Guru SLB Khawatir Kesehatan Siswa di Masa Pandemi, Ada Panduan Bagi Sekolah Tatap Muka

Yang dibutuhkan saat ini adalah alat pelindung diri seperti masker, hand sanitizer, fasilitas cuci tangan, juga vitamin untuk anak-anak untuk membantu

Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello
POS.KUPANG.COM/EGINIUS MO'A
Peserta didik SMAS Katolik St.John Paul II Maumere di Pulau Flores menjalani ujian proyek dimulai Senin (23/11/2020). Guru SLB Khawatir Kesehatan Siswa di Masa Pandemi, Ada Panduan Bagi Sekolah Tatap Muka 

“Mengenai kebijakan pembelajaran tatap muka, pemerintah telah mengeluarkan panduan bagi pemerintah daerah dan sekolah untuk pembukaaN sekolah dengan menyesuaikan zona Covid-19 dan daftar periksa kesiapan sekolah. Keselamatan siswa dan guru harus tetap menjadi prioritas utama,” ungkap Praptono.

Yuliatin, guru SD Negeri Wamena, Jayawijaya, juga memintan agar ketika sekolah dibuka kembali, maka penerapan protokol kesehatan harus dilakukan dengan ketat.

“Pihak dinas harus benar-benar mengecek kesiapan sekolah, agar anak-anak dapat belajar dengan aman, dan dapat mengejar pembelajaran yang selama ini tertunda,” tuturnya.

Baca juga: ASTAGA, Tujuh Siswa SMA dan SMP Ini Pilih Menikah Dini Lantaran Terlalu Lama Tak Masuk Sekolah

Mariana Nineng, Kepala Sekolah SDN Jelimpo 9 di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, bercerita, banyak kendala yang dihadapi saat mendatangi anak-anak di rumah mereka.

“Kadang anak-anak tidak ada di rumah, ada yang ikut ayah ibu mereka bekerja atau di kebun. Guru juga menghadapi kendala lain seperti cuaca, jalan rusak, atau kendaraannya yang rusak,” kata Maria.

Di Nias Selatan, Sumatera Utara, Happy Christina, guru PAUD Baluse Terpadu, mengungkapkan,
upaya yang sudah dilakukan para guru membutuhkan dukungan orangtua.

Namun terkadang orangtua merasa tidak sanggup mendampingi anak mereka belajar karena harus bekerja. Di sisi lain, anak juga merasa tidak nyaman diajar oleh orangtua.

Namun, Suara para guru ini senada dengan hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI bersama Wahana Visi Indonesia dengan didukung  oleh Predikt yang menunjukkan bahwa 76% guru merasa khawatir dan ragu kembali ke sekolah selama masa pandemi Covid-19.

Secara khusus, guru pendidikan khusus/inklusi cenderung lebih merasa khawatir (79%) terkait masalah kesehatan, sedangkan guru di daerah 3T lebih khawatir tentang pembelajaran.

Hasil survei ini dapat diunduh di laman https://wahanavisi.org/id/media-materi/publikasi?per_page=2 atau
http://pgdikmen.kemdikbud.go.id/read-news/mendukung-guru-slb-dan-3-t-pada-masa-pandemi-covid-19

Education Team Leader WVI Mega Indrawati, mengatakan, Dampak Pandemi COVID-19 pada sektor
pendidikan dan kesehatan serta jalan keluar agar dapat mengakomodasi kedua hal tersebut perlu melibatkan
berbagai pihak.

Guru yang merupakan garda terdepan untuk memfasilitasi penyelenggaraan di sekolah juga perlu diberikan kesempatan untuk menyuarakan pendapat, ide, harapan dan kebutuhannya baik saat Belajar
dari Rumah (BdR) dan Adaptasi Kebiasaan Baru ketika sekolah dibuka kembali.

Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Papua, Christian Sohilait menyebutkan, hanya 34% siswa di papua yang bisa efektif lakukan pembelajaran secara daring. Sebanyak 66%
sisanya luring.

“Hanya 20 persen saja siswa yang bisa menikmati kuota gratis oleh menteri, dan itu tersebar
di 34%. Kebijakan yang kita lakukan yaitu memastikan jangan sampai ada yg dapat jaringan tapi sarananya
tidak ada. Atau ada yg dapat siaran radio tapi tidak punya radio dan tv. Pendataan ini kami lakukan sambil
mengatasi satu per satu. Kami bekerja sama dengan 9 stasiun RRI dan 6 TV swasta, dan juga bersama dengan
WVI membuat buku-buku yang bisa dibagikan pada anak-anak,” ujar Christian.

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved