Virus Corona

Rahasia Negara yang Dipimpin Perempuan Merespons Wabah Virus Corona Lebih Baik

BanyaK negara di dunia saat ini dipimpin oleh perempuan. Data membuktikan bahwa negara-negara tersebut merespons wabah virus corona lebih baik.

Editor: Agustinus Sape
REUTERS/Wolfgang Rattay
Kanselir Jerman Angela Merkel 

Baik pemimpin Norwegia, Erna Solberg, serta pemimpin Denmark, Mette Frederiksen, menggelar konferensi pers khusus untuk anak-anak mengenai penanganan wabah virus corona. Orang dewasa dilarang masuk dalam konferensi pers tersebut.

PM Selandia Baru, Jacinda Ardern, juga berupaya menenangkan kekhawatiran anak-anak mengenai liburan Paskah, yang dirayakan umat Kristen bulan ini.

Ardern mengatakan kepada mereka bahwa Kelinci Paskah adalah "pekerja penting" sehingga diperbolehkan mengantarkan telur cokelat langsung ke rumah mereka.

Warga Selandia Baru didorong untuk menggambar dan menampilkan telur Paskah di jendela mereka sehingga anak-anak dapat berpartisipasi dalam acara perburuan telur tatkala wabah virus corona masih melanda.
Warga Selandia Baru didorong untuk menggambar dan menampilkan telur Paskah di jendela mereka sehingga anak-anak dapat berpartisipasi dalam acara perburuan telur tatkala wabah virus corona masih melanda. (GETTY IMAGES)

Prof. Campbell mengatakan: "Berbicara mengenai Kelinci Paskah mungkin merupakan hal yang mengada-ada bagi pemimpin sebuah negara di masa lalu. Namun, keberadaan perempuan di dunia politik membuat kita lebih berpikir bagaimana politik mempengaruhi anak-anak."

Hal-hal itu amat mungkin dianggap "urusan privat" di masa lalu, sebagaimana halnya dengan kekerasan rumah tangga dan pengasuhan anak.

Dengan menyampaikan kerisauan anak-anak secara langsung, para pemimpin politik mengakui bahwa pandemi corona mempengaruhi kesehatan mental setiap kelompok usia, kata Campbell.

'Keputusan-keputusan yang lebih baik'
Sebanyak 70% tenaga kesehatan di dunia adalah perempuan, namun pada 2018 hanya 10 dari 153 kepala negara yang perempuan, menurut Interparliamentary Union.

Hanya seperempat dari keseluruhan anggota parlemen di dunia yang perempuan.

Sebanyak 70% tenaga kesehatan di dunia adalah perempuan, namun keberadaan mereka pada posisi pemimpin negara masih jarang.
Sebanyak 70% tenaga kesehatan di dunia adalah perempuan, namun keberadaan mereka pada posisi pemimpin negara masih jarang. (REUTERS)

Dr Gupta, yang juga mengepalai dewan penasihat di WomenLift Health—program Yayasan Bill and Melinda Gates yang bertujuan meningkatkan jumlah pemimpin perempuan di sektor kesehatan—menyerukan lebih banyak perempuan ditempatkan sebagai pemimpin.

Menurutnya, hal itu akan meningkatkan kualitas pembuatan kebijakan.

"Akan ada keputusan-keputusan yang ada relevansinya untuk semua segmen masyarakat, bukan hanya untuk beberapa.

"Karena sebagai perempuan, mereka (para pemimpin) telah mengalami hidup dalam peran dan tanggung jawab yang dibagi berdasarkan gender di masyarakat. Sehingga, perspektif dan keputusan mereka amat mungkin dipengaruhi pengalaman itu."

Dr Gupta mewanti-wanti dampak sosial dan ekonomi Covid-19 terhadap pria dan perempuan; kekerasan domestik meningkat, risiko kemiskinan meningkat, serta melebarnya jurang upah antara pria dan perempuan.

"Kita malah mundur," ujarnya. "Kecuali respons terhadap pandemi memperhitungkan hal-hal tersebut, masalah yang ada akan semakin parah."

Sumber: BBC News Indonesia

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved