Opini Pos Kupang

Voting Behavior Pemilih Milenial dalam Pilkada

Dinamika memberi suara dalam Pilkada Serentak yang akan berlangsung pada 9 Desember 2020 merupakan halurgen yang perlu diindahkan

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Voting Behavior Pemilih Milenial dalam Pilkada
Dok POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Perilaku memilih ini merupakan sebuah aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to vote or not vote) di dalam Pilkada (Pemilu langsung).

Jika dikaji dalam ranah ilmu Psikologi, voting behavior kaum milenial dipengaruhi oleh dua hal yakni, sikap dan sosialisasi. Sikap seseorang sangat mempengaruhi perilaku politiknya.

Terbentuknya sikap ini diawali dengan proses sosialisasi yang membentuk keterikatan dengan partai politik dan menimbulkan identifikasi tanpa disadari individu.

Proses sosialisasi yang terjadi juga akan membentuk ikatan psikologis seseorang dengan partai politik atau dengan kandidat tertentu.

Persepsi mereka terhadap seorang kandidat yang sudah mensosialisasikan diri mereka dalam berbagai media (sosial) adalah hal yang penting dalam proses pengambilan keputusan untuk memilih.

Di sini, diketahui bahwa peran media, khususnya media online dan media sosial memiliki andil yang cukup penting bagi keputusan memilih kaum milenial.

Bahwasannya kaum milenial adalah orang-orang muda yang memiliki interaksi cepat dan terkoneksi secara intens dengan internet. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa lingkungan keluarga dan pertemanan online, sangat mempengaruhi pilihan politik mereka, khususnya pada saat pertama kali mereka memilih.

Milenial Voters sebagai Pemilih Aktif dan Cerdas

Banyak pandangan yang selalu melihat bahwa milenial voters merupakanpemilih yang `galau' (baca: hanya ikut-ikutan) bahkan cederung kurang loyal kepada partai politik maupun pada calon tertentu.

Banyak survei selalu memandang negatif para pemilih milenial karena dikatakan memiliki sikap apolitis bahkan apatis dengan urusan politik. Mereka bahkan dikatakan memilih partai atau kandidat secara pragmatis. Padahal dalam realita, mereka sangat kreatif dan cerdas.

Sebagai bagian dari kaum milenial, saya berani mengatakan demikian karena dunia digital saat ini sangat mereka kuasai. Penguasaan teknologi informasi oleh kaum milenial memungkinkan mereka memiliki akses yang cukup baik dalam mencari informasi seputar politik dan lain sebagainya.

Dengan kemampuan ini, segala informasi menyangkut partai politik ataupun kandidat akan terbaca dengan jelas dan cepat. Karakter generasi milenial yang melek informasi dan hidup mereka banyak dicurahkan untuk berselancar di dunia maya sembari terkoneksi satu sama lain melalui media sosial bukan menjadikan mereka apolitis apalagi apatis, tetapi justeru mereka mejadi lebih jeli dan cerdas dalam memilih.

Kuantitas generasi milenial yang cukup besar ini tidak boleh membuat kita dengan cepat menilai dan menyebut mereka sebagai pemilih yang pasif. Karena pada kenyataannya mereka adalah pemilih aktif.

Sebab dalam dunia maya, tempat di mana mereka beraktivitas, tersedia banyak informasi yang bisa diperoleh secara gratis, sehingga riwayat dan jejak rekam kandidat ataupun partai politik akan terbaca.

Keaktifan generasi digital native tidak terlepas dari sifat khas mereka yakni, kecenderungan ingin tahu yang tinggi, bahkan mereka bisa menelusuri seluk-beluk kehidupan kandidat yang sangat privasi. Segala informasi yang diperoleh akan menjadi dasar politisnya dalam memberikan suara.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved