Mengurai Kisah Meninggalnya Bayi Alexi di RSUD Ben Mboy Ruteng: Engelbertus Kehilangan Putra Pertama
Meninggalnya bayi mungil bernama Alexi di RSUD Ben Mboi Ruteng, Kabupaten Manggarai menjadi topik pembicaraan di Kabupaten Manggarai Barat
Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola

Engelbertus mengakui, tidak mengetahui seperti apa Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan ibu bersalin di puskesmas itu, namun menurutnya surat rujukan semestinya harus lebih awal diberikan sehingga ia segera membawa istrinya ke rumah sakit rujukan.
Berbekal surat rujukan dan ditemani petugas medis dari puskesmas, perjalanan pun dilakukan sekitar pukul 06.30 Wita dan tiba di RSUD dr Ben Mboi Ruteng sekitar pukul 09.00 Wita.
Sang istri lalu dibawa ke ruangan bersalin, setelah melalui UGD RSUD dr Ben Mboi Ruteng, Nursiana, tutur Engelbertus, bersalin tanpa melalui operasi, namun bayi laki-lakinya meninggal dunia sesaat setelah dilahirkan.
"Waktu keluar (dilahirkan), tubuhnya masih hangat dan bernapas, tapi tidak menangis seperti anak-anak orang lain. Tidak sampai 1-2 menit langsung dikatakan meninggal," kisahnya.
Bayi laki-laki itu pun selanjutnya dibawa ke rumah duka dan telah dimakamkan oleh keluarga.
Secara terpisah, Tentang, Jakobus Nentu, Amd.Kep, memberikan komentar dan klarifikasi terkait pelayanan di puskesmas yang dipimpinnya.
Menurutnya, pelayanan yang diberikan telah optimal dan sesuai SOP yang ada. Petugas medis pun bertempat tinggal kurang lebih 20 meter dari puskesmas.
"Pasien diterima bidan puskesmas, ada jadwal shift karena pelayanan 24 jam. Lalu jarak antara rumah bidan, dokter dan perawat kurang dari 20 meter, dan berada di dalam area puskesmas. Kemudian pelayanan malam, tim kerja ada. Ada posisi bidan, perawat dan dokter. Mereka kerja sesuai dengan tupoksi masing-masing," jelas.
Dijelaskannya, pasien tiba di Puskesmas Tentang pada pukul 18.30 Wita, dan dalam kesempatan itu, bidan yang saat itu bertugas tengah mandi.
Namun setelah dipanggil, berselang sekitar 3 meniti, petugas medis dengan segera melayani pasien di ruangan perawatan puskesmas.
Selanjutnya, bidan melaporkan kepada dokter puskesmas, dan sesuai instruksi dilakukan pemeriksaan intensif terhadap pasien dan pemeriksaan denyut jantung bayi.
"Semua keadaanya baik dan tidak ada tanda tanda kegawat daruratan, pasien terus diobservasi. Sampai Sabtu dinihari pukul 01.30 Wita, bidan pimpin persalinannya sampai pukul 04.30 Wita, karena tidak ada kemajuan maka direkomendasikan untuk dirujuk," paparnya.
Kondisi pecah ketuban, lanjut Jakobus, tidak mesti harus diikuti dengan kelahiran, tapi hal itu menuju ke pembukaan lengkap.
"Sehingga bidan melakukan pemeriksaan dalam dan pembukaan lengkap itu baru pukul 01.30 Wita dan baru mulai pimpin persalinan, karena kalau dipaksa ngedan sebelum pembukaan lengkap tidak ada gunanya dan bahka bisa terjadi pembengkakan dan perobekan, dan sebagainya," tuturnya.
Lebih lanjut, bidan dan dokter selalu melakukan komunikasi intens dan laporan diberikan kepada dokter puskesmas, hingga dokter puskesmas langsung melakukan pemeriksaan pasien.