Opini Pos Kupang

Disiplin Kunci Keberhasilan Pencegahan Covid-19

Sejak merebak di Wuhan China akhir tahun 2019, Covid-19 telah menelan ribuan korban nyawa manusia

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Disiplin Kunci Keberhasilan Pencegahan Covid-19
Dok
Logo Pos Kupang

Oleh : Frans X. Skera, Warga Kota Kupang

POS-KUPANG.COM - Hari-hari ini dunia seakan dibuat lumpuh, tak berdaya, berhadapan dengan serangan makhluk kecil ganas tak kasat mata, yang nama kerennya Corona Virus Disease 2019, disingkat Covid-19. Sejak merebak di Wuhan China akhir tahun 2019, Covid-19 telah menelan ribuan korban nyawa manusia, menyebabkan ribuan lainnya tergeletak menderita di rumah sakit-rumah sakit dan memaksa para dokter, paramedis dan relawan bekerja keras menantang maut.

Menurut data Kompas, Senin, 6 Maret 2020 tercatat sekitar 1,2 juta orang sakit, lebih dari 64.000 orang meninggal dan lebih dari 24.000 orang sembuh di sejumlah Negara. Pasti kini sudah bertambah angka-angka tersebut. Elemen berbahaya yang lebih kecil dari bakteri itu, menyerang siapa saja, tak peduli status sosial, pun tak peduli mereka penghuni negara-negara adikuasa, maju, makmur dan berteknologi tinggi maupun penduduk negara-negara berkembang.

Kapolda NTT Terharu Dengar Laporan Anggotanya Hibahkan Gaji Pertama Untuk Warga Miskin

Sasaran empuknya adalah manusia usia lanjut terutama penderita penyakit kronis, mereka yang suka berkumpul/berkerumun ramai-ramai, dan yang pola hidupnya kurang bersih. Karena itu untuk mecegah semakin menyebarnya Covid-19, Pemerintah meminta, bahkan akhir-akhir ini memaksa supaya masyarakat menjaga jarak sosial (social distancing), jarak antara manusia (physical distancing) bahkan terbaru dikeluarkan ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Meskipun sudah ada permintaan bahkan upaya paksa, korban terus berjatuhan dan penderita terus bertambah. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Salah satu penyebab utamanya adalah ketidakdisiplinan masyarakat untuk menjaga jarak sosial, jarak fisik dan tidak disiplin untuk tetap tinggal di rumah, memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun secara teratur.

Dua Peringatan Dini Soal Prediksi Cuaca di NTT Hari Ini, Yuk Simak Penjelasannya!

Sesungguhnya meminta/memaksa masyarakat untuk disiplin mencegah Covid-19 bukan hal yang mudah karena tiga alasan berikut : Pertama, disiplin bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir, tetapi harus ditumbuhkembangkan melalui faktor "ajar" atau pendidikan sejak dini di rumah dan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Disiplin selalu berkaitan dengan sikap yakni kesediaan untuk bereaksi dan bertindak terhadap obyek atau situasi tertentu. Hakekat disiplin adalah penguasaan atau pengendalian diri dan tanggung jawab. Menanamkan disiplin harus berdasarkan pemberian pemahaman dan tanggung jawab untuk mematuhi dan mendukung nilai dan peraturan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap dan tanggung jawab yang menunjukkan kesediaan mematuhi dan mendukung tata tertib, peraturan, kaidah dan nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Kedua, memang sulit meminta masyarakat untuk disiplin tinggal di rumah saja, karena manusia pada dasarnya adalah makluk sosial (ens sociale) yang tak bisa berjauhan satu sama lain. Manusia suka berinteraksi, berkomunikasi, bekerja sama, saling tolong menolong dan berbagi dalam suka duka. Bisa dikatakan bahwa manusia tak berbakat untuk menjaga jarak. Kontak fisik konsensual dengan orang lain mendatangkan rasa senang, bahagia bahkan cinta dan kasih sayang.

Ketiga: Bagi sementara orang yang asap dapurnya tak bisa mengepul kalau tidak bergerak mencari nafkah, perintah untuk tinggal di rumah saja dan menghindari kontak sosial dan fisik dengan orang lain, rasanya berat untuk dilaksanakan.
Inilah tantangan yang dihadapi dalam upaya melawan Covid-19. Namun karena keadaan semakin memburuk, maka mau tidak mau, suka atau tidak, disiplin secara paksa harus diberlakukan karena masih ada banyak orang yang jelas-jelas memiliki sikap negatif.

Sikap tersebut bisa merugikan dan membahayakan nyawa dan kepentingan masyarakat. Pemberlakuan disiplin paksa, saat ini melalui PSBB, tentu harus disertai pemberian pengertian dan kesadaran sehingga sikap dan tindakan disiplin ini pada akhirnya dilakukan dengan kesadaran dan tanggung jawab.

Sesungguhnya menyadarkan dan memberi pemahaman kepada mereka yang tidak mau, kurang disiplin atau berdisiplin "semu" (baca: disiplin kalau diawasi) tentu berat dan tidak menyenangkan. Namun demi keselamatan nyawa manusia betapapun berat dan banyak tantangannya, harus dilakukan oleh Pemerintah.

Kita baca, dengar dan lihat melalui televisi, di Italia misalnya, bahwa aparat Kepolisian menangkap bahkan memukul orang-orang yang berkeliaran atau berkerumun. Itulah upaya penerapan disiplin secara paksa. Harapan kita dengan pemberlakuan disiplin paksa disaat genting seperti saat ini, masyarakat bisa melihat segi positifnya demi kebaikan dan keselamatan bersama. Menahan diri dan berkorban walaupun awalnya dipaksa adalah bentuk tanggung jawab sosial yang lebih mementingkan keselamatan bersama.

Harus diakui bahwa disiplin nasional kita masih lemah. Hal ini bisa dilihat dari misalnya masih mewabahnya korupsi, kolusi, nepotisme dan suap serta masih maraknya perdagangan dan penggunaan narkoba di era Reformasi. Menjamurnya KKN dan suap adalah bukti bahwa kita tidak/kurang disiplin dalam mengelola keuangan negara, barang dan jasa.

Para pengelola anggaran/keuangan, barang dan jasa tidak bisa mengendalikan diri dan tidak bertanggungjawab sehingga uang negara dirampok, barang milik negara digelapkan atau sengaja dihilangkan dan pengelolaan jasa mesti berbayar mahal.

Kekuasaan yang diberikan oleh empunya kedaulatan tidak digunakan untuk mensejahterahkan rakyat, malah dimanfaatkan untuk memperkaya diri, keluarga dan kelompok. Akan halnya penyeludupan dan perdagangan narkoba yang masih marak adalah bukti bahwa sementara petugas masih rendah disiplinnya di bidang pelaksanaan hukum dan juga tak bisa menahan diri untuk meraup keuntungan melalui perdagangan barang haram tersebut.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved