Salam Pos Kupang
Tahun Ajaran Baru Bagai Buah Simalakama
TAHUN Ajaran Baru (TAB) 2020/2021 di semua jenjang pendidikan mulai dari TK, SD, SMP/MTs, SMA/SMK/MA segera dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2020
POS-KUPANG.COM - TAHUN Ajaran Baru (TAB) 2020/2021 di semua jenjang pendidikan mulai dari TK, SD, SMP/MTs, SMA/SMK/MA segera dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2020. TAB kali ini memang berat karena harus berjalan di tengah pandemi Covid-19.
Bagai buah simalakama, antara melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seperti lazimnya dengan bertatap muka di sekolah dan berdamai dengan pandemi Covid-19 atau belajar dari rumah dan melakukan KBM secara online.
• Ada Pengeboran Minyak Lepas Pantai di Lembata?
Dua hal yang sama-sama berat bagi semua pihak, baik penyelenggara pendidikan, guru, orang tua dan peserta didik itu sendiri. Namun, semuanya harus tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19.
KBM dengan tatap muka bisa dilakukan di daerah dengan zona hijau tetapi protokol kesehatan harus dilakukan secara ketat. Dan, sekolah harus bisa menjalankan protokol kesehatan dengan baik. Ada beberapa sekolah yang ingin tetap melakukan KBM di sekolah.
Misalnya dengan sistem shift dan sebagainya dan menjalankan protokol kesehatan, seperti menyiapkan handsanitizer, menyiapkan tempat cuci tangan agar anak selalu mencuci tangan, mewajibkan anak mengenakan masker. Pertanyaanya, apakah sekolah menjamin dengan menjalankan protokol kesehatan yang benar dan anak-anak bebas dari Covid-19.
Hal ini juga masih menjadi pertanyaan dengan kondisi pendidikan kita di NTT. Sarana dan prasarana belajar yang tidak memadai, seperti kekurangan ruang kelas, kekurangan guru, jumlah siswa melebihi kapasitas yang ada di sekolah.
Karena, kebersamaan peserta didik di sekolah dengan jumlah yang banyak justru akan mempercepat penularan Covid-19.
Persoalan-persoalan tersebut membuat kuatir orang tua untuk membiarkan anak- anaknya melakukan KBM dengan tatap muka di sekolah.
Bagaimana dengan pilihan untuk melakukan KBM secara online di rumah. Kita ketahui bersama tidak semua orang tua memiliki kapasitas dan kondisi ekonomi yang sama.
Karena, untuk belajar dari rumah, memerlukan berbagai sarana yang harus dimiliki oleh peserta didik. Misalnya laptop, Handphone android, televisi dan yang paling penting adalah pulsa data untuk bisa belajar secara online, dan ketersediaan jaringan dari penyedia layanan yang belum menjangkau semua wilayah di NTT.
Belum lagi, kapasitas orang tua yang tidak bisa membimbing anaknya secara baik di rumah. Untuk pelajaran-pelajaran tertentu misalnya. Dan, harus diakui, tidak semua orang tua memiliki kapasitas dan waktu untuk membimbing anak di rumah.
Belajar dari rumah untuk saat ini sangat tidak efektif karena berbagai kendala, terutama kebiasaan anak-anak yang selama ini melakukan pendidikan secara formal di sekolah.
Para guru bisa melakukan kunjungan rumah kepada siswa yang tidak mampu dan tidak memiliki fasilitas untuk belajar di rumah. Pertanyaanya, apakah guru sanggup melakukanya setiap hari dan bagaimana dengan perhatian terhadap guru itu sendiri. Misalnya, transportasi dan sebagainya dengan kondisi geografis di daerah NTT yang berbeda antara satu dan lainnya.
Hal-hal tersebut perlu dipikirkan secara baik oleh elemen pendidikan, dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan baik provinsi dan kabupaten/kota. Agar membuat sebuah kajian tepat dengan melihat kondisi kekinian di NTT, sehingga pola KBM di tengah pandemi Covid-19 bisa dilakukan dengan baik.
Dan, kualitas pendidikan yang kita harapkan bersama bisa tercapai dengan baik dan menghasilkan peserta didik yang tetap berkualitas dan berkarakter di tengah pandemi Covid-19.
Kita berharap bersama, pemerintah dalam hal ini Gubernur NTT bersama jajarannya bisa mengambil kebijakan yang terbaik bagi ribuan peserta didik di daerah ini, saat ini.