatan kapal selam di abad baru.

Empati publik pun tampaknya didorong oleh keyakinan bahwa ketika kapal selam tenggelam, hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk awak.

Baca juga: UPDATE Kapal Selam KRI Nanggala Tenggalam, KSAL Yudo Margono Sebut Monster Laut Alamai Keretakan

Baca juga: Masih Ada Harapan, KASAL Sebut Cadangan Oksigen KRI Nanggala Bisa 5 Hari, dengan Syarat ini

Baca juga: Pemburu Kapal Selam Canggih Marinir AS Tiba di Bali, Poseidon P8 Langsung Beraksi Cari KRI Nanggala

Tentu beberapa orang, khususnya para keluarga korban masih berharap ada harapan tentang keselamatan 53 awak yang bertugas di dalamnya.

Lalu pertanyaan umum pun muncul, apa yang dapat dilakukan jika terjadi kecelakaan dan membuat kapal selam itu tidak bisa kembali ke permukaan laut?

Foto yang diambil pada tanggal 5 Oktober 2017 ini menunjukkan kapal selam Cakra Indonesia KRI Nanggala berlayar dari pelabuhan di Cilegon, Banten.
Foto yang diambil pada tanggal 5 Oktober 2017 ini menunjukkan kapal selam Cakra Indonesia KRI Nanggala berlayar dari pelabuhan di Cilegon, Banten. (AFP)

Informasi itu terdapat pada Journal of Military and Veterans’ Health, jmvh.org, dengan judul Submarine escape and rescue : a brief history yang ditulis Nick Stewart

Dilansir dari mvh.org, pada Minggu (25/42021), ada dua opsi yang tersedia untuk awak kapal selam yang mengalami kegagalan naik ke permukaan (DISSUB).

Yaitu melarikan diri (escape) atau menyelamatkan (rescue).

Melarikan diri (escape) adalah proses di mana awak DISSUB meninggalkan kapal dan mencapai permukaan tanpa bantuan eksternal.

Sedangkan menyelamatkan (rescue) dilakukan oleh pihak luar yang mengeluarkan awak kapal yang terperangkap dari kapal selam.

Pada awal era kapal selam modern, prioritas awal diberikan untuk melarikan diri (escape).

Muncul sekitar tahun 1910, sistem escape pertama berasal dari alat bantu pernapasan yang digunakan oleh penambang batu bara.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved