Opini Pos Kupang

Labuan Bajo: Tuan Rumah KTT!

Salah satunya adalah pemberitaan Labuan Bajo menjadi tuan rumah KTT ASEAN dan KTT G-20

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Labuan Bajo: Tuan Rumah KTT!
Dok POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Dengan cakupan yang lebih luas. Dengan proses penyelesaian yang rumit. Mengutip Jan Melissen dalam tulisan berjudul Summit Diplomacy Coming of Age. Summit pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950. Oleh Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill. Beliau mengartikannya sebagai pertemuan para great leaders.

G-20 beranggotakan negara-negara berpengaruh di dunia. Jerman, Prancis, Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia, Inggris, dan masih banyak lagi. KTT G-20, tahun 2020, digelar di Riyadh, ibukota Saudi Arabia. Tahun 2019 lalu, di Osaka, Jepang. Tahun 2021, nanti, di Roma, Italia.

Begitu juga dengan gelaran KTT ASEAN 2023. Para tamu yang akan datang adalah tetangga kita di kawasan Asia Tenggara. Bicara ASEAN, Indonesia adalah pemain penting. Merupakan founding fathers bersama Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina.

Sebagai organisasi regional, ASEAN kerap disebut bakal mengikuti jejak Uni Eropa. Meskipun, masih jauh panggang dari api. Namun, hal tersebut bukan suatu kemustahilan. ASEAN dengan motto One Vision, One Identity, One Community. Sejak tahun 31 Desember 2015, telah menjalankan ASEAN Community.

Dengan tiga pilar utama. Politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. KTT ASEAN di Labuan Bajo akan menjadi tonggak penentu arah kebijakan ASEAN pasca implementasi ASEAN Community 2015, dan menuju Visi ASEAN 2025, Labuan Bajo
Labuan Bajo.

Kata kunci bagi orang yang belum familiar dengan NTT. Mengapa demikian? Karena masih timbul tanggapan keliru dari orang awam tersebut. NTT masih diidentifikasi sebagai Papua atau Ambon. Sebagai orang NTT, jawaban tersebut sungguh menggemaskan.

Terkadang, kita harus memberikan petunjuk, biasanya kita menyebut Pulau Komodo atau Labuan Bajo. Kota kecil di ujung barat Flores ini sudah sangat familiar di telinga publik nasional maupun internasional. Walau masih tergolong ibukota kabupaten muda, kota ini terus berbenah. Melejit dengan pesona pariwisata. Kini gemerlap oleh resort kelas dunia. Pemerintah juga telah menetapkan statusnya sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.

Indonesia telah beberapa kali menjadi tuan rumah KTT ASEAN. Ada dua daerah yang selalu menjadi pilihan yaitu DKI Jakarta atau Bali. Terpilihnya Labuan Bajo adalah bentuk penyegaran. Hal tersebut juga merupakan pencapaian internasional kita sebagai orang NTT.

Kita patut berbangga. Labuan Bajo secara khusus perlahan menghapus stigma Jakartasentris. Kota kecil ini siap menjadi alternatif. Begitupun dengan NTT. Secara langsung atau tidak langsung, akan menghapus stigma negatif. Yang juga sayangnya dibentuk oleh kita sendiri. Negeri Tanda Tanya. Nanti Tuhan Tolong. Nusa Terus Tertinggal. Wajah suram itu sebentar lagi berubah. Menjadi Nusa Tidak Takut. Tidak takut memperbaiki diri. Tidak takut bersaing. Tidak takut menghadapi perubahan dunia.

Keresahan saat seminar tadi akhirnya terjawab. Profil NTT adalah negara kepulauan. Sangat pantas menjadi pos strategis Indonesia dalam bidang tertentu. Idelanya, setiap provinsi perbatasan harus diberdayakan, sesuai potensi masing-masing. Karena wilayah tersebutlah pintu masuk Indonesia yang sebenarnya.

Berdayakan ekonomi dan keamanan di perbatasan. NTT, sebagai pintu masuk selatan butuh itu. Perlahan itu sudah terjawab. Semoga membuka mata dunia. Bahwa Indonesia tidak hanya Jakarta, tetapi juga NTT dan Labuan Bajo.

Menjawab pertanyaan signifikansi pada awal opini di atas, saya terlebih dahulu memulai dengan kalimat ini. Memilih suatu kota menjadi tuan rumah sebuah acara, adalah perkara gampang-gampang susah. Saya lalu berpikir. Kebijakan pemerintah saat ini tengah gencar mendorong investasi.

Pemerintah juga gemar membangun infrastruktur. Saya berpendapat bahwa memilih Labuan Bajo sebagai tuan rumah adalah bentuk promosi. Dengan kata lain, menjadikan pariwisata sebagai bentuk diplomasi.

Ada satu jenis diplomasi yang disebut sebagai public diplomacy. Artinya, diplomasi tersebut melibatkan semua pihak. Baik aktor negara maupun non negara, diplomat atau non diplomat. Adapula peran organisasi lokal dan internasional, jaringan media dan individu masyarakat. Aktifitas diplomasi tidak melulu terjadi di dalam ruang pertemuan atau ruang sidang. Bentuk kegiatan tersebut antara lain promosi pariwisata dan pertunjukan budaya.

Ada idiom mengatakan diplomasi tidak terjadi di dalam ruang pertemuan, tetapi di meja makan. Artinya ini adalah peluang besar, bahwa fokusnya juga bukan lagi pertunjukan keindahan alam. Harus juga didukung dengan atraksi seni dan budaya setempat.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved