Berita NTT Terkini
Catatan Akhir Tahun Pemprov NTT : Provinsi NTT Mulai Bangkit
Pemerintah Provinsi NTT menyebut, dua tahun kepemimpinan duat Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur Josef Adrianus Nae Soi mulai menam
Penulis: Ryan Nong | Editor: Ferry Ndoen
Kolaborasi multi pihak dalam pembangunan infrastruktur jalan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dapat ditunjukan oleh pengerjaan jalan untuk mendukung pembangunan Observatorium Timau yang merupakan pusat kajian astronomi terbesar di Asia Tenggara bahkan di Asia yaitu pengerjaan jalan sepanjang 40 km dari total 57 km panjang ruas jalan Bokong-Lelogama-Timau.
Selain masalah infrastruktur, duet kepemimpinan juga menyelesaikan berbagai problem pembangunan lainnya lewat kebijakan strategis seperti pelibatan semua stakeholders (perguruan tinggi dan lembaga keagamaan) dan kolaborasi dengan kabupaten/kota se-NTT.
Untuk kualitas pelayanan pendidikan, kata Ardu Jelamu, kini menunjukkan kinerja positif, diantaranya; angka partisipasi sekolah penduduk usia 16-18/SMA-SMK pada tahun 2019 naik menjadi 75,04% dari tahun 2018 sebesar 74,83%. Akreditasi sekolah minimal B pada SMA telah mencapai 51,8% pada tahun 2019 dari 20,9% pada tahun 2018; SMK mencapai 32% pada tahun 2019 dari 8,5% pada tahun 2018; SLB mencapai 9,5% pada tahun dari sebelumnya 2,94%.
Ia mengatakan, untuk newujudkan NTT Bangkit dan Sejahtera harus terintegrasi dengan pembangunan di bidang lainnya, yaitu dengan pariwisata sebagai prime mover. Sektor peternakan, pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan dan perindustrian juga terus digenjot. Pembangunan sektor pertanian dan peternakan misalnya, pada tahun kedua kepemimpinan Viktory-Joss ini dilakukan dengan gebrakan besar berupa program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS).
Selain itu juga, pengembangan populasi ternak dan pengembangan marungga. Pemberdayaan ekonomi masyarakat dilakukan melalui kegiatan Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang merupakan konsep kolaborasi pertanian peternakan. Terbukti, hingga agustus 2020, tersedia luas tanam sebesar 1.435,61 ha (14,35%) dari 10.000 ha. Bibit jagung yang didistribusikan antara lain jagung komposit sebanyak 31.045 kg dan jagung hibrida sebanyak 64.099 kg. Hasil panen jagung tersebut juga digunakan untuk pembelian ternak sehingga tingkat kepemilikan ternak di masyarakat meningkat.
Jumlah populasi ternak sapi hingga tahun 2019 sebanyak 1.087.761 ekor dengan tingkat realisasi sebesar 99.88%. Peningkatan populasi ini selain dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat, juga dikembangkan di 7 instalasi ternak. Untuk ternak kecil populasi yang paling mendominasi adalah ternak babi sebanyak 2.266.222 ekor, ternak kambing sebanyak 835.614 ekor, ayam buras sebanyak 10.984.790 ekor, ayam broiler sebanyak 7.300.378 ekor, dan ayam layer sebanyak 225.389 ekor.
Pembangunan sektor kehutanan diarahkan untuk pengembangan potensi hutan dan sumber daya alam yang ada.
Gagasan pembangunan pariwisata NTT, kata Ardu Jelamu, menyentuh juga penataan dan pemanfaatan lingkungan kehutanan, sehingga mendorong aktifitas ekonomi. Pembangunan hutan wisata sedang dilaksanakan melalui pembuatan ekowisata dan ecogreenpark. Pengembangan hutan wisata di Kabupaten Ende, Timor Tengah Utara dan Manggarai Barat serta pengembangan Hutan Wisata pada Lokasi Mangrove di Kabupaten Rote Ndao, yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana berupa rumah pohon, kolam, panggung, spot-spot foto dan jalur untuk bersepeda serta wahana-wahana lain yang mendukung aktifitas wisata, disesuaikan dengan karakteristik lahan yang ada.
