Camat dan Lintas Sektor Golewa Sambangi Rumah Bocah yang Tinggal di Kebun Kawasan Tolowio
Camat Golewa, Kanisius Logo bersama tripika Kecamatan dan lintas sektor mengunjungi kediaman tiga bocah yang viral
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | BAJAWA - Hari Kamis (27/8/2020) Camat Golewa, Kanisius Logo bersama tripika Kecamatan dan lintas sektor mengunjungi kediaman tiga bocah yang viral.
Mereka yang turut mendampingi Camat Kanisius diantaranya, Danramil 01 Bajawa Kodim 1625/Ngada Kapten Supriyanto, Kapolsek Golewa Ipda Agung, Kepala Puskesmas Radabata, Gusti Ceme bersama petugas kesehatan yaitu Dokter dan sejumlah bidan serta perawat.
Camat Kanisius menyampaikan apresiasi kepada tiga bocah yang berani tinggal di kebun dan mendirikan pondok sendiri padahal usia mereka masih anak-anak.
• Bupati Niga Pimpin Rapat Bahas Pembangunan GOR
Camat Kanisius menyatakan hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah soal keselamatan mereka karena masih sangat tidak layak untuk tinggal sendiri.
Apalagi sang ayah telah pergi merantau dan ibu mereka sedang mengalami sakit, pemerintah desa harus menjami keamanan dan keselamatan mereka.
Ia mengaku bangga karena anak-anak bisa bertahan dalam keadaan yang sangat sulit sekalipun.
• Ayah Merantau dan Ibu Sakit, Tiga Bocah Pilih Tinggal di Pondok Dekat Jurang Tolowio Ngada
"Kita harus menjamin rasa aman dan menjamin keselamatan. Pulihkan mental mereka, saya bangga anak-anak ini bisa bertahan," ujarnya.
Tiga Bocah Bertahan di Kebun
Tiga bersaudara di Dusun Woewali Desa Were I Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada sudah sekitar satu bulan tinggal di kebun kawasan hutan wilayah Tolowio.
Mereka tinggal dalam sebuah pondok darurat yang sangat tidak layak untuk ditempati dekat jurang di hutan itu.
Ketiga bersaudara itu adalah Kristianus Loko (15), Heribertus Remme (13) dan Yohanes Brahmans Redo (5).
Pondok darurat yang berukuran 2x3 beratap seng bekas itu menjadi sebuah tempat mereka bertahan hidup dengan selimut sobek dan hanya beralaskan tikar seadanya.
Mereka hanya ditemani, seekor anjing betina dengan lampu pelita jika malam hari.
Jarak dari permukiman warga sekitar satu setengah kilo meter dan tempat tinggal jauh dari keramaian tepatnya di pinggir jurang, pasalnya dipinggir bagian selatan dan timur itu jurang.
Ayah dari tiga bersaudara itu, Valentinus Foa sudah tiga tahun lebih berada di Kalimantan, merantau.
Sedangkan sang ibu Maria Loza saat ini sedang sakit dan berada di Kampung Utaseko Desa Were III Kecamatan Golewa Selatan.
Harapan untuk bersenang-bersenang seperti anak lainnya rupanya tidak ada pada tiga bocah ingusan tersebut.
Pasalnya usia yang seharusnya menikmati masa anak-anak harus merasakan pahit dan kejamnya hidup dengan mencari upah menafkahi diri sendiri.
Selama tinggal dikebun atau hutan Tolowio ketiga anak tersebut makan apa adanya. Jika ada beras, sang kakak memasak dan kadang hanya makan ubi talas atau bahasa setempat rose juga pisang.
"Kami sudah satu bulan tinggal di kebun milik bapak. Bapak nama Valentinus Foa dan ibu Maria Loza. Bapa di Kalimantan sudah tiga tahun disana. Mama sakit dan sekarang di Utaseko Desa Were III Kecamatan Golewa Selatan. Sudah satu bulan kami tinggal dikebun. Kami sebelumnya tinggal di kampung dengan nenek. Kakak pertama di Bajawa, Oktavianus Manu dan adik bungsu kami usai dua tahun dengan mama disana," ujar Kristian saat dijumpai POS-KUPANG.COM di Tolowio Desa Were I Kecamatan Golewa, Rabu (26/8/2020).
Kristian mengatakan sejak bulan April lalu dirinya sempat bertemu sang ibu di Utaseko dan setelah itu tidak lagi bersua.
Untuk bertahan hidup, Kristian berserta dua orang adiknya harus bekerja dengan menjadi buruh memetik kopi dan memanjat pinang milik warga setempat.
Setiap hari rajin mencari pekerjaan untuk bisa membeli beras dan makan bersama dua adiknya itu.
"Saya jadi buruh petik kopi, setelah itu uangnya beli beras. Kadang juga kami makan ubi Talas dan Pisang," ujarnya.
Keinginan bersekolah rupanya jauh dari harapan, niat harus diurungkan karena memang keadaan sudah tidak memungkinkan.
"Saya putus sekolah. Kalau sekolah sekarang kelas II SMP dan tahun lalu saya sempat sekolah di SMP Negeri Golewa. Karena tidak mampu maka saya memutuskan untuk tidak sekolah," ujarnya.
