Kunker Bupati Lembata di Desa Balauring Diwarnai Aksi Protes Pemuda
Kunjungan kerja Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur yang dilangsungkan di Kantor Desa Balauring, Kecamatan Omesuri
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Kunjungan kerja Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur yang dilangsungkan di Kantor Desa Balauring, Kecamatan Omesuri, Kamis (2/7/2020) diwarnai aksi protes orang muda Desa Balauring.
Dalam kunjungan tersebut, Bupati Sunur memang sudah memiliki agenda mendengarkan presentasi dari orang muda perihal pengelolaan dana untuk desa tematik pariwisata. Presentasi ini pun tak jadi dilakukan.
Usai bupati menyampaikan sambutan, seorang pemuda bernama Fandi Udrus mengacungkan tangan hendak menginterupsi program pengelolaan dana tersebut.
• Dana Pilkada Malaka dari NPHD Rp 14,7 M, Usulan Penambahan Ditengah Covid-19 Rp 2,4 M
Kesempatan interupsi pun tak diberikan dan langsung dilanjutkan dengan acara makan siang bersama. Fandi tampak tak puas. Dia sempat berdialog dengan Kepala Bappelitbangda Kabupaten Lembata Said Kopong.
Dialog tersebut tak menemui solusi dan berujung pada pengusiran dari kantor desa. Fandi memprotes program pengembangan pariwisata di Desa Balauring yang menurutnya tak dibutuhkan masyarakat, apalagi orang muda.
Situasi di Kantor Desa Balauring kembali memanas beberapa saat setelah Bupati Lembata dan rombongan naik ke mobil dan meninggalkan lokasi kantor desa.
• Saat New Normal - Pelaku Perjalanan di Sumba Timur Terus Bertambah
Sejumlah orang muda langsung merengsek ke dalam kantor desa dan menghardik Kepala Desa Balauring Syarif Patipilohi. Fandi yang sempat diusir dari kantor desa pun langsung meluapkan kekesalannya terhadap kepala desa.
Aksi saling dorong pun terjadi di antara orang muda, pegawai kantor desa dan beberapa orangtua. Kelompok orang muda menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap kiprah Syarif sebagai kepala desa termasuk soal pengembangan Balauring sebagai desa wisata tematik yang fokus pada pariwisata.
Menurut mereka, pembangunan sejumlah aset wisata termasuk reklamasi Pantai Balauring justru tak tepat sasar.
Selain orang muda, ada juga beberapa nelayan lokal yang menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap kinerja Syarif yang dianggap tidak memperhatikan kelompok nelayan.
Pasalnya, ada rumpon milik nelayan yang dirusak oleh orang tak dikenal. Kades Syarif dianggap sengaja membiarkan para nelayan dari luar Lembata masuk ke wilayah perairan Balauring hingga berujung pada perusakan rumpon nelayan.
Kehadiran nelayan dari luar Lembata disebut menambah persaingan penangkapan di sana. Kades Syarif pun membantah kalau dia dengan sengaja membiarkan nelayan lain masuk ke Balauring. Dia ingin masalah itu dilaporkan ke polisi untuk diselidiki lebih lanjut.
Syarif mengatakan urusan perizinan di wilayah laut merupakan wewenang Pemprov NTT dan sebagai kepala desa dia sama sekali tidak punya wewenang untuk itu. Kades Syarif pun mengajak nelayan pemilik rumpon yang dirusak, beberapa orang muda dan tokoh masyarakat berdiskusi di ruang kerjanya guna mencari solusi masalah terkait.
Pemuda Balauring Diminta Kelola Dana Rp 100 Juta
Guna mendukung pengembangan Balauring sebagai desa tematik pariwisata, Pemerintah Kabupaten Lembata menggelontorkan anggaran senilai Rp 200 juta. Anggaran ini rencananya akan dimanfaatkan untuk pembangunan pusat kuliner dan beraneka ragam fasilitas wisata.