Pada prinsipnya, penataan lingkungan kehutanan dilakukan melalui kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dengan capaian yang dicapai hanya pada penanaman yang dilaksanakan pada kawasan hutan dan jenis tanaman endemik lokal. Dari luasan RHL yang dilakukan seluas 6.515 Ha hanya 6.000 Ha saja yang dilaksanakan dalam kawasan hutan dan hanya seluas 4.005,35 Ha yang dilakukan dengan menggunakan jenis endemik lokal. Luasan lahan hutan yang dapat dimanfaatkan adalah 279.087,27 Ha kawasan hutan produksi, 186.188,89 Ha kawasan hutan produksi terbatas dan 80.962,95 Ha hutan produksi konversi. Areal hutan ini dimanfaatkan untuk pengembangan kemiri, jambu mete, kopi, kakao, kenari, kelor, porang, kayu putih, madu dan komoditi kehutanan lainnya.
Peningkatan kesekahteraan masyarakat NTT juga digerakkan pada sektor kelautan dan perikanan. Pada tahun 2019 produksi perikanan tangkap sebanyak 20.040 ton dan hingga Mei 2020 sebanyak 10,714 ton. Untuk pengembangan budidaya rumput laut dilakukan melalui pengembangan 5 kluster rumput laut dan penguatan kelompok serta fasilitasi pengembangan kelompok nelayan pembudidaya rumput laut dengan jumlah produksi rumput laut pada tahun 2019 sebanyak 2.395.752 ton.Hasil ini melampaui target produksi di tahun yang sama (2,381.000 ton). Pada tahun 2020 melalui fasilitasi kepada 4.000 pembudidaya yang tersebar di Kabupaten Sabu Raijua, Alor, Lembata, Flores Timur dan Sikka dengan produksi rumput laut yang ditargetkan sebanyak 2.619.000 ton dan realisasi hingga mei 2020 sebanyak 1.309.500 ton.
Peningkatan produksi perikanan melalaui pembudidayaan dengan keramba jaring apung (Kakap &Kerapu) yang telah dikembangkan di Labuan Kalambu sejumlah 1 juta ekor kerapu dan di Mulut Seribu sejumlah 500 ribu ekor kakap putih. Pengembangan ini menunjang ketersediaan pangan berbasis perikanan di lokasi pariwisata estate. Selain itu pengembangan kegiatan perikanan juga ditujukan di lokus-lokus stunting melalui pemberian sistem rantai dingin (coolbox berinsulasi) di 22 Kab/Kota dan pemberian makanan tambahan olahan berbahan dasar ikan.
Fokus pembangunan sektor industri dan perdagangan diarahkan untuk pembangunan industri pakan ternak di NTT yang belum terpenuhi dengan baik sampai sekarang. Saat ini pembangunan industri pakan ternak sedang dalam proses kajian.
Sementara itu mengembangkan industri garam di NTT mendapat sambutan hangat dan positif Presiden Jokowi saat meninjau pengembangan industry garam di NTT, khususnya di Kabupaten Kupang. Menurut Presiden Jokowi, dari total 600 hektare, sudah 10 hektar lahan garam yang dikembangkan. NTT semestinya mampu memberikan sumbangsih besar dalam mengembangkan 21.000 hektar lahan di Inodonesia.
Di sektor bahari, sebagai provinsi kepulauan, telah digodok pembangunan dan peningkatan pelabuhan-pelabuhan NTT bertaraf internasional yang melibatkan konsultan global yang bermarkas di Singapura SEAPORT. Pembangunan pelabuhan ini akan membawa NTT menjadi provinsi bahari yang handal dalam kaitan konektivitas dalam daerah, nasional hingga internasional. Pembangunan pelabuhan ini akan diikuti dengan perluasan terminal yang terintegrasi dengan rencana Kawasan Industri Bolok-Tenau di lahan seluas 900 Ha.
Untuk mitigasi bencana, mengingat kondisi NTT sebagai supermarket bencana alam nasional karena berada persis di Ring of the Fire (lingkaran gunung api), gagasan dan aksi nyata pembentukan dan pengembangan Desa/kelurahan Tangguh Bencana secara bertahap digencarkan pada 22 Kabupaten/Kota NTT. Ini menjadi salah satu strategi memberdayakan masyarakat itu sendiri agar tanggap terhadap bencana.