Sementara itu, adik kandung Kristian, Heribertus Reme mengaku tidak pernah takut ketika tinggal di tengah hutan.
Selama masih ada tempat tinggal manfaatkan itu dengan baik meskipun dingin dan kabut kadang menghantui gubuk yang mereka tempati.
"Kami hanya diterangi lampu pelita saja. Karena memang begini sudah. Kami hanya ingin hidup tenang saja. Dikebun kami rasa nyaman dan banyak warga bantu kami," ujarnya.
Temukan Pondok di Hutan
Yosep Nono alias Jois dan Kris Wejo merupakan orang yang pertama kali menemukan tiga bocah itu sedang tertidur lelap pada malam hari, Jumat (21/8/2020).
Jois mengisahkan ia dan Kris pergi berburu di hutan Were. Kurang lebih 200 meter dengan kondisi yang sangat gelap, mereka melihat ada lampu pelita yang menyala.
Mereka pun mencoba mendekat, ternyata di dalam pondok kecil itu, ada ketiga bocah yang sedang tidur dengan tertutup selimut yang sudah robek.
"Kurang lebih sekitar 20 Meter dengan kondisi yang sangat gelap kami melihat ada pelita yang menyala. Lalu, kami mencoba mendekat dan mengintip, ternyata di dalam kami melihat Kristianus bersama adiknya sedang tidur dengan tertutup selimut yang robek," ungkap Jois.
Kata Jois, melihat kondisi seperti itu, ia langsung duduk dan menangis karena tidak menyangka bertemu ketiga anak yang masih di bawah umur, tidur di atas bale-bale hanya beralaskan kasur lantai dengan selimut yang robek.
"Saya tidak menyangka bertemu ketiga anak yang masih di bawah umur, tidur di atas bale-bale hanya beralaskan kasur lantai dengan selimut yang robek. Lalu, kami panggil anak tersebut untuk minta air minum agar bisa melihat kondisi dalam pondok itu," ujarnya.
Ia menyatakan keesokan harinya melaporkan kejadian itu kepada Kepala Dusun, Yoman Melo.
Tak lama Yoman Melo bersama sejumlah warga langsung menuju ke Tolowio untuk mengecek ketiga anak tersebut.
Bangun Rumah Darurat
Kepala Dusun Woewali Desa Were I, Yohanes B. Melo (29) mengatakan setelah mendapatkan informasi tersebut ia dan sejumlah warga menuju ke Tolowio.
Sampai disana tampak tiga anak itu sedang bermain dalam pondok yang mereka tempati.
Ia kemudian diskusi bersama sejumlah warga untuk membangun rumah bagi tiga orang anak itu.
Niat Yoman begitu ia akrab disapa ditanggapi positif oleh warga dan secara swadaya masyarakat membangun rumah berukuran 3x4 beratapkan seng didekat pondok kecil milik tiga anak tersebut.
Sabtu (22/8/2020) hingga Senin (24/8/2020) warga membangun rumah tersebut hingga selesai.
Semua bahan warga secara gotong-royong membawanya dan semua rela meninggalkan pekerjaan mereka demi mendirikan rumah untuk ditempati tiga bocah itu.
"Ini awalnya saudara di Kampung berburu malam. Ini tempat berburu, mereka melihat ada cahaya lampu. Ternyata ada mereka tiga orang dalam rumah. Mereka lihat ada yang sedang tidur dan mereka informasikan ke saya. Itu pondok sangat memprihatinkan. Saya datang lihat dan kami swadaya sekitar ada 70 an orang dan ini inisiatif dari warga," ujarnya.
Ia menyatakan setelah itu dimedia sosial viral terkait tiga bocah itu dan bantuan mulai berdatangan.
"Untuk membantu mereka sudah banyak yang datang dan Dinas Sosial dan bapak Kepala Dinas Sosial datang kesini," ujarnya.
Sementara itu, warga Were I, Gregorius Ressy (61) mengatakan semua yang dilakukan oleh warga adalah bentuk kepedulian terhadapa keselamatan tiga orang anak itu.
"Kami buatkan rumah ini untuk keselamatan mereka. Supaya mereka tidak kedinginan dan tidak kena hujan. Kami buatkan untuk keselamatan mereka," ujarnya.
Kunjungi Tiga Bocah
Kepala Dinas Sosial Ngada, Yohanes Vianey Siwa, bersama staf perlindungan anak dan jajarannya mengujungi tiga anak itu Tolowio.
Kadis Yohanes melihat langsung keberadaan mereka dan memberikan sejumlah bantuan.
Ia mengaku prihatin ketika mendapatkan berita bahwa ada tiga orang anak tinggal sendirian dipondok yang tidak layak.
Ia juga memberikan apresiasi kepada sejumlah masyarakat yang telah suka rela demi kemanusiaan memberikan bantuan berupa mendirikan sebuah rumah untuk tempat tinggal tiga orang anak tersebut.
Ia mengatakan bahwa kepedulian masyarakat sangat tinggi dan tidak semata-mata menunggu tindakan dari pemerintah. Masyarakat Were memberikan contoh yang baik kepada publik bahwa membantu sesama tidak harus menunggu pemerintah. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan)