Opini Pos Kupang
55 Tahun KOMPAS Kolaborasi Intelektual
Harian KOMPAS lahir dari visi besar PK Ojong dan Jacob Oetama pada tanggal 28 Juni 1965
Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Kanis Jehola
Kompas dalam mukadima PK.Ojong mengajarkan falsafah kejujuran dan kesederhanaan. Kenapa? karena Kompas dan Intisari didirikan oleh berbagai kalangan. Guru, pegawai negeri menengah yang dikala itu berpenghasilan rendah. Mereka mau tidak mau hidup sederhana dan terbiasa hidup sederhana.
Dalam konteks Nusa Tenggara Timur, berbagai mas media silih berganti tumbuh dan berkembang. Seleksi alam dan kekuatan managemen dan finansial serta tim kerja selalu menentukan mati hidupnya koran daerah. Secara nasional setiap mas media nasional cetak maupun audio visual selalu ada anak NTT.
Kompas menempatkan Rikard Bagun sebagai Pemimpin Redaksi Kompas. Sinar Harapan maupun suara Pembaharuan diawaki anak-anak NTT, di antaranya Acco Manafe dan sederatan wartawan lainnya. Hingga kini wartawan Kompas generasi pertama asal NTT telah purna tugas. Di antaranya Marcel Beding, Alo Duan, Pieter Gero, Frans Parera, Damyan Godho dan Frans Sarong.
Generasi ketiga, Kornelis Kewa, Janes Wawa dan Pati Herin. Apa yang perlu dipelajari dari Kompas? Kejujuran dan kesederhanaan. Kalau jadi kaya jangan jadi wartawan. Tapi rebutlah posisi managemen dengan kesiapan SDM. Dirgahayu Kompas ke 55, jaya media jaya Indonesia. (*)