Ini Jawaban Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora: Soal Pembangunan SD Paralel

Menurut Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora, keterbatasan anggaran menjadi kendala pembangunan SD Paralel

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/ROBERT ROPO
VIDEO: Siswa SDM Mbatakapidu Sumba Timur NTT Jalan Kaki ke Sekolah 7 Kilometer 

POS-KUPANG.COM | WAINGAPU - Menurut Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora, keterbatasan anggaran menjadi kendala pembangunan SD Paralel/Kecil di Kambata Wundut Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu.

"Sebenarnya data itu sudah ada, tapi persoalan anggaran menjadi penyebab belum dibukanya SD Kecil," kata Bupati Gidion melalui pesan WhatsApp kepada Pos Kupang, Kamis (12/3).

Bupati Gidion menyebut, di Sumba Timur murid berjalan kaki ke sekolah sangat banyak, menempuh perjalanan yang jauh, masih sangat banyak. Bahkan, ada yang harus berjalan kaki lebih dari 7 Km.

Saat Tiba di Borong-Manggarai Timur, Julie Laiskodat Sentuh Tangan di Tanah

"Jadi, bukan hanya di Mbatakapidu saja, masih banyak tempat lain di Sumba Timur yang kondisinya seperti itu. Anak-anak berjalan kaki bahkan lebih dari 7 Km," ujar Bupati Gidion.

Untuk mendekatkan akses pendidikan kepada masyarakat, lanjut Bupati Gidion, pada tempat-tempat itu akan dibangu SD Paralel/Kecil sepanjang tersedia guru di sekolah induk. "Kita bangun SD kecil sepanjang tersedia guru di SD terdekat di daerah situ," imbuhnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pekerjan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Sumba Timur, Julius Ngeju, ST mengatakan, jalan menuju Dusun Kambata Wundut akan dianggarkan tahun ini.

Jalan ke Dusun Kambata Wundut Lumpur dan Licin, Ini Tanggapan Kadis PUPR Sumba Timur

"Tahun ini kita anggaran dan memang dana terbatas untuk PU sangat banyak ruas jalan yang seperti ini jadipun klau banyak keluhan masyarakat harus diakui," kata Julius ketika dikonfirmasi, Kamis kemarin.

"Tetapi bukan tidak mau diperhatikan. Dana terbatas apalagi dengan Wilayah Kabupaten Sumba Timur yang cukup luas sementara dana terbatas ditambah dengan penyebaran penduduk yang tidak merata jadi membutuhkan dana pembangunan yang cukup besar," tambah Julius.

Ia mengatakan, pihaknya fokus membangun jalan sesuai dengan kepadatan penduduk dan lalu lintas. "Karena luas wilayah yang begitu luas dan anggaran kita terbatas, jadi untuk sementara kami membangun sesuai dengan kepadatan penduduk dan kepadatan lalu lintas. Tetapi sekali lagi, bukannya mengabaikan wilayah lain tetapi secara bertahap tetap menjadi perhatian," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, perjuangan anak-anak Dusun Kambata Wundut Desa Mbatakapidu untuk mendapatkan pendidikan, tidak mudah. Mereka harus berangkat subuh. Saat pulang, tiba di rumah sore.

Agar bisa mencapai Sekolah Dasar Masehi (SDM) Mbatakapidu, perjalanan yang mereka tempuh dari rumahnya, kira-kira 7 kilometer (Km). Selain itu, harus menyeberangi dua sungai.

Pulang pergi mereka harus berjalan kaki sepanjang 14 Km. Seperti itu setiap hari, terkecuali libur. Meski merasa cape dan lelah, mereka tetap mengikuti proses belajar.

SDM Mbatakapidu ada di Dusun Kambata Tana Lingu. Kambata Wundut dan Kambata Tana Lingu merupakan wilayah Desa Mbatakapidu. Jarak dari Kantor Bupati Sumba Timur ke Desa Mabtakapidu tidak jauh amat. Meski sama-sama berada di wilayah administrasi Kecamatan Kota Waingapu, namun perhatian Pemda Sumba Timur masih minim.

Dusun Kambata Wundut meliputi Kampung Landa, Watu Mamoha, Maringu Lambi, Menggit dan Kampung Walunggalu. Anak-anak dari lima kampung ini umumnya menjadi murid SDM Mbatakapidu. (rob)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved