Tamu Kita

Tamu Kita: Prof. Dr. Frans Salesman: Profesor Ilmu Kesmas Pertama di NTT

Provinsi NTT patut berbangga karena satu lagi ilmuwan di bidang kesehatan masyarakat ( Kesmas). Prof. Dr. Frans Salesman.

Penulis: Apolonia M Dhiu | Editor: Apolonia Matilde
Dokumentasi keluarga
Profesor Ilmu Pertama di NTT 

Terkait pelayanan akseptor, bagaimana dengan masyarakat di desa-desa yang masih cenderung memiliki banyak anak?
Dalam pelayanan akseptor ada proses edukasi. Proses edukasi untuk merencanakn kelahiran, dan sebaiknya keluarga-keluarga yang mau nikah diberikan bekal untuk merencanakan kelahiran. Jadi bukan membatasi kelahiran, kalau membatasi kelahiran itu kan melawan perintah Tuhan. Tetapi, kalau merencanakan konsepnya adalah kalau mau punya anak berarti dia sudah mesti mempersipkan terlebih dahulu sumber daya ekonomi keluarga, pendidikan, kesehatan.
Jadi tidak hanya melahirkan anak, tetapi bertanggung jawab terhadap anak yang dilahirkan.

Apakah Guru Besar ini adalah impian Anda?
Ya, guru besar atau profesro adalah jabatan puncak dalam perjalanan karier seorang dosen. Tetapi, saya tidak meraihnya begitu saja, membutuhkan proses perjuangan yang luar biasa. Tulisan-tulisan ilmiah yang dipublikasi di dunia internasional sekarang. Saya juga menjadi Pemred di tiga jurnal internasional, yakni Amerika, Afrika dan Inggris. Bisa diunduh di Google. (*)

Sofan Sebut Daya Beli dan Tukar Petani di NTT

Suka Membaca Sejak Kecil

'ALA bisa karena biasa', itulah peribahasa kuno yang cocok diberikan kepada Prof. Frans Salesman. Kebiasaan membaca yang dilakukan sejak kecil, mengantarkannya bisa menulis buku dan jurnal internasional.

"Ayah saya tamatan dari seminari. Sehingga pendidikan seminari terbawa kepada anak-anaknya.

Saya termasuk yang ditempa sejak kecil dengan kebiasaan membaca buku.

Info Pembuatan SIM Kolektif Beredar di Sosmed, Kasat Lantas Sebut Hoax

Kalau tidak membaca, ayah saya marah sekali," kata Frans Salesman kepada Pos Kupang di ruang kerjanya, Kamis (27/2).

Suami dari Sisilia Santiani Pu'ung Salesman ini, mengatakan, setiap hari ia mendapatkan ulasan (review) tulisan dan artikel dari berbagai penulis.

"Kalau dosen tidak bisa menulis namanya dosen gadungan. Makanya banyak membaca dan membaca buku apa saja dan tuangkan dalam tulisan. Tulisan jangan disimpan di laci tetapi dipublikasikan baik di jurnal nasional maupun internasional. Kebiasaan membaca juga ditularkan kepada anak-anaknya yang rata-rata sudah magister saat ini," katanya.

Kejari TTS Dalami Dugaan 8 Embung Bermasalah

Menurut pria kelahiran Beangiung, 9 Mei 1955, pengukuhan guru besar adalah hadiah bagi istri, anak, menantu dan cucu.

"Mereka sudah membantu meluruskan perjuangan ini. Selain itu, saya persembahkan untuk pemerintah dan masyarakat NTT," kata Frans yang juga doktor pertama ilmu kesehatan di NTT ini.

Menurutnya, ijazahnya dipakai untuk mengusulkan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang tahun 2001, dan tahun 2002 mengusulkan FKM, dan sempat mengajar dua tahun di FKM Undana.

Dia berharap sekolah kesehatan di NTT menciptakan insan-insan berkualitas. Karena, tanggung jawab orang-orang kesehatan adalah hidup matinya orang.

Visinya adalah menciptakan atau membentuk perilaku hidup bersih dan sehat (BHBS), kompentensinya adalah pembentukan healty havier melalui promotif dan preventif, dan bukan pada kuratif.

Baginya, masyarakat NTT membutuhkan tenaga-tenaga public health. Kita senang kaena sekarang sudah ada Program Magister di Undana. (nia)

Tak Punya Rumah di Kampung, Fidelis Don Alesu Dijegal Calon BPD di Sikka

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved