Salam Pos Kupang

Musibah Jatuhnya Pesawat Sriwijaya

JATUHNYA Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu Sabtu (9/1) siang, menjadikan kita semua berduka

Editor: Kanis Jehola
Musibah Jatuhnya Pesawat Sriwijaya
Dok POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

POS-KUPANG.COM - JATUHNYA Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu setelah lepas landas empat menit, Sabtu (9/1) siang, menjadikan kita semua berduka.

Kita sedih dan histeris. Airmata jatuh.Awan duka menyelimuti seluruh jagat negeri ini. Semua melantunkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, memohon kiranya jiwa para korban diterima di keabadian Surga.

Sesuai manivest, sebanyak 26 orang berada dalam pesawat yang hendak menuju ke Bandara Internasional Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Bangkai, serpihan pesawat dan sejumlah jasat sudah ditemukan oleh tim gabungan yang terjun ke lokasi kejadian sejak hari pertama tragedi itu. Sebagai warga Nusa Tenggara Timur (NTT), kita juga kehilangan beberapa saudara dan saudari. Satu di antaranya Mia Wadu, seorang pramugari yang berdomisili di Denpasar, Provinsi Bali.

Baca juga: Danrem 161/WS Beri Arahan Bagi Babinsa Reguler, Ini Tujuannya

Kita berharap atas kerja keras tim pencari semua jasat dapat ditemukan, menjalani identifikasi berdasarkan data antenmorten dan postmortem korban. Hari Senin (11/1) kemarin, tim Disaster Victim Identification (DVI) mulai melakukan identifikasi korban yang sudah ditemukan. Tim telah menerima 16 kantong jenazah yang berisi body part korban, tiga kantong berisi property korban serta 40 sampel DNA dari pihak keluarga korban.

Baca juga: Informasi Ikan Mengandung Racun di Manggarai Tidak Benar

Kita berharap proses identifikasi dapat berjalan dengan lancar, termasuk penyelidikan atas penyebab jatuhnya pesawat ini. Apakah karena faktor teknis karena usia pesawat atau karenahuman eror. Pun karena faktor cuaca buruk atau entah apa alasan lainnya. Kita menunggu hasil penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Siapa pun tentu tak menginginkan terjadinya tragedi ini, termasuk pilot dan co-pilot yang menerbangkan pesawat ini. Kembali pada keyakinan kita sebagai orang beragama, jika Tuhan sudah menggariskan demikian maka siapa pun tak boleh menolak apalagi memrotesnya. Tuhan memiliki otoritas tak terbatas dan tak terbendung. Kapan saja Ia bersabda maka jadilah.

Meski demikian, pelajaran yang sungguh berarti bagi manajemen airline adalah selalu membenahi sistim dan prosedur penerbangan. Jika pesawat itu sudah berusia, manajemen diharapkan lebih tegas mengambil keputusan untuk membatasi jam terbang bahkan dengan total menyetopkan meski secara teknis pesawat terekomendir laik terbang.

Selama ini,ketika terjadi musibah,manajemen selalu mengatakan bahwa pesawat dalam kondisi laik terbang. Pesawat itu sudah menjalani semua prosedur terkait penerbangan. Pilot dalam keadaan sehat. Pilot punya jam terbang yang tinggi.

Apa pun argumen, yang namanya faktor usia (pesawat) tak bisa disembunyikan. Usia akan mengisahkan daya tahan seseorang atau sebuah produk. Selain itu, tentu up date ilmu dan keterampilan bagi para pilot dan co-pilot terus dilakukan terutama ketika menghadapi situasi atau cuaca yang buruk sekalipun. Pilot senior pun diharapkan terus belajar dan terus belajar.

Semoga semua manajemen penerbangan dalam negeri dari waktu ke waktu terus berbenah. Kita juga berharap proses menyerahan santunan kepada keluarga atau ahli waris korban berjalan lancar adanya. Tentu pihak keluarga akan mendapat kabar baik dari manajemen pesawat maupun dari pihak asuransi setelah semua administrasi lengkap. *

Sumber: Pos Kupang
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved