Opini Pos Kupang
Voting Behavior Pemilih Milenial dalam Pilkada
Dinamika memberi suara dalam Pilkada Serentak yang akan berlangsung pada 9 Desember 2020 merupakan halurgen yang perlu diindahkan
Selain memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, perilaku memilih dari milenial voters juga dipengaruhi secara emosional. Itulah sebabnya dalam ranah psikologi, milenial voters dikenal juga sebagai emotional voters.
Dalam arti yang sederhana, pilihan mereka banyak dipengaruhi oleh faktor emosional seperti figur kandidat dan kesamaan identitas yang dilihat lebih `kekinian'. Karena itu, aksi para kandidat yang kadang dinilai sangat `lebay' atau `alay' oleh segelintir elit politik generasi lama, sebenarnya memiliki pengaruh yang penting bagi perilaku memilih kaum milenial.
Aksi-aksi unik dan kreatif itu malah memiliki pengaruh emosional yang powerful dan bisa mencuri hati para pemilih milenial. Dalam ranah psikologi, pengaruh emosional ini dikenal dengan sebutan emotional hijacking (pembajakan emosi).
Artinya, sentuhan emosional bisa memikat dan merasuk pikiran yang rasional sekalipun. Pembajakan emosi ini merupakan respons cepat seseorang saat dihadapkan pada situasi kritis walau aksinya bisa dapat benar atau bisa juga salah.
Karena itu, sentuhan emosional yang kreatif di berbagai media, khususnya media sosial diharapkan bisa menjadi senjata ampuh untuk meraup suara pemilih milenial secara tepat pada Pilkada 9 Desember 2020 mendatang.
Sebagai bagian dari generasi milenial, besar harapan saya kiranya preferensi politik pemilih milenial dalam politik elektoral Indonesia dapat sesuai dengan idealisme dan tidak terjebak dalam kungkungan pragmatism semata. Selamat menyongsong Pesta Demokrasi. Say no to golput. (*)