Bupati Kornelis Minta Stop Kawin Tangkap, Langgar HAM dan Hak Perempuan
Bupati Sumba Barat Daya ( SBD), dr. Kornelius Kodi Mete meminta masyarakat Sumba Barat Daya untuk menghentikan kawin tangkap
"Tidak ada budaya kawin tangkap. Ketika viral di medsos kami merasa terganggu. Saya bangga menjadi orang Sumba walau image orang belis mahal. Belis itu menghargai harkat dan martabat wanita. Prosesnya ribet dan panjang tapi itu warisan leluhur yang saat ini tidak utuh lagi diterapkan," kata anggota Fraksi Nasdem ini.
Wakil rakyat asal Sumba ini mengatakan, saat ini praktek belis di Sumba sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman. Saat ini sudah menurun karena ternak seperti kerbau, kuda, sapi dan babi populasinya sudah menurun.
Sedangkan mamoli tetap dipertahankan karena itu simbol penghargaan terhadap ibu yang melahirkan anak gadis yang dipersunting. Mamoli itu replika rahim wanita dan harus terbuat dari emas asli.
Kristien menjelaskan, proses perkawinan adat dimulai dengan kunjungan delegasi keluarga pria ke rumah orang tua wanita. Jika delegasi itu diberikan kain, berarti keluarga wanita menyetujui untuk dilanjutkan ke proses selanjutnya masuk minta yang ditandai dengan belis dari keluarga pria dan balasan dari keluarga wanita.
Puncaknya pada acara pemindahan perempuan (pandiki). Proses ini menandakan resmi perempuan itu menjadi hak pria dan keluarganya. Prosesnya cukup panjang dan adatnya timbal balik.
Lanjut Kristien, kasus kawin tangkap bisa terjadi karena tahapan adatnya tidak dipenuhi tapi cinta sudah menyatu sehingga perempuan lari ikut. Dulu memang ada kawin tangkap tapi dilakukan dengan hormat melalui adat yang luar biasa.
Kasus kawin tangkap itu, kata Kristien, konotasinya negatif. Pemale ngindi mawine (bawa lari itu benar tapi dalam hal mana dulu). Membangun rumah tangga bukan hal yang gampang jadi harus dihargai, tidak ada perceraian karena prosesnya panjang. Dulu adatnya kaku, tapi sekarang sudah lentur.
Dulu perempuan sulung harus gantikan belis mamanya, misalnya mama dibelis 100 ekor kerbau, anak perempuan sulung juga harus begitu, tapi sekarang tidak lagi. (pet/gem/ery/kompas.com)