Guru SLB Khawatir Kesehatan Siswa di Masa Pandemi, Ada Panduan Bagi Sekolah Tatap Muka
Yang dibutuhkan saat ini adalah alat pelindung diri seperti masker, hand sanitizer, fasilitas cuci tangan, juga vitamin untuk anak-anak untuk membantu
Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello
Yang dibutuhkan saat ini adalah alat pelindung diri seperti masker, hand sanitizer, fasilitas cuci tangan, juga vitamin untuk anak-anak untuk membantu daya tahan tubuh mereka,
POS-KUPANG.COM | KUPANG – Guru pada Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam masa pandemi Covid-19 ini mengkhawatirkan kondisi kesehatan anak-anak berkebutuhan khusus yang rentan terpapar virus.
Oleh karena itu, pembelajaran tetap dilakukan secara daring, dengan materi ajar yang dibagikan kepada orangtua dalam waktu tertentu.
Lusia Hurint, guru SLB Kotaraja, Kupang, NTT dalam acara kegiatan media breafing suara guru, mengatakan, sampai saat ini SLB masih belum memberlakukan pembelajaran tatap muka karena guru khawatir dengan kondisi kesehatan anak
Kegiatan media briefing ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional pada 25 November
Untuk itu. Wahana Visi Indonesia bersama Kementerian Pendidikan Kebudayaan menghadirkan para guru dari daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) serta guru pendidikan khusus untuk mengungkapkan kondisi dan
tantangan yang dihadapi, hingga harapan mereka terhadap kegiatan pembelajaran di masa pandemi
Baca juga: Ini Tanggapan Kepala Dinas P dan K NTT Terkait KBM Tatap Muka di Sekolah
Baca juga: Belajar di Sekolah Buka Awal 2021, Mendikbud Nadiem Peringatkan Soal Ini: Kantin Dilarang Beroperasi
Baca juga: TERBARU, Januari 2021 Sekolah Masuk, Mendikbud Nadiem Makarim Tegaskan Soal Tatap Muka di Sekolah
Dalam kegiatan ini terungkap, dengan keterbatasan perangkat digital, dan juga jaringan internet, guru di daerah 3T lebih banyak melakukan pembelajaran jarak jauh dengan metode luring, serta kombinasi antara luring dan daring.
Henvilli Marto Iwan Jehabu, guru SDN Wejang Nendong di Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, mengungkapkan, saat ini, sekolah sudah memulai pembelajaran tatap muka secara bergiliran, setiap hari dibatasi hanya dua kelas yang masuk sekolah.
Namun, Henvili mengatakan, pembelajaran tatap muka ini masih belum maksimal, karena semua pihak merasa khawatir dengan aspek kesehatan.
“Yang dibutuhkan saat ini adalah alat pelindung diri seperti masker, hand sanitizer, fasilitas cuci tangan, juga vitamin untuk anak-anak untuk membantu daya tahan tubuh mereka,” Henvili.
Menurutnya, dalam masa pandemi ini, dengan proses pembelajaran jarak jauh mendorong guru untuk kreatif dalam mengajar, terutama dalam pembelajaran faktual.
“Misalnya ketika guru datang ke rumah siswa, mereka sedang membantu orangtua, maka guru akan mengajak mereka belajar sesuai dengan apa yang sedang dikerjakan saat itu. Kalau ketika guru datang mereka sedang di kebun kopi, guru ajak untuk belajar mengenai kopi. Harus sekreatif mungkin, sehingga anak-anak tetap dapat belajar,” tuturnya.
Baca juga: LEDAKAN COVID-19 di Petamburan,Sudah 80 Kasus Positif Corona Usai Datang ke Acara Dihadiri Rizieq
Baca juga: Mahasiswa Asal Kedang Kupang Anjangsana ke Sekolah Alam Manusak,Simak
Baca juga: Nakes dan TNI-POLRI Prioritas Penerima Vaksin Covid 19 Tahap Awal
Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Praptono, mengapresiasi semangat para guru untuk tetap mengajar dan
memberikan yang terbaik untuk anak-anak selama pandemi.
“Mengenai kebijakan pembelajaran tatap muka, pemerintah telah mengeluarkan panduan bagi pemerintah daerah dan sekolah untuk pembukaan sekolah dengan menyesuaikan zona Covid-19 dan daftar periksa kesiapan sekolah. Keselamatan siswa dan guru harus tetap menjadi prioritas utama,” ungkap Praptono.
Kemendikbud telah mengeluarkan kebijakan bahwa dana Bantuan Operasional Sekolah di masa kedaruratan Covid-19 ini dapat digunakan untuk mendukung kesiapan satuan pendidikan, termasuk untuk pembelian alat pelindung diri seperti masker, juga cairan pembersih tangan dan alat kesehatan seperti termometer tembak.