TERNYATA Orang Asia Lebih Tahan Corona Dibanding Amerika & Eropa, Ini Bukti Ilmiahnya
Berbagai penelitian sedang membutikan secara ilmiah, apakah benar orang Asia lebih kuat dalam menghadapi virus corona.
Cina yang menjadi negara asal virus ini pun hanya mencatat tiga kasus per satu juta warganya.
Beberapa negara Asia lainnya seperti Korea Selatan dan Indonesia yang memiliki fatalitas tinggi, ternyata tidak setinggi negara-negara Eropa dan Amerika.
Tingkat fatalitas di Eropa dan Amerika diketahui sangat tinggi.
Seperti dilansir dari DW Indonesia, rekor fatalitas dicatat oleh Italia, Spanyol dan Inggris dengan rata-rata 500 kematian per sejuta populasi.
Jika perbedaan jumlah fatalitas akibat Covid-19 ini merujuk pada jumlah orang yang diuji terkait virus ini, hal itu tidak memiliki basis kuat.
Korea Selatan menjadi negara dengan jumlah uji virus corona di dunia, dan menunjukkan fatalitas yang tetap berada di bawah negara-negara Eropa dan Amerika.
Karena itulah, para ilmuwan mencari penyebab rendahnya kasus infeksi dan kematian akibat Covid-19 dari sisi lainnya.

Virus Corona (The Centers for Disease Control and Prevention (CDC))
Apakah mutasi memicu virus menjadi semakin ganas?
Para peneliti di Los Alamos National Laboratory di AS menyebutkan adanya kemungkinan virus corona yang mewabah di Eropa dan Amerika mengalami mutasi.
Mutasi tersebut membuat virus menjadi semakin cepat menular dan ganas.
Profesor emeritus Tatsuhiko Kodama, pakar medis dari Universitas Tokyo memperkirakan bahwa warga di Asia Timur memiliki antibodi yang lebih kuat dalam melawan virus.
“Banyak virus flu dan virus corona yang memicu gejala seperti influenza di masa lalu berasal dari kawasan Cina Selatan, dan menginfeksi warga di negara tetangganya. Karena itu dalam darah mereka sudah terdapat sel darah putih yang mampu memerangi virus yang sekeluarga seperti SARS-CoV-2“, papar Kodama lebih lanjut.
Selain itu, Tasuku Honjo juga menjelaskan terkait perbedaan sistem pertahanan tubuh orang Asia.
“Orang Asia secara genetis punya perbedaan besar dengan orang di barat, terkait sistem pertahaan tubuhnya terhadap virus“, papar pakar imunologi Jepang itu.