Timor Leste Tetap Diam Walau Australia Mengeruk Ladang Minyaknya, Benarkah Negara Itu Dapat Kutukan?
18 tahun merdeka, lebih dari 15 tahun ekonomi Timor Leste ditopang oleh ketergantungan hebat mereka dengan industri minyak bumi.
Infrastruktur di Timor Leste tidak dapat dikesampingkan.
Dulunya, 80% dari infrastruktur dasar dihancurkan oleh milisi pro-Jakarta, serta mendapat dukungan militer Indonesia setelah referendum kemerdekaan tahun 1999.
Selanjutnya Timor Leste mendapatkan donor internasional pada tahun-tahun berikutnya, tapi semua hampir habis untuk menutupi biaya administrasi lembaga bantuan internasional.
Sementara itu, kebutuhan masyarakat terhadap infrastruktur dasar terus meningkat.
Pemerintah pun mulai berinvestasi dalam infrastruktur negara, yang memberikan dampak positif seperti pertumbuhan jangka pendek.
Sekitar 80% total populasi, contohnya, telah memiliki akses atas listrik.
Perkembangan yang perlu dicatat lainnya adalah pembangunan jalan-jalan di negara itu, yang membantu para produsen untuk memasarkan hasil mereka dan mengurangi biaya transportasi.
Pembangunan itu juga meningkatkan penyerapan tenaga kerja secara sementara di sektor pembangunan.
Namun itu semua hanya jangka pendek dan sementara saja, sementara tantangan ekonomi yang menghadang jauh lebih besar.
Sektor minyak bumi memang menyediakan pendapatan negara, tapi kelemahannya adalah industri ini tidak menyediakan dampak sekunder untuk ekonomi lokal.
Industri ini juga tidak menumbuhkan sektor swasta lokal.
Kebanyakan kegiatan sektor swasta sifatnya kecil dan belum matang, bergantung pada subsidi pemerintah dan terkonsentrasi di Dilil.
Di luar ibu kota yang gemerlap, pertanian menjadi kegiatan ekonomi yang dominan.
Satu-satunya cara agar minyak bumi berdampak pada ekonomi domestik adalah melalui belanja negara, yang memberikan tekanan pada pemerintah dalam hal kebijakan fiskal.
Meskipun pengeluaran pemerintah dapat merangsang konsumsi domestik, permintaan konsumen hampir seluruhnya dipenuhi oleh barang dan jasa impor.