BOPLBF Bawa Asosiasi Kopi APEKAM dan MPIG Lakukan Benchmarking Ke Kota Magelang
nantinya kita dapat mengembangkan produk olahan kopi dan dapat membuat atraksi dari agro wisatanya,
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
Butuh waktu kurang lebih 3 bulan untuk memanen semua biji kopi, karena biji kopi matang tidak bersamaan. Dan memanen kopi idealnya kopi yang sudah matang / berwarna merah.
Pohon kopi kalau dibiarkan hidup secara liar, ketinggiannya bisa mencapai kurang lebih 4-5 meter. Dan biasanya kuantitas biji akan rendah, karena protein dari tanah lebih untuk pertumbuhan batang pohon.
Sedangkan di kebun kopi MesaStila, 90% persen rata-rata tinggi pohon maksimal 2 meter. Agar kuantitas hasil panenan lebih banyak. Dan karena ketinggian MesaStila di 687 MDPL, sehingga hampir 90% kopinya adalah Robusta.
Hasil panen kopi dari tahun ke tahun tidak sama. Karena hasil panen kopi tergantung dari cuaca. Untuk di MesaStila, panen kopi yang paling bagus di tahun 2007 yaitu menghasilkan 25 ton kopi basah, setelah itu rata – rata hasil panen per tahun kurang lebih 20 ton kopi basah.
Sedangkan perbandingan hasil biji kopi dari basah menjadi kering 4:1 atau 4 ton kopi basah menjadi 1 ton kopi kering.
General Manager MesaStila Resort, Sugeng Sugiantoro, dalam paparannya menekankan pentingnya konsistensi dalam mengembangkan agro wisata.
“Penting untuk kita terus konsisten dalam mengembangkan agro wisata kopi. Dulu dalam mengembangkan Agro Wisata Kopi di MesaStila Resort butuh proses panjang, hingga akhirnya seperti sekarang ini. Dibutuhkan konsistensi hingga mencapai titik sekarang,” ungkap Sugeng.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata di Jawa Tengah, Tatang Sariawan memaparkan tentang konsep pengembangan desa wisata berbasis masyarakat yang dilakukan di Jawa Tengah.
Berdasarkan Peraturan Daerah Pemerintah Jawa Tengah No. 2 Tahun 2019, Desa Wisata diterjemahkan sebagai suatu bentuk integrasi antara potensi daya tarik wisata alam, budaya dan hasil buatan manusia dalam kawasan tertentu dengan didukung oleh atraksi ,akomodasi dan fasilitas lainnya sesuai kearifan lokal masyarakat.
Ada lima aspek utama yang harus diperhatikan dalam mengembangkan desa wisata yaitu :
Pertama adalah Konservasi, yang mana pengembangan desa wisata harus mampu memelihara, melindungi dan berkontribusi untuk memperbaikai sumber daya alam dan budaya.
Kedua adalah Edukasi, yakni konsep pengembangan yang mengandung unsur pendidikan untuk mengubah sikap atau perilaku seseorang menjadi memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan.
Ketiga adalah Partisipasi Masyarakat yaitu membangun desa wisata harus didasarkan atas hasil musyawarah dengan masyarakat setempat dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan agama yang dianut serta masyarakat setempatlah yang menjadi pelaku utamanya.
Keempat yaitu Aspek Ekonomi. Mengembangkan desa wisata harus mampu memberikan manfaat kepada masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi yang berimbang antara kebutuhan pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak.
Serta yang kelima adalah Aspek Wisata dimana desa wisata yang dikembangkan harus dapat memberikan kepuasan pengalaman kepada pengunjung untuk memastikan usaha desa wisata dapat berkelanjutan.