Siapapun Anda Janganlah Menantang Matahari Apalagi Meludahinya

Siapapun Anda Janganlah Menantang Matahari Apalagi Meludahinya, CEK BERITANYA YUK

Editor: maria anitoda
istimewa
Siapapun Anda Janganlah Menantang Matahari Apalagi Meludahinya 

POS-KUPANG.COM - Siapapun Anda Janganlah Menantang Matahari Apalagi Meludahinya

“Ada ungkapan lama orang tidak mungkin menantang matahari, orang tidak mungkin meludahi matahari, karena ludahnya sendiri akan jatuh kembali menimpanya.

Kalau seumpama saja Alkitab diibaratkan dengan matahari, maka orang pun tidak dapat menantang atau meludahinya.

Baca juga: Hari Ini Tambah Dua Orang Terkonfirmasi Positif Covid-19 di Belu

Baca juga: 11 Karakter Orang Lahir Bulan November: Scorpio dan Sagitarius: Teman Paling Setia, Pejuang Keadilan

Baca juga: Sebanyak 103 Mahasiswa Malaka Masuk jadi Anggota GEMMA

Baca juga: KKB OPM Pimpinan Lekagak Telengen, Unggah Video Desak Kemerdekaan Papua Sesegera Mungkin, Kok Bisa?

Dan jika Alkitab dikatakan sebagai Firman Tuhan, yang lebih dari matahari, maka terlebih lagi orang juga tidak dapat menantangnya atau meludahinya walaupun siapapun dia.

Orang tidak dapat merendahkan dan menafsirkan makna alkitab menurut versinya sendiri, dan demi kepentingan tertentu yang menyesatkan dan bertentangan dengan kebenaran Alkitab itu sendiri.

Pdt Dr Mesakh Dethan Sabtu, 31 Oktober 2020 GMIT Efata Liliba
Pdt Dr Mesakh Dethan Sabtu, 31 Oktober 2020 GMIT Efata Liliba (istimewa)

Ini juga hampir mirip dengan pergumulan tokoh reformasi Marthin Luther pada malam 30 Oktober 1517 di kota Wittenberg.

Betapa tidak sang biarawan Luther bergumul sepajang malam dengan pertanyaan-pertanyaan dan keberatan-keberatan teologis yang mendasar yang kemudian dikenal dengan nama 95 dalil bantahan terhadap praktik indulgensi yang dijalankan oleh Paus Leo X pada masa itu,  di mana pengampunan dosa bisa didapat oleh siapapun. Syaratnya hanya dua: mau dan punya uang”.

“Bagi Luther ajaran ini telahmenyimpang dari ajaran Alkitab Perjanjian Baru yang sesungguhnya.

Ajaran ini seakan telah menantang Alkitab itu sendiri”, demikian cuplikan pemikiran dari Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan,M.Th, MA, Dosen Pasca Sarjana Universitas Kristen Artha Wacana Kupang dalam khotbahnya pada Kebaktian Perayaan Penutupan Bulan Keluarga, HUT GMIT ke 73, dan Peringatan Hari Reformasike 503 di gereja Efata Liliba, Klasis Kota Kupang Timur, yang dilayani  oleh Pdt. Diana Bunga Manafe, STh, hari Sabtu tanggal 31 Oktober2020.

Menurut Luther, Paus Leo X dianggap telah membuat penafsiran kontekstual yang keliru pada masa itu hanya demi untuk kepentingan mencari uang atau menggalang dana untuk rekonstruksi Basilika Santo Petrus di Roma dan upaya ini  sangat didukung oleh biarawan Johann Tetzel dari Ordo Dominikan.

Menurut Tetzel “jangankan kepada yang masih bernapas, orang yang mati pun dapat dihapus dosanya asalkan keluarga yang masih hidup bersedia membeli surat indukgensia (surat penghapusan dosa)”.

“Luther menentang tafsiran dan tindakan gereja yang dianggapnya tidak masuk akal. Ia geram terhadap pemahaman indulgensi gereja dan ia kemudian melakukan tindakan tegas dan gagah berani ia telah tuliskan dalam 95 dalilnya.

Pdt Dr Mesakh Dethan GMIT Efata Liliba
Pdt Dr Mesakh Dethan GMIT Efata Liliba (istimewa)

Baginya, indulgensi macam itu justru bertentangan dengan doktrin Alkitab bahwa pengampunan datang dari iman dan karunia Tuhan Allah semata”, demikian menurut akademisi UKAW dan mantan wartawan Pos Kupang pencetus rubrik berbahasa Kupang “Tapaleuk” ini.

“Luther membawa palu kemudian mengayunkannya keras-keras ke paku di pintu gereja Wittenberg pada 31 Oktober 1517.

Dia mematri 95 dalil yang sebagian besar isinya mempertanyakan keputusan Paus tentang indulgensi.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved