Covid 19

Pakai Masker untuk Cegah Corona, Tak Bikin Keracunan Karbondioksida

Informasi yang beredar penggunaan masker disebut bisa membuat tubuh keracunan gas buang pernapasan karbondioksida ( CO2).

kompas.com
Pakai masker untuk mencegah corona, tidak bikin keracunan karbondioksida. 

POS-KUPANG.COM|JAKARTA - Otoritas kesehatan menganjurkan setiap orang memakai masker untuk mencegah penyebaran virus corona.

Masker merupakan alat pelindung diri ( APD) untuk mencegah seseorang tertular penyakit, sekaligus mencegah seseorang menulari penyakit dari saluran pernapasan seperti Covid-19.

Di tengah upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengenakan masker saat berada di luar rumah, beredar kabar efek negatif penggunaan masker.

Peringati Hari Lahir Pancasila, Kodim 1618 TTU Gelar Nonton Bareng Pidato Presiden

Pemberangkatan Haji Tahun ini Batal, Menag Minta Calon Haji Ikhlas, yang Lunas Tahun Depan Berangkat

Dari beberapa informasi yang beredar di media sosial, penggunaan masker disebut bisa membuat tubuh keracunan gas buang pernapasan karbondioksida ( CO2).

Berikut petikan pesan yang beredar di media sosial terkait efek samping penggunaan masker: "Menghirup udara yang dihembuskan berulang kali berubah menjadi karbon dioksida, itulah sebabnya kita menjadi pusing.

Ini memabukkan pengguna, dan lebih banyak lagi ketika ia harus bergerak, dan melakukan pergerakan.

Mbah Mijan Beri Dukungan untuk Kekey, Singgung Soal Cibiran Keke Bukan Boneka hingga Tumpukan Dollar

Pemkab Manggarai Wacanakan Tanggal 5 Juni 2020 Mulai Masuk New Normal

Beberapa orang mengendarai mobil mereka dengan masker, itu sangat berbahaya, karena udara busuk dapat membuat pengemudi kehilangan kesadaran."

Namun, para ahli membantah penggunaan masker bisa menyebabkan keracunan karbondioksida.

Molekul karbondioksida lebih kecil ketimbang virus corona Melansir Forbes (12/5/2020), para tenaga kesehatan telah membuktikan penggunaan masker tidak menyebabkan keracunan karbondioksida.

Dalam sebuah operasi yang berlangsung selama beberapa jam, dokter bedah dan tim medis terbukti tidak linglung atau jatuh pingsan karena sirkulasi udara maskernya lancar.

Dari Hasil Visum, Korban Selfi Murni Tewas Akibat Tenggelam

Begini Total Progres Pelunasan BPIH Tahap I Dan II Tahun 1441 H/2020

Arahan mengenakan masker utamanya untuk mencegah droplet (cipratan cairan dari saluran pernapasan) saat berbicara, bernapas, batuk, atau bersin tidak menyebar ke sekitarnya.

Dengan beragam material atau bahan pembuatan, masker terbukti efektif mengurangi penyebaran virus corona.

Sebagai informasi, partikel virus corona berukuran sekitar 125 nanometer.

Ukuran ini membuat virus tidak bisa menembus masker.

Lain halnya dengan karbondioksida, oksigen, sampai nitrogen.

Molekul gas tersebut ukurannya jauh lebih kecil dari virus corona.

Dengan ukuran molekul yang lebih kecil, karbondioksida dan oksigen bisa dengan mudah menembus bahan pembuatan masker, termasuk masker N95.

Dalam kasus yang sangat jarang, keracunan karbon dioksida bisa terjadi saat paparan CO2 dalam dosis tinggi.

Total 196.458 Siswa SMA/SMK dan SLB di NTT Mulai Ujian Kenaikan Kelas Hari Ini

King Barbershop Salonnya Para Cowok yang Beri Penawaran Lengkap dan Spesial

Kondisi keracunan karbondioksida ini dinamakan hiperkapnia.

Hiperkapnia dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, penglihatan ganda, susah konsentrasi, tinitus, kejang, sampai lemas.

"Untuk bisa merusak tubuh, paparan karbon dioksida harus dalam dosis cukup tinggi. Tidak cukup dengan bernapas," jelas Bill Carroll, PhD, profesor kimia Indiana University, kepada Health (13/5/2020).

Dia menjelaskan, jauh sebelum tubuh keracunan CO2, tubuh secara alami memberikan sinyal perlindungan diri, saat paparan karbondioksida berlebihan.

Kadar CO2 jadi menurun saat tubuh bernapas dengan cepat.

Sebaliknya, jika menahan napas, tubuh menghasilkan lebih banyak CO2.

King Barbershop Salonnya Para Cowok yang Beri Penawaran Lengkap dan Spesial

 

Marion Jola Pamer Potret Punggung Seksi Usai Kerokan, Jadi Korban Rayuan Maut Begini

Naik turunnya kadar karbondioksida tersebut memengaruhi kadar keasaman darah.

Saat tubuh mendeteksi perubahan kadar keasamam darah, seseorang bisa pingsan.

"Pingsan adalah cara tubuh untuk menuntut seseorang agar bisa bernapas dengan normal," jelas dia.

Prof. Carroll berpendapat, kendati masker buatan sendiri maupun pabrikan dibuat dari material beragam, namun bahan pembuatannya masih bisa ditembus oksigen.

"Kecuali Anda bernapas dengan kepala ditutup plastik, tidak mungkin Anda pingsan karena kekurangan oksigen saat mengenakan masker.

Komiditas Ekspor NTT Dikirim ke Timor Leste

 

Harapan Terhadap Kehadiran Kopdit Swasti Sari di Kuanfatu, TTS

Saat bernapas, udara masih bisa menembus pori-pori masker," kata Prof. Carroll.

Namun, ahli mewanti-wanti agar masyarakat umum tidak mengenakan masker respirator (N95) yang dirancang bagi petugas kesehatan berisiko tinggi.

Terutama bagi penderita penyakit paru-paru.

"Respirator tidak nyaman dipakai.

Masyarakat umum cukup gunakan masker kain.

Pastikan masker menutup menutup mulut dan hidung," imbuh Amesh A Adalja, MD dari Johns Hopkins Center for Health Security AS.

(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved