Opini Pos Kupang

Mengungkap Saktinya Pancasila Sebagai Rumah Pemersatu

Mengungkap Saktinya Pancasila Sebagai `Rumah' Pemersatu (Refleksi di Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2020)

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Mengungkap Saktinya Pancasila Sebagai Rumah Pemersatu
Dok
Logo Pos Kupang

Tetapi berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, timbullah manifestasi seluruh kekuatan dan kesaktian Pancasila dari rakyat Indonesia secara serentak pada 1 Oktober 1965, yang benar-benar yakin akan kebenaran Pancasila sebagai satu kekuatan ampuh untuk menjawab tantangan dan peluang hidup bangsa ke depannya.

Mengapa Pancasila Sakti?

Dalam lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia terbukti bahwa Pancasila telah berkali-kali mengalami percobaan untuk dirongrong dan diselewengkan oleh berbagai golongan yang anti terhadap prinsip-prinsip falsafah Pancasila. Akan tetapi, Pancasila tetap bertahan dan menunjukan kesaktiannya yang sulit terbantahkan.

Berkat Pancasila bangsa Indonesia berhasil menumpas setiap bentuk pemberontakan dan penyelewengan yang bertujuan untuk memecah-belah bangsa Indonesia.

Pancasila yang telah kita akui sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, pada hakekatnya merupakan suatu jalan pikiran dan dasar falsafah hidup bangsa Indonesia. Dasar falsafah tersebut tidak dapat dipisahkan dari sejarah pertumbuhan bangsa Indonesia sejak dahulu kala.

Nilai-nilai yang tercakup dalam pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia dan terus berkembang sesuai perkembangan dan pertumbuhan zaman. Namun nilai-nilai tersebut tetap akan meninggalkan hakekat inti kemurniannya, yaitu manusia dan bangsa Indonesia yang dikodratkan lahir dan hidup di bumi serta alam Indonesia. Nilai-nilai tersebut merupakan dasar dan perkembangan hidup yang mengendalikan bangsa Indonesia di tengah-tengah kehidupan bangsa-bangsa di dunia.

Sebagai falsafah hidup, Pancasila mengandung dasar dari pandangan hidup manusia yang ber-keTuhanan, ber-kemanusiaan, ber-kesatuan, ber-kerakyatan, dan ber-keadilan sosial. Saktinya Pancasila pada akhirnya memunculkan kerinduan mendalam akan kehidupan yang saimbang dan harmonis dari semua kita.

Keseimbangan dan keharmonisan hidup itulah yang sudah/sedang kita perjuangankan selama ini. Karena itu, harus dikatakan bahwa kerinduan bangsa Indonesia akan terwujudnya kesatuan dari pengalaman yang beraneka ragam merupakan perwujudan kerinduan dari segenap manusia sepanjang sejarah bangsa ini.

Kerinduan akan kesatuan itu terkristal dalam Pancasila dan menuntun kita kepada kesadaran bahwa hal inilah yang harusnya menjadi fokus perhatian, keprihatinan dan dambaan bangsa Indonesia, baik dalam memandang kehidupan, maupun daam memperjuangkannya.

Untuk itulah dalam upaya merumuskan dasar Pancasila, kita perlu bertolak dari kerinduan tersebut, yang juga tersirat dalam `Eka Darmaputra' yang mengidentifikasinya dalam pandangan dunia yang totalistis, dualistis dan hirarkis.

Bersatu Melawan Pandemi

Notonegoro mengatakan bahwa Pancasila merupakan asas kerohanian yang mempunyai susunan hirarkis piramidal. Ia melihat bahwa gerakan dari sila pertama sampai sila ke lima merupakan gerakan dari asas yang terluas sampai kepada asas yang khusus. Sila yang awal merupakan dasar bagi sila berikutnya, dan sila yang kemudian merupakan pengkhususan dari sila sebelumnya.

Karena itu, baginya Pancasila harus dilihat sebagai suatu kesatuan dengan susunan yang tertentu pula. Maka, apa yang bisa kita pelajari dari tesis Notonegoro ini? Yang jelasnya, adalah bahwa cara memandang Pancasila sebagai satu kesatuan yang butir-butirnya tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain, sangat sesuai dengan semangat Bhineka Tunggal Ika yang merupakan semboyan pemersatu perbedaan.

Dari sini, dapat kita lihat, ternyata semangat dan kerinduan untuk bersatu dalam diri bangsa Indonesia telah terukir dalam setiap hati manusia. Dan semangat itu terangkum dalam Pancasila dengan salah satu filsafatnya yaitu Bhineka Tunggal Ika.

Semangat filsafat Bhineka Tunggal Ika yang ada dalam Pancasila harus terjabarkan juga dalam semangat `gotong royong' melawan pandemi Covid-19 yang masih belum surut sampai sekarang. Besar harapan, semoga saktinya Pancasila bisa membuat kita menjadi lebih kuat dan tegar, sehingga bersama-sama mampu menghadapi persoalan bangsa. Yakinlah, together we can. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved