Breaking News

Berita NTT Terkini

Memahami Pernikahan Dan Kehamilan Dalam Mencegah Stunting

BKKBN menggelar ngobrol bersama para jurnalis secara virtual bertajuk sosialisasi percepatan pencegahan stunting

Editor: Kanis Jehola
TRIBUNNEWS.COM
Kepala pusat BKKBN Dr. dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) 

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN), menggelar ngobrol bersama para jurnalis secara virtual bertajuk sosialisasi percepatan pencegahan stunting dan pendataan keluarga tahun 2021.

Dalam penjelasannya, kepala pusat BKKBN Dr. dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), mengatakan pentingnya pendataan keluarga. Pihak BKKBN secara rutin terus memotret keluarga secara lebih dekat dan didapati berbagai masalah dapat diatasi di tingkat keluarga.

"Untuk mengurai suatu masalah, agar dirunut hingga ke tingkat kepala keluarga. Bkkbn mempunyai tanggung jawab menciptkan keluarga yang berkualitas" ujarnya kepada wartawan, Selasa, (9/10/2021).

Baca juga: Wanita Buruk Antar SMK di TTS Raih Prestasi Sendratari Tingkat Nasional

Dikatakan Hasto, untuk mendiagnosis suatu keluarga tidaklah mudah akibat dari kompleksnya tiap permasalahan dan solusi yang berbeda-beda tiap keluarga, misalnya kemiskinan yang basicnya ke mungkin karena suami atau kepala keluarga itu gangguan jiwa, berbeda solusi dengan keluarga yang sehat tapi semua nganggur, hal ini mendorong agar dilakukan potret keluarga lebih dekat.

Ia menjelaskan, bonus demografi sangat membutuhkan sumber daya manusia yang unggul untuk menunjang Indonesia yang maju. Laju pertumbuhan penduduk, kata dia, menjadi 1,25 persen bila dibandingkan sebelumnya yang berkisar di angka 1,49 persen.

Baca juga: Pimpinan dan Karyawan PT Jasa Raharja NTT Ikut Vaksinasi Covid-19

Sedangkan rasio ketergantungan berada di angka 41 persen (bila ada 100 penduduk, hanya akan di bebani 41 yang tidak produktif).

Ia menduga puncak bonus demografi telah terjadi saat ini berdasarkan sensus penduduk yang gencar di lakukan. Prakiran ini, apabila benar adanya, maka meleset dari prakiran sebelumnya yang dikatakan bonus demografi akan terjadi pada tahun 2025 dan berkahir pada tahun 2035.

Untuk itu, ia menekankan agar pada waktu sekarang pentingnya menggenjot kualitas SDM agar menjadi keberkahan tersendiri bagi Indonesia.

Angka stunting di akhir tahun 2020 berada di angka 30,50 persen, hal ini akibat dari masa pandemi covid-19 yang masih berlangsung, sehingga ketika adanya bayi atau balita yang mengalami sakit tidak langsung dibawah ke rumah sakit dan menyebabkan durasi sakit menjadi lebih lama yang turut menyebabkan terkategori stunting.

Untuk menjawabi beberapa persoalan terkait stunting, ia mengatakan BKKBN membuat beberapa langkah, diantaranya mencegah pernikahan usia dini, lingkungan yang bersih dan juga asupan dan nutrisi yang baik bagi bayi atau balita.

Perempuan yang hendak menikah pada saat usia pernikahan, menurutnya akan di lakukan proses screaning dari mengecek tekanan darah, tinggi badan, dan penyakit lainnya. Langkah ini, akan di dukung oleh aplikasi yang akan disiapkan oleh BKKBN agar dinilai dan BKKBN akan memberi saran.

Untuk pria, Hasto menyarankan agar 75 hari sebelum pernikahan agar dilakukan persiapan diri secara matang, termkasud mengkonsumsi vitamin, mengurangi rokok dan tidak berendam di air hangat. Hal ini menjaga kualitas sperma pria pada saat memulai malam pertama dengan pasangannya.

Ketika pasangan ini telah melakukan langkah-langkah kesehatan sebelum pernikahan itu dengan baik, ia mengklaim hal itu akan mengurangi resiko bayi stunting.

"Ini namanya prekonsepsi atau persiapan sebelum menikah. Saya heran, orang-orang siapkan preweding dan resepsi saja sampai puluhan juta, tapi prekonsepsi yang hanya 20 ribu tidak bisa, cek tekanan darah itu murah, asamfolat murah sekali, vitamin juga murah" jelas Hasto.

Pada saat kehamilan, kondisi perempuan yang tidak menjaga kesehatan dengan juga akan mempengaruhi kondisi kandungannya, terutama ketika sedang mengandung dengan bayi berjenis kelamin perempuan. Telur bayi semasa dalam kandungan, akan terpengaruh oleh kondisi ibunya ketika sedang mengandung, sehingga roses kehamilan, kata dia, mestinya harus terencana.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved