Berita NTT Terkini

Co-Firing Biomasa Undana dan PLN, Begini Kata Rektor Undana Prof. Ir. Fredrik Lukas Benu, Ph.D

Co-Firing biomasa Undana dan PLN, begini kata Rektor Undana Prof. Ir. Fredrik Lukas Benu, Ph.D

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/ELLA UZU RASI
Tim Undana Kupang foto bersama kru Pos Kupang, Kamis (11/3/2021) 

"Kita di NTT ini tahap awalnya ini mungkin targetnya hanya 2 persen.Kebutuhannya cukup besar. Kira - kira kalau kita hitung itu kita butuh biomasa satu hari sekitar 20 ton. Nah kalau kita tidak hati - hati merancang desain program ini termasuk rantai pasoknya dari masyarakat misalnya, ini kan bisa rusak. Jadi kami siap untuk bekerjasama dengan PLN membuat wood chips bahkan mungkin pelet untuk pengganti batubara disaat yang sama kami harus tanggungjawab di masyay, kita tanam," paparnya.

Undana sendiri, dengan luas sekitar 100 hektar, dipenuhi oleh pohon gamal yang sekian lama tidak dipakai untuk kebutuhan apapun.

" Kalau lamtoro sama kaliandra kita masih bisa untuk pakan ternak tapi gamal ini tidak bisa, sehingga tahap awal kami mencoba untuk menggunakan ranting - ranting gamal yang ada di kampus ini," ujarnya.

Pada saat yang sama, lanjut Fred, pihaknya juga harus bekerjasama dengan masyarakat untuk membangun hutan industri.

"Kita harus membangun hutan industri ditengah masyarakat. Masyarakat tanam. Karena untuk pasok sekitar 20 ton per hari ini tidak bisa di lingkungan Undana. Kita harus bersama dengan masyarakat," kata Fred.

"Jadi ada semacam income bagi masyarakat juga entah melalui Badan usaha bumdes atau apapun juga sehingga bisa create income meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat," tambahnya.

Fred mengakui sudah menyiapkan seluruh fasilitas dan akan menandatangani kontrak dalam waktu dekat.

"Dalam waktu dekat kami akan kontrak kerja, mungkin minggu depan atau dua minggu depan kita lihat. Kami akan langsung laksanakanz tahap awal ini kita menggunakan gamal yang ada di dalam Undana," jelas Fred.

Lanjut dia, Undana juga punya hutan cadangan di Ikan Foti sekitar 100 hektar. Hutan tersebut awalnya didominasi pohon lamtoro namun saat ini sudah didominasi oleh pohon gamal.

"Kita akan kembangkan hutan industri ditengah masyarakat, kami akan mencoba mengontak para Bupati sehingga Bupati bersama masyarakat siap lahan, kami membantu, dari program studi kehutanan akan membantu masyarakat untuk menghutankan hutan industri ditengah masyarakat untuk dipakai sebagai bahan baku," bebernya.

Hutan industri, kata Fred, jika ditanami kedua jenis tanaman tersebut, maka dipastikan sudah bisa berprodiksi dalam satu tahun.

"Yang kami tanam kemarin, target kita pertengahan tahun ini, Juli kita sudah bisa pangkas untuk menjadi bahan baku co-firing. Kita siapkan anakan kaliandra dan lamtoro dan masyarakat kita sama - sama membuat hutan industri maka dalam waktu singkat kita bisa pangkas," jelasnya.

Pemangkasan pohon juga kata Fred, tidak dilakukan langsung dari pangkal karena ukuran yang dipakai diameternya sekitar 3 sampai 5 cm sehingga tidak memotong ranting yang besar. 

"Kami khawatir kalau yang besar ini masyarakat langsung tebang pohonnya dan itu merusak hutan kalau ranting - ranting ya antara 3 sampai 5 cm saya pikir itu bisa tumbuh kembali," ujarnya.

Dia berharap pemerintah daerah bisa mensuport program ini dan pihaknya akan menjajaki seluruh Kabupaten untuk pengembangan co-firing.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved