Petani Milenial (Membaca Kegelisahan Jakob Oetama)

Lagi-lagi, petani terpuruk. Terpuruk oleh ketidakmampuan bersaing di era global sebab hasil produksi mereka tidak kompetitif dengan hasil industri

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Petani Milenial (Membaca Kegelisahan Jakob Oetama)
Dok
Logo Pos Kupang

Oleh : Steph Tupeng Witin, Jurnalis, Alumnus STFK Ledalero, Flores

POS-KUPANG.COM - "Lagi-lagi, petani terpuruk. Terpuruk oleh ketidakmampuan bersaing di era global sebab hasil produksi mereka tidak kompetitif dengan hasil industri. Terpuruk oleh kebijakan yang tidak memihak kepentingan mereka.

Terpuruk oleh kecilnya kesempatan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, yang disebabkan keterbatasan dana dan kesempatan. Terpuruk pemanfaatan kondisi nirpengetahuan oleh mereka yang bermotif dagang. Petani tersaruk-saruk memperbaiki nasib.

Akibatnya, profesi petani dirasakan oleh sebagian anak muda sebagai profesi yang harus dilupakan." ( Jakob Oetama, Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban, Kompas, 2006, xivi).

Perlu Rambu dan Kriteria

Republik ini baru saja kehilangan sosok Negarawan Jakob Oetama. Ia sangat peka dan peduli dengan kemanusiaan. Rekam jejak dalam dunia jurnalistik menarasikan hatinya yang empati dengan rakyat kecil. Petani adalah salah satu sosok rakyat jelata yang menjadi fokus kepeduliannya.

Pemikirannya yang dikutip pada awal tulisan ini adalah kulminasi dari opsi humanisme transedentalnya yang peka membaca realitas hidup rakyat kecil dalam sosok petani yang sesungguhnya menjadi pilar hidup bangsa tapi paling kerap diabaikan dalam berbagai kebijakan politik.

Nasib petani terwakili dalam kata "terpuruk" yang ia ulang sebanyak lima kali yang menggambarkan tingginya tensi kegelisahan Jakob Oetama. Lima kata "terpuruk" dalam penggalan kutipan tersebut akhirnya merangkum nasib hidup petani dalam kata "tersaruk-saruk."

Stiper-FB Harus Bisa Bersaing dengan Sejumlah Kampus di NTT

Realitas hidup petani yang tragis ini membawa konsekuensi logis: profesi petani "dirasakan oleh sebagian anak muda sebagai profesi yang harus dilupakan."

Kegelisahan Jakob Oetama ini sangat relevan direfleksikan bangsa ini saat merayakan Hari Tani 24 September yang baru lalu. Momen peringatan telah berlalu tapi maknanya tidak lekang oleh perguliran waktu. Selama ini peringatan sekadar ritus bernuasa politis dengan isu reforma agraria yang hanya menyelipkan kepentingan pemodal untuk menguasai tanah dengan memperalat nasib petani.

Peringatan Hari Tani mesti fokus pada gagasan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam lahan pertanian. Semangat kaum muda milenial mesti digerakkan untuk mencintai pertanian khususnya padi, palawija dan hortikultura yang urgen di masa pandemi sekarang ini.

Bangsa ini mesti bergerak membangun kedaulatan pangan dengan melibatkan peran kaum milenial. Fakta membuktikan mulai berkurangnya jumlah masyarakat petani, akibat dimakan usia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka petani usia milineal mengalami penurunan yang signifikan. Tahun 2003, jumlah petani muda sekitar 5 juta orang. Tahun 2013, jumlah petani muda di kelompok usia 25-35 tahun sebanyak 3.129.644 orang dari 26.135.469 rumah tangga petani. Tahun 2018, catatan BPS menunjukkan terjadi penurunan jumlah petani muda sebanyak 415.789 dari tahun 2017 ke 2018.

Tahun 2020, bulan April, Kementerian Pertanian merilis data petani berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang atau sekitar 8 persen dari 33,4 juta petani di seluruh Indonesia.

Data tersebut menjadi basis bagi bangsa ini untuk menggerakkan minat generasi milenial mencintai dunia pertanian. Generasi milenial tidak sekadar soal usia yang muda tapi soal pola pikir, kreativitas dan inovasi dalam bidang pertanian.

Petani milenial mesti berpikir kreatif untuk bertahan, tidak gampang menyerah dan terus berinovasi dengan komoditasnya. Mulai dari cara mengolah tanah dengan teknologi, berinovasi dalam benih, pola tanam, pemeliharaan dan pemasaran dengan memanfaatkan kemudahan melalui jejaring media sosial.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved