Breaking News

Sofan Sebut Daya Beli dan Tukar Petani di NTT

NTP ini mencakup lima subsektor, yaitu subsektor padi & palawija, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan.

Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/YENI RACHMAWATI
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS NTT, Demarce M Sabuna, ketika menggelar Jumpa Pers Bulanan di Ruang Video Conference BPS NTT, Senin (2/3/2020). 

Sofan Sebut Daya Beli dan Tukar Petani di NTT

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Kepala Bidang Statistik Produksi BPS NTT, Sofan menjelaskan mengenai Nilai Tukar Petani (NTP) Februari 2020 pada Jumpa Pers Bulanan di Ruang Video Conference, Senin (2/3/2020).

Ia mengatakan penghitungan NTP ini mencakup lima subsektor, yaitu subsektor padi & palawija, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan.

Pada Februari, NTP Nusa Tenggara Timur sebesar 96,03 dengan NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 95,48 untuk subsektor tanaman padi-palawija (NTP-P); 103,76 untuk sub sektor hortikultura (NTP-H); 92,13 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-TPR); 105,82 untuk subsektor peternakan (NTP-Pt) dan 95,79 untuk subsektor perikanan (NTP-P).

Kata Sofan terjadi penurunan sebesar 0,23 persen pada NTP Februari jika dibandingkan dengan NTP Januari. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan/daya beli dan daya tukar (term of trade) petani di pedesaan menurun dibanding bulan sebelumnya atauperubahan harga komoditi konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan komoditi yang diproduksi petani.

"Di daerah perdesaan terjadi Inflasi 0,53 persen dipengaruhi oleh kenaikan harga makanan, minuman dan tembakau serta kesehatan," ujarnya.

Sofan pun menerangkan tentang luas panen dan produksi padi di NTT 2019.

Ia menyampaikan Berdasarkan hasil Survei KSA, pola panen padi di Indonesia pada periode Januari sampai
dengan Desember tahun 2019 relatif sama dengan pola panen tahun 2018.

Puncak panen padi terjadi pada bulan Mei, sementara luas panen terendah terjadi pada bulan Februari. Total luas panen padi pada 2019 seluas 198,87 ribu hektar dengan luas panen tertinggi terjadi pada Mei, yaitu sebesar 45,90 ribu hektar dan luas panen terendah terjadi pada Februari, yaitu sebesar 5,54 ribu hektar.

Jika dibandingkan dengan total luas panen padi pada 2018, luas panen padi pada 2019 mengalami penurunan sebesar 19,37 ribu hektar (8,87persen).

Lanjutnya, Total produksi padi di Indonesia pada 2019 sekitar 811,7 ribu ton GKG, atau mengalami  penurunan sebanyak 88,2 ribu ton (9,80 persen) dibandingkan tahun 2018. Jika dibandingkan antar bulan, penurunan produksi terbesar pada 2019 dibandingkan tahun 2018 terjadi pada bulan Januari, yaitu sekitar 62,96 ribu ton.

Produksi tertinggi pada 2019 terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 180,23 ribu ton dan produksi terendah terjadi pada bulan Februari, yaitu sebesar 22,01 ribu ton. Sama halnya dengan produksi pada 2019, produksi padi tertinggi pada 2018 terjadi pada Mei, yaitu sebesar 205,42 ton, sementara produksi terendah terjadi pada Februari, yaitu sebesar 30,65 ribu ton.

Info Pembuatan SIM Kolektif Beredar di Sosmed, Kasat Lantas Sebut Hoax

Momen Perayaan Anniversary Pernikahan Syahrini - Reino Barack Curi Perhatian, Inces Unggah ini

Keluarga Duga Polce Lerrick Meninggal Tidak Wajar, Polisi Lakukan Ekshumasi

Kenaikan produksi padi tahun 2019 yang relatif besar terjadi di Kabupaten Sumba Tengah, Ende dan Sumba Timur.

Sementara itu, penurunan produksi padi tahun 2019 yang relatif besar terjadi di Kabupaten Timor Tengah Utara, Belu, Sumba Barat, Timor Tengah Selatan, dan Manggarai Barat. Tiga kabupaten dengan produksi padi (GKG) tertinggi pada tahun 2018 dan 2019 adalah Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur.

Namun, pada 2019 terjadi penurunan produksi pada Kabupaten Manggarai Barat dan Manggarai dibandingkan dengan produksi 2018.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yeni Rachmawati).

